Sial, pada akhirnya Salsabila hanya jadi nyamuk diantara kedua sejoli itu. Kale terlihat lebih banyak buka suara saat di depan Anya atau bahkan tersenyum, hal itu membuat dirinya terbakar api cemburu.

"Hati-hati, semoga dapet gambar yang memuaskan!" kata Anya saat Kale berpamitan, sudah izin untuk pergi dengan Salsabila.

Bibir Salsabila tersenyum kikuk dan mengangguk. "Nanti kalau udah pulang aku langsung kabarin kamu," balas Kale. Anya mengangguk dengan senyuman simpul.

Jujur saja perasaan senang Salsabila di awal dengan sekarang berubah hanya karena melihat Kale begitu berprilaku hangat pada Anya seolah tidak ada celah untuk menikung.

🐟🐟🐟

Sifa puas sekali sepertinya melihat wajah masam Anya yang buku PR-nya tertinggal padahal sudah ia isi dibantu Kale.

"Aduh hasil kerja keras pacar gue nggak dinilai dah," cetus Sifa.

"Pacar-pacar, diem deh cepot," semprot Anya galak.

Sifa terkekeh. "Udah tulis ulang aja."

"Iya ni otw beli pulpen, gue tau ini kelas nggak ada yang bisa dipinjimin pulpen," jawab Anya sambil ogah-ogahan berdiri menuju koperasi sekolah.

Memang dasar apes, kenapa pula ia lupa bawa stok pulpen dari rumah.

Mata Anya memecing saat melihat Kevin tengah mengepel asal lantai kamar mandi, ia bergegas untuk mencontohkan yang benar. Kevin sepertinya senang sekali dihukum, hampir tiap hari kena hukum.

"Eh jingga?" Kevin agak terkejut saat gadis di depannya ini tiba-tiba menarik pelan.

"Kalau teratur bersihnya cepet," balas Anya. Dia tidak maksud apapun selain niat baik, karena selama ini Kevin juga baik padanya.

Bibir Kevin mengulum senyum tipis. "Nomer yang lo kasih kemarin nomer sedot WC jingga."

Anya terdiam beberapa saat dan tertawa. "Maaf ya, disuruh Kale."

Rasa kesal Kevin luntur dengan mudah saat melihat cara Anya tertawa yang terkesan manis, ah Anya memang selalu manis bagi Kevin. "Boleh minta yang bener----"

Bel berbunyi.

"PR ANYA!" Anya langsung berlari misuh-misuh meninggalkan Kevin.

"YANG TIDAK MENGERJAKAN ATAU PURA-PURA TIDAK BAWA MAJU KE DEPAN!" Ibu guru kimia itu berseru kencang di depan kelas.

Anya mulai panas dingin. "Lagian lo beli pulpen dimana anjir?" bisik Sifa. Anya menghembuskan nafas gusar sebelum akhirnya berjalan ke depan.

"PR saya tertinggal di rumah bu---"

"ALASAN!" sekat Ibu galak. Beliau memang guru yang terkenal killer di Alberto.

"Anya nggak bohong Bu," suara Kevin yang berdiri di ambang pintu kelas membuat semua perhatian tertuju padanya. "Kemarin kita ngerjain tugas sama-sama dan buku Anya nggak sengaja ketinggalan di rumah saya, saya malem niat bawa tapi lupa. Ini murni salah saya Bu."

Bola mata Sifa berputar jengah, ia tahu Kevin hanya mengarang demi menyelamatkan Anya yang kini membelalak mendengarkan kebohongan Kevin.

KALE [END]Where stories live. Discover now