Dia Datang

2.6K 280 211
                                    

Sekarang gue baru sadar kalo gue emang pangeran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang gue baru sadar kalo gue emang pangeran. Buktinya kulit eksotis gue di tambah kemeja hitam bikin kegantengan gue jadi tingkat dewa kan.

Di larang menghujat sebelum baca 😎

Regantara Putra Maheswara

.

.

.

***

Ucapan Rega terus saja terngiang ditelinga Caca. Padahal sekarang ini Caca sudah pergi dari pesta pernikahan Alex dan Aletta. Caca sendiri tengah berdiri menunggu Rega yang berpamitan untuk ke toilet.

'Gue harus ngapain ya? Aaa... kesel, Rega lagi-lagi bikin gue malu. Masa iya selama perjalanan gue harus diem aja. Kan gak seru.'

Caca terus saja menggerutu. Tak lupa kepalanya menoleh kesana kemari guna mencari keberadaan Rega.

Caca menghela napas lelah. Dia memutuskan menunggu Rega dari dalam mobil.

***

Rega tengah berjalan keluar dari toilet. Dia terus saja tersenyum, pikirannya melayang entah kemana. Sepertinya Rega tengah memikirkan Caca. Saking overthinking nya tentang Caca. Rega sampai tidak sadar bahwa di depannya ada seorang gadis.

Bruk...

"Aduh, sorry – sorry." Rega meminta maaf. Dia berusaha menahan gadis yang dia tabrak agar tidak jatuh.

Mata mereka bertemu. Detak jantung itu mengalun dengan merdu. Waktu seakan berhenti, membangkitkan memori usang yang pernah seindah senja.

Rega mengerjap. Dia dengan cepat melepas pelukannya pada gadis bergaun merah. Tanpa Rega sadari gadis itu tersenyum tipis. Mata indahnya dipenuh binar kebahagiaan.

"Lo Putra 'kan?" tanya gadis itu dengan sangat antusias. "Bukan," potong Rega cepat.

"Enggak. lo pasti Putra. Ini gue Put, Santi. Masa iya lo lupa?" gadis bernama Santi itu tetap meyakinkan Rega bahwa mereka saling mengenal.

"Lo salah orang. Gue bukan putra. Permisi."

Rega menghempaskan tangan Santi yang sempat menahan pergerakannya. Rega kembali melangkah, menjauhi memori usang yang entah mengapa kembali di waktu yang tidak tepat.

Santi menatap kepergian Rega. "Gue yakin lo Putra. Gue pastiin kita bakalan ketemu lagi." Senyuman miring itu terbentuk bersamaan dengan hasrat ingin memiliki yang terpancar begitu jelas dari kedua mata milik Santi.

***

Senyuman Caca mengembang dengan indah saat Rega sudah memasuki mobil mereka.

"Ish, Ga. lo lama banget sih."

"Lumutan tau gue nunggu lo."

"Lo gak pingsan di toilet 'kan?"

Rega terlihat diam saja. Lelaki itu sama sekali tidak merespon ucapan Caca.

Caca kembali berbicara. "Ga, lo sakit?"

Caca berusaha menyentuh dahi Rega. Tapi Rega lebih dulu menatapnya tajam. "GAK USAH CEREWET BISA KAN!"

"LO TUH YA, BIKIN GUE TAMBAH PUSING!" lanjut Rega membentak Caca.

Caca tersentak. Tangan yang akan menyentuh Rega pun terjatuh begitu saja. Bentakan Rega benar-benar membuat Caca kaget. Caca memutuskan menatap keluar mobil, lelehan bening itu membasahi pipinya. Caca menangis, namun berusaha keras agar tangisannya tak terdengar oleh Rega.

Selama perjalanan kedua insan yang tadinya terlihat bahagia akhirnya saling diam. Caca yang terlalu lelah menangis sudah terlelap begitu saja.

Rega menghentikan mobil yang dia kendarai di parkiran apartemen miliknya.

Rega menatap Caca yang tertidur dengan menyisakan air mata yang masih membasahi pipinya. Rega meraup wajahnya kasar. Dia juga menjambak rambutnya dengan kasar.

Lo bego, Ga! Bego banget! Kenapa lo bisa-bisanya bikin Caca nangis.

Tolol!

Tolol!

Tolol!

Rega beberapa kali membenturkan kepalanya pada setir mobil. dia begitu marah atas perlakukannya pada Caca beberapa waktu yang lalu.

Rega berusaha untuk tenang. Dia mengatur pernapasannya, lalu mulai keluar dari mobi. Rega beralih ke sisi mobil yang lain. Dia melepaskan Seatbelt yang Caca pakai, kemudian dengan gerakan pelan Rega berusaha menempatkan gadis itu pada pangkuannya.

Rega menatap Caca yang terlelap. Dia mencium puncak kepala Caca lembut.

"Maap Ca. Gue tadi udah ngebentak lo. Tapi gue janji, gue gak akan biarin lo nangis lagi. Happy sleep tight my princess."

Caca yang sebenarnya sudah terbangun sejak Rega membenturkan kepalanya pada setir mobil memilih diam. Caca memilih melupakan semuanya seraya merasakan kehangatan pelukan suaminya. Namun, batin gadis itu tetap bersuara, menyuarakan perasaan yang tak bisa Rega dengar.

Ga, gue gak tau hal apa yang lo temuin di toilet. Sampe lo setega itu ngebentak gue. Tapi jujur gue gak mungkin bisa marah sama lo. Gue cinta sama bucinnya Caca.

***

Caca melirik Rega yang sudah terlelap. Dengan gerakan pelan, gadis itu mencoba bangkit dari ranjang. Caca berniat berganti pakaian lebih dulu, lalu mengambil mangkok serta es batu untuk mengompres dahi Rega yang membiru.

Sekarang, Caca sudah duduk disamping Rega. Dia menatap wajah Rega yang terlelap. Caca tersenyum singkat. Degan hati-hati Caca mengompres dahi Rega.

'Lain kali, jangan pernah sakitin diri lo sendiri kayak gini. Gue gak mungkin bisa liat lo terluka Cin.' Caca bergumam pelan.

Selesai dengan pekerjaannya. Caca dengan segera berdiri, ia harus membereskan semuanya agar Rega tak mengetahui apa yang dia lakukan.

Rega membuka mata. Dia melihat kepergian Caca dengan seulas senyuman.

Gue gak akan pernah lepasin lo Cin, lo cewe spesial yang selama ini gue tunggu. Jadi gue pastiin siapapun gak akan bisa ngehancurin hubungan kita.

Rega dengan cepat kembali menutup mata. Dia bisa mendengar langkah kaki Caca yang mendekat. Dan benar saja, gadis itu sudah kembali dari dapur. Caca mematikan lampu kamar, lalu mengambil posisi untuk tidur dengan menjadikan dada bidang milik Rega sebagai bantal.

***


Bagi yang mau ngehujat di part awal,  silakan comment.

Maaciw. ❤

Suddenly Married [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang