HAPPY READING!

KANTOR
      Dira keluar dari ruangan Rey sembari terkekeh, menertawakan sang suami yang sedang merasa kesal.

Dira kemudian menatap sekelilingnya, mencari sosok sekretaris Rey. Tyas.

Dira mulai melangkahkan kakinya, mencari Tyas ke segala penjuru.

Selang beberapa menit, Dira menemukan Tyas yang sedang membuat satu cangkir kopi di dapur kantor.

Dira segera mendekati Tyas, ia berdehem. "Ehm.. mbak Tyas?"

Tyas yang tadi sedang mengaduk kopi sambil memikirkan masalahnya, kini menoleh ke arah Dira. "Eh, iya?"

Dira menampilkan senyum canggung. "Mbak Tyas sibuk gak?"

Tyas mengerutkan dahinya, ia kemudian menganggukan kepalanya dengan perlahan. "E.. lumayan, sih. Kenapa?"

"Saya boleh minta waktunya sebentar?" ucap Dira.

Tyas menganggukan kepalanya, ia tersenyum. "Boleh, kok. Kenapa?"

Dira melirik sekitarnya sejenak, melihat beberapa karyawati lainnya yang sedang bergosip.

Dira kembali menatap Tyas, ia memberikan kode kepada Tyas agar lebih dekat.

"Hm?" gumam Tyas, ia segera mendekatkan telinganya ke arah Dira.

"Saya mau nanya masalah Pak Rey," bisik Dira.

Tyas kembali menjauhkan telinganya dari Dira, ia tampak terkejut.

"Bisa?" ucap Dira dengan pelan.

"Anindira tau dari mana?" ucap Tyas dengan pelan.

"E.. saya tadi liat Pak Rey kaya lagi ada masalah gitu," ucap Dira dengan pelan.

Tyas mengerutkan dahinya. "Pak Rey ngizinin saya buat ngasih tau Dira?"

Dira mengerjapkan matanya, ia perlahan menggelengkan kepalanya. "Ga tau, sih. Ga ada izin ke Pak Rey," ucapnya dengan canggung.

"Kalo gitu, saya ga bisa ngasi tau." ucap Tyas.

Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Lah? Tolong dong, mbak." ucapnya memohon.

Tyas menggelengkan kepalanya dengan tak enak hati. "Saya ga bisa sembarangan ngasi tau masalah wakil Direktur," ucapnya.

Dira menyatukan kedua tangannya, memohon kepada Tyas. "Please, cuma mbak Tyas yang bisa ngasi tau saya."

Tyas kembali menggelengkan kepalanya. "Kalo saya ngasi tau, ntar Pak Rey bisa marah besar. Apalagi, ini masalah kantor. Karyawan lain juga belum tau," ucapnya.

Dira mengerutkan dahinya. "Saya ga akan ngebocorinnya, sumpah."

"Saya ga berani," ucap Tyas.

Dira menaikkan kedua alisnya. "Ehm.. gimana kalo Pak Rey tau, mbak Tyas bisa bilang saya yang maksa mbak Tyas buat ngasih tau saya."

Tyas kembali menggelengkan kepalanya. "Ini masalah kepercayaan bos. Kalo saya ingkar, bos ga akan bisa percaya lagi sama saya."

Dira menghela nafasnya, apa yang bisa ia lakukan sekarang?

"Saya minta maaf, tapi saya minta tolong supaya bu Dira bisa mengerti dengan posisi saya." ucap Tyas.

Dira mengerutkan dahinya, BU DIRA?

"Saya permisi," ucap Tyas.

Tyas hendak melangkahkan kakinya, tapi Dira segera menghadang Tyas.

"Et.. tunggu!" ucap Dira.

Dosenku Suamiku (TAMAT)                            [TERSEDIA DI GRAMEDIA]Место, где живут истории. Откройте их для себя