23. Bittersweet Feeling

Mulai dari awal
                                    

"Iya, Baby, ini aku udah jalan." Bastian berujar di telepon.

"Jangan lama-lama! Kamu pasti abis berduaan sama Lila kan? Bikin males tau ga," ceplos Syadza.

Bastian tertawa kecil. "Iya iya... sekarang aku mau berduaan sama kamu nih. Ga boleh ngambek terus!"

Di sana, Syadza cemberut sambil menyentuh perutnya yang tidak tertutup pakaian. Ia hanya mengenakan bra dan celana pendek karena baru saja ia selesai mandi.

"Kamu ke rumah aku aja, cuma ada aku di sini." Syadza berkata.

Dalam hati Bastian bersorak riang. "Oke, Sayang," balasnya.

"Beliin jus melon." Syadza berucap sedikit manja.

"Siap. Apa lagi?" Bastian merespons dengan begitu lembut.

"Nori," jawab Syadza.

"Semuanya sebutin. Biar aku langsung beli," ungkap Bastian bertepatan ia masuk ke lift yang akan membawanya menuju basement.

Di dalam lift, ia berpapasan dengan dua orang yang tak asing di matanya. Orang itu keluar, sedangkan Bastian masuk.

Bastian terdiam sebentar, tidak fokus mendengarkan Syadza yang sibuk berceloteh menyebutkan sederet makanan dan minuman yang ia idamkan.

Bastian menjentik jarinya ke udara sambil berseru, "Itu kan Langit!"

Lalu Bastian mencoba mengingat cewek di samping Langit tadi. Ia ingat, dirinya pernah bertemu cewek itu di rumah sakit ini juga. Saat itu Alaia sendirian, membawa bunga kecil, dan sekarang dia berduaan dengan Langit.

"Wah! Mereka kenal? Ngapain ke sini?" Bastian bertanya-tanya.

Syadza yang mendengar suara Bastian lantas bingung. "Bastian! Ngomong sama siapa sih? Aku lagi ngomong juga nih!"

Bastian tersentak. "Eh iya, Sayang, tadi bilang apa kamu? Ulang ulang."

"IH, TAU AH." Syadza kesal, dia murung lagi dan langsung mengakhiri sambungan telepon.

Percakapan mereka berakhir sepihak dan Bastian seketika panik. Dia mencoba menelepon Syadza lagi tapi tak kunjung diterima. Kalau sudah begini, Bastian pasti pusing. Dia harus merayu dan mengeluarkan jurus andalan dia agar Syadza luluh.

"Hadeh," gumam Bastian.

Sambil menunggu pintu lift terbuka, Bastian mengetik sesuatu untuk dikirimkan ke Syadza. Ia harus membuat cewek itu berhenti marah padanya.

Bastian Arsenic:
Sayang, tadi aku ga bermaksud kacangin kamu. Iya aku salah banget ga sopan ke kamu. Sori ya Baby... jangan marah dong. Kamu emangnya ga kangen aku? Aku aja kangen banget sama kamu, udah ga sabar mau ketemu. Tunggu aku di rumah ya, kita main sepuasnya di sana. Sekarang kamu sebut semua yg kamu mau biar bisa aku beli oke By? I love you

⚪️ ⚪️ ⚪️

Ragas ketiduran di sofa ketika ia tengah asyik menonton televisi. Dia terbangun dan menyadari keadaan rumah sepi, tidak terdengar suara Langit, Alaia, ataupun Bunda.

Cowok itu menjauh dari sofa dan mengamati sekitar. Tadinya di ruang keluarga ada semua penghuni rumah ini, tapi sekarang tersisa dirinya sendiri.

"Kebiasaan banget gue ditinggal sendirian," celetuk Ragas sambil mengusap matanya yang beler.

Dia berdiri, jalan keluar dari ruangan ini dan langsung menangkap suara Bunda yang bersumber dari arah dapur. Ragas ke sana, diam-diam telinganya merekam omongan Bunda yang bicara entah sama siapa.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang