part 11

73 10 0
                                    

Dengan mengenakan kaus berwarna biru muda yang dipadukan dengan celana pendek selutut, Nora berjalan menuruni tangga seraya menggenggam ponsel nya.

Langkah Nora terhenti begitu melihat ruang kerja sang ayah yang pintu nya sedikit terbuka. Ia mengintip dari celah pintu tersebut dan mendapati ayah nya yang tengah duduk di kursi besar nya sambil menatap sebuah figura foto.

Nora mendorong knop pintu itu dengan perlahan. Dan sepertinya sang ayah belum menyadari kehadiran dirinya yang kini sudah berdiri di belakang kursi.

"ayah kangen sama bunda?"

Mendengar suara Nora sontak saja membuat Sandi segera menengok kebelakang. Ia menghela nafas melihat kehadiran putrinya yang cukup mengagetkan.

"kamu, ngagetin ayah aja."

"ayah kangen sama bunda?" ulang Nora.

Sandi terkekeh sejenak sebelum ia menundukkan kepala nya. Jika di tanya seperti itu, maka Sandi akan menjawab nya iya. Bahkan sangat. Sandi sangat merindukan mendiang sang istri yang telah lama pergi meninggalkan nya dan juga Nora.

Nora tersenyum samar sambil mengelus bahu sang ayah. Tatapan cewek itu tertuju pada figura foto yang ayahnya lihat sejak tadi. Yang mana di dalam foto itu ada foto dirinya ketika masih bayi bersama bunda dan ayah nya.

Lamunan Nora tersadar saat Sandi mengelus punggung tangan nya. Ia melihat sang ayah yang melempar senyum pada nya.

"ayah sayang sama kamu Nora, kamu obat penyembuh yang ayah punya setelah bunda."

"Nora juga sayang sama ayah. Nora yakin, di surga pasti bunda lagi senyum ngeliat ayah sama Nora sekarang."

"maafin ayah ya, ayah selama ini sibuk kerja dan sering gak ada waktu buat kamu."

Nora mengulum senyum nya, "gapapa yah, Nora ngerti. Yang terpenting ayah harus selalu jaga kesehatan, ayah gak boleh terlalu capek."

"iya sayang, kamu kalo ada masalah apapun itu cerita ke ayah ya, jangan di pendam sendiri."

Nora mengangguk ragu. Sebenarnya itu yang Nora ingin lakukan jika ia sedang punya masalah. Namun apa daya, Nora juga tidak mau membuat sang ayah terlalu memikirkan masalah nya. Maka biarkan saja masalah itu Nora simpan sendiri.

"yauda gih kamu tidur, udah malem." kata Sandi.

"iya yah, ayah juga tidur ya."

"iya nak."

Nora tersenyum sambil mengecup singkat kedua pipi Sandi, kemudian bergantian Sandi mengecup kening putri nya cukup lama.

•••••

"muka lo kenapa pucat gitu?" tanya Ben begitu ia dan Nora turun dari motor.

"gapapa."

Ben meraih dagu Nora, menelisik dengan seksama wajah pucat milik cewek itu.

"lo sakit?"

"ngga Ben, udah deh gue gapapa." Nora beralih menggenggam tangan Ben kemudian di tariknya menuju koridor.

Saat sampai di depan kelas barulah Nora melepas genggaman tangan Ben, lalu memilih masuk lebih dulu mendahului cowok itu. Ben merasakan tangan nya yang terasa hangat akibat genggaman tangan Nora barusan. Sepertinya Nora demam.

"Ra? yaampun muka lo kenapa pucat gitu?" tanya Aika saat ia melihat Nora yang baru saja menyimpan ransel nya.

"gue gapapa."

"lo sakit ya? Sakit apa? Pusing? Demam? Perlu kita bawa ke uks ga? At.."

"gue gapapa Ami.." Nora menyingkirkan tangan Ami yang menempel di dahi nya. Ia berusaha menampilkan senyuman tipis guna meyakinkan teman-teman nya bahwa ia baik-baik saja.

N O R A [on going]Where stories live. Discover now