• Tujuh belas

4.2K 330 12
                                    

Sekali poles, iya! Akhirnya.
Jika saja tidak diganggu Gema, akan cepat semuanya. Mereka mandi bareng. Udah pasti lama.

"Lama banget sih," gerutu seseorang yang baru kelar memenuhi panggilan alam. Wajah dengan raut sebal itu terlihat merapihkan rambut di depan cermin.

Jana merotasikan bola mata, menatap melalui pantulan cermin. "Tadi ada monster di kamar mandi, jadi Aku lama."

Gema langsung nyengir dan memeluk dari belakang, Jana risih banget. Dilepaskannya pelukan tersebut.

"Biar romantis sayang. Heran deh, biasanya cewek suka dipeluk dari belakang," sahut Gema cemberut.

"Cewek siapa itu? Punya simpanan kamu?" alis tipis Jana menukik.

"Iya. Simpananku ada di freezer."

"Apaan deh?" Jana mengernyit bingung.

Kembali terkekeh, Gema menjawab. "Kiko."

Jana berdiri, menggeleng pelan. "Nggak kreatif nih, Bapak. Nyontek dari iklan."

"Bercanda mulu nih, Mamah."

Jana menatap dengan raut heran dan sebelum menimpali adik Gema, Putri masuk kamar mereka. Mengedip jail pada mereka. "Jalan mulu... Dah halal mah bebas."

Gema semakin gencar menggoda. "Ya mau gimana lagi, anak muda lah. Apalagi udah halal begini, dunia serasa berdua doang. Ya, gak, Mahmud?"

"Mamah muda? Wkwkwk."

"Udah dong. Pada jail deh," kata Jana sambil geleng kepala. Dia mengambil tas selempang, mengusap perutnya pelan.

Putri berjalan dengan binar gembira, tanpa permisi langsung mengusap perut Jana yang sudah membuncit dan lebih melebarkan mata saat tendangan kecil merespon.

"Kak Jana! Cute banget. Astagfirullah."

"Kok malah istighfar sih, Put?" kata Gema heran.

Setelah mencium sekali, Putri tersenyum sambil meringis. "Iya. Istighfar soalnya mau tapi belum waktunya, istighfar liat yang pacaran mulu, istighfar tiba-tiba inget tugas."

"Mikirin Alden mulu sih, sampe lupa gitu."

"Ngga denger," sahut Putri cepat lalu melengos keluar kamar.

Keduanya keluar. Bertepatan dengan Nisa yang sudah rapih.

"Mau kemana lo Nise," tanya Putri sebelum masuk kamar.

Mereka bertiga memang punya kamar berdekatan.

"Ikut Bang Ge, ya 'kan?" Nisa sudah berpindah posisi untuk bergelayut manja.

Jana menatap kesal, dia melepaskan tautan dengan Gema. Bikin mood hancur saja.

"Kapan Abang ngomong?" Gema menoleh bingung.

Nisa memanyunkan bibir. "Kemarin, kan nonton bioskopnya ngga jadi. Kalian mau nonton kan? Aku ikut aja."

::

Jana tidak bergairah menatap layar lebar menampilkan film animasi. Ketika matanya bergulir, Nisa tengah menyuapi Gema. Parahnya lelaki itu menerima dan mengabaikan Jana.

Film frozen 2 menjadi membosankan, Jana menghela napas berat. Gema meliriknya dan mengelus pipi lembut itu membuat sang empunya menoleh. "Apa?" tanyanya tanpa ekspresi.

"Jangan marah sayang."

"Nggak," memilih menghadap depan memang keputusan terbaik daripada akhirnya luluh.

Walaupun bibir manis perempuan itu berkata tidak Gema tau dia berbohong. Gerakan agresif Nisa yang semakin merapatkan diri membuat Gema sedikit risih tapi dibiarkan. Mungkin adiknya ini kangen.

Sehabis nonton mereka makan di restoran Jepang. Air liur Jana hampir menetes saat pesanan miliknya datang.

"Tambah gendut deh," cibir Nisa sambil bermain ponsel.

Dengan tatapan tajam Jana membalas. "Asal sehat. Terserah gue sama baby nya dong. Ribet nih, Tante."

Gema menyemburkan tawa. "Tante? Nis kamu udah jadi tante."

Adiknya itu membalas kesal, sebelum itu memutar bola matanya. "Dasar gendut."

"Salahin yang bikin gendut lah," bantah Jana.

Sebagai penyebab, Gema hanya menggaruk kepalanya dan nyengir. Melihat mulut Jana sedikit belepotan Gema mengusapnya dengan jempol.

"Pakai tisu aja," kata Jana membuat gerakan Gema berhenti.

"Ribet, biar romantis."

Kepala Jana menggeleng. "Nggak! Aku ngga suka kayak gitu."

"Iya-iya, ntar romantisnya di kamar aja."

Mata Jana melotot, dia minum jus dulu. "Ngomongnya!"

"Bodo amat," kata Gema tertawa kecil. Jana menggeleng sambil melanjutkan makan.

Nisa memperhatikan dengan hati panas membara, dia tersenyum tipis. "Let's get start the game."


-
Tandai saat ada tata bahasa yang salah atau grammarnya.

Akrasia |✔|Where stories live. Discover now