21. I Got You

117 25 0
                                    

"Dengarlah penawaranku baik-baik, nona. Jika kau ingin angsuran hutangmu bulan ini lunas, kau harus melakukan apa yang kusuruh. Malam ini tamu spesialku akan datang, dan dia akan mencari gadis terbaik yang akan menemaninya semalaman. Jika kau berhasil mendapatkan harga tertinggi, kau tak perlu membayar selama beberapa bulan, tergantung berapa harga yang kau dapatkan."

Yoona berusaha menahan napasnya saat berada di ruangan pesta yang terlihat gelap di siang hari itu. Aroma rokok dan alkohol membuatnya sedikit mual. Apalagi saat mendengar penawaran bos rentenir sekaligus bos besar pemilik klub malam itu.

"Jadi, maksudmu aku harus terlibat dalam kegiatan milikmu itu?" tanya Yoona. "Aku tak mau." bantahnya, tentu saja.

"Kalau begitu, rumahmu akan disita."

"Tak bisakah kau memberikan waktu setidaknya seminggu? Aku akan melunaskan angsuran bulan ini dalam seminggu. Ayahku sakit, jadi--"

Lelaki berbadan kekar itu beranjak lalu memperbaiki rambut ikalnya. Rokok di tangannya yang kini tersisa puntungnya pun ia tekankan pada asbak di atas meja. Dia melangkah ke arah Yoona yang sedang berlutut di dekat meja minum kopi miliknya. "Tak bisa, sayang. Kau tahu? Seharusnya keluargamu membayarnya setiap tanggal satu. Tapi, sekarang sudah tanggal dua puluh, tentu saja kau juga harus membayar denda keterlambatannya." Tangannya terulur mengelus kepala Yoona.

Lelaki itu pun tersenyum miring saat menunduk dan melihat gadis cantik di bawahnya itu tak berkutik. "Aku akan memberimu kesempatan untuk berpikir sampai pukul tujuh malam. Jika kau tak membawa uang atau tak menerima penawaranku, aku akan menyita rumahmu pada pukul tujuh lewat satu menit."

Begitu lelaki itu pergi, Yoona pun menarik napasnya setelah menahan napasmya saat lelaki itu berdiri di hadapannya.

•••

Yoona terduduk di salah satu bangku taman dan menatap pemandangan sungai yang jernih di hadapannya. Napasnya terhembus dengan kasar saat melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore. Waktunya untuk berpikir hanya tersisa empat jam lagi.

Kedua tangannya mengusap wajahnya dengan gusar. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah ia menerima tawaran rentenir itu? Tapi, dia takut untuk melakukan itu. Membayangkan menghabiskan malam bersama seseorang yang tak ia kenal membuatnya bergidik ngeri. Di sisi lain, ia juga tak bisa merelakan rumah milik orangtuanya yang memang menjadi jaminan karena hutang itu.

Ponselnya yang berdering tanda pesan masuk membuat lamunan Yoona buyar. Dengan tidak semangat ia membaca pesan yang ternyata berasal dari Yuri itu.

"Yoonaaaa, aku harap kau menentukan keputusan yang bijak. Jangan tergiur dengan tawaran dari rentenir itu. Kau bisa meminjam uang padaku dan kembalikan kapan saja kau mau. Biar bagaimanapun ini menyangkut masa depanmu. Aku benar-benar khawatir jika ada sesuatu yang terjadi padamu."

Yoona mengembangkan senyumnya begitu membaca pesan dari Yuri.

Tapi dia tetap dengan pendiriannya, dia tak ingin menjadi beban untuk temannya itu. Biar bagaimanapun, uang yang ia butuhkan bukanlah uang yang sedikit. Juga, dia butuh uang untuk pengobatan ayahnya. Jika ia memenuhi tawaran rentenir itu, ia bisa terbebas hutang selama beberapa bulan. Gaji dan pekerjaan paruh waktunya bisa untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.

Yoona pun beranjak dari duduknya. Dia sudah menentukan pilihannya. Mau tak mau ia harus melakukan tawaran berbahaya itu demi menyelamatkan rumahnya dan merawat ayahnya. "Aku hanya perlu menahannya satu malam, bukan?" Kira-kira itu kalimat penyemangat untuknya.

A Secret Behind UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang