part 8

63 10 0
                                    

Seorang cewek berseragam SMA berdiri diatas balkon kamar seraya menghirup udara pagi yang segar. Mata nya ia pejamkan. Bibir nya terukir membentuk senyuman. Kedua tangan nya ia rentangkan membuat semilir angin yang sejuk itu ikut menerbangkan helaian-helaian rambut hitam panjang nya yang tergerai.

Tepat di halaman rumah yang ada dibawah balkon seorang cowok berdiri memperhatikan cewek itu sambil tersenyum tipis. Ia ikut bahagia melihat senyuman lepas yang terukir di bibir cewek itu. Akhirnya..

"WOY, BURU TURUN!" teriak Ben membuat Nora yang ada diatas balkon melirik ke bawah.

Nora mengacungkan ibu jari nya kemudian berlari memasuki kamar guna mengambil ransel nya sebelum turun ke bawah.

"ayah, Nora berangkat ya" Nora mencium punggung tangan orang tua nya yang sedang sarapan, "assalamualaikum."

"wa'alaikumsalam, gak sarapan dulu sayang?" tanya Sandi.

"gampang yah di sekolah aja." Nora menyengir lebar lalu bergegas keluar rumah untuk menemui Ben yang saat ini sudah duduk santai diatas motor nya.

"ayo." kata Nora dengan semangat.

"tumben." kata Ben begitu melihat wajah Nora yang terlihat ceria.

"gue mau moveon."

"yakin?"

Nora mengangguk, "itu pun kalo gue bisa." kekeh nya. Ingin rasanya Ben menjitak kepala Nora.

"lo kesambet apa?"

"kan lo juga yang bilang kalo suatu saat gue pasti bakal dapetin seseorang yang jauh lebih baik dari Gibran. Gibran sekarang masalalu gue. Gue gak mau terlalu larut dalam kesedihan dan masalalu."

"bagus." Ben tersenyum tipis sambil mengacak gemas rambut Nora, "ayo naik."

Tanpa aba-aba Nora segera naik keatas motor besar milik Ben, sementara Ben mulai menjalankan motor nya meninggalkan halaman rumah Nora.

•••••

Ben dan Nora berjalan beriringan menyusuri koridor sekolah yang sudah tampak ramai pagi ini. Dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku celana Ben berjalan dengan ekspresi datar yang terlihat cool. Berbeda dengan Nora yang sesekali tersenyum menanggapi siswa yang menyapa nya.

"ga ngerti lagi sih sama Ben, cakep banget sumpah."

"makin hari makin lengket ya mereka."

"seberuntung itu Nora bisa deket sama Ben."

Nora lantas mendongak melihat wajah datar Ben setelah mendengar celetukan anak-anak yang di temui nya di koridor. Emang sih Ben ganteng, tapi cuek nya itu loh. Dan untung nya ketika sedang bersama Nora, Ben tidak secuek dan sedingin seperti ke orang lain.

"gue tampol loh gak usah sok cool gitu muka lo." kata Nora membuat Ben melirik nya dengan alis terangkat.

"ga jelas." sahut Ben yang kemudian mendahului Nora memasuki kelas.

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Kedatangan Ben dan Nora di sambut oleh teriakan teman-teman sekelas nya. Mereka berdua terheran melihat keadaan kelas yang sudah tampak ramai oleh suara riuh siswa yang bersorak. Terlebih lagi setelah mereka berdua melihat di tengah-tengah anak-anak ada Ivar yang sedang berjongkok di hadapan Ami sambil menyodorkan cewek itu sebuket bunga dan sebuah boneka.

"gue bilang gue gak bisa, gue gak mau pacaran sama lo." kata Ami.

"kita kan masih SMA, kita belum cukup umur kalo nikah bep."

Ami lantas membulatkan matanya mendengar itu, "gue gampar ya mulut lo. Udah bangun, gue gak bisa." kata Ami sedikit kesal. Enak saja nikah. Ami juga tau kalo ia masih SMA, lagipula siapa yang mau menikah dengan Ivar coba.

Ivar berdiri dari posisi nya dengan lemas. Ia memasang tampang kecewa kepada Ami yang berjalan dan duduk di bangku nya. Semua siswa ikut prihatin kepada Ivar.

"udah gue bilang jangan, nyesek kan di tolak lagi?" Raymond menepuk bahu Ivar prihatin. Pasal nya, ini sudah yang kedua kali Ivar di tolak oleh Ami.

"gue semakin penasaran buat naklukin hati nya si Ami." kata Ivar.

"iya deh, selamat berjuang bucin..." Raymond melempar senyum jahil kemudian berjalan menuju meja nya.

"bangke." Ivar mendengus kesal lalu menghampiri Ami yang sedang mengobrol bersama kedua sahabat nya.

"buat lo." Ivar menyimpan bunga serta boneka itu di atas meja Ami. Cowok itu tersenyum sebelum melenggang pergi menghampiri Ben dan juga Raymond.

"tuh, Ivar tuh baik banget tau Mi. Lo tega banget nolak dia lagi." kata Aika.

"gue masih trauma Ka, gue takut."

Aika dan Nora saling pandang. Mereka berdua tau perihal masalalu kelam Ami dengan mantan kekasih nya dulu. Yang mana, mantan kekasih Ami pernah ingin merenggut kesucian Ami kala itu. Untung nya itu semua gagal karna saat itu ada orang yang menolong Ami. Keluarga Ami marah besar setelah mengetahui itu. Terlebih abang Ami yang tak segan-segan melayangkan banyak pukulan untuk cowok yang sudah kurang ajar terhadap adik satu-satunya. Dan mungkin dari situ Ami juga takut untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan lelaki lagi sampai sekarang.

"lo berdua inget kan gimana marah nya bang Arsen waktu itu? Gue sekarang aja gak berani bawa temen cowok ke rumah, mama papa sih mungkin iya masih bisa toleran, tapi bang Arsen? Dia kalo udah marah ya udah susah banget." kata Ami.

"tapi gue yakin kok kalo Ivar gak akan mungkin ngelakuin hal-hal kayak gitu. Dia keliatan baik banget, pasti dia bakal jagain lo." kata Nora begitu yakin.

"hm, gatau deh."

"maka nya coba lo kalo di deketin sama Ivar rileks dikit, santai, lo liat seberapa serius dia deketin lo." sahut Aika.

"udah deh gue pusing bahas begituan."

"yee maemunah." kata Nora dan Aika bersamaan.

"bangke lo bedua."

•••••

Vote and coment

N O R A [on going]Where stories live. Discover now