part 27

1.8K 140 35
                                    

Ervan baru saja memarkir mobil miliki Fanya yang ia pinjam kemarin, saat ia melihat dari  kejauhan, Fanya yang juga baru keluar dari dalam kendaraan lainnya, dengan diantar supir.

Cepat-cepat lelaki itu melepas seatbelt yang masih melingkari tubuhnya. Menutup dan mengunci pintu kendaraan dengan kunci otomatis, sebelum berlari mengejar Fanya yang sedang berjalan di seberang lain area parkir.

"Fanya!" Panggilnya keras, membuat langkah gadis itu terhenti, hingga akhirnya berbalik menatap Ervan.

"Aku pikir kamu udah lebih dulu sampai kantor, tapi ternyata kita datang di waktu yang bersamaan" Ucap Ervan yang sudah berada di depan Fanya. Napas lelaki itu terdengar lebih cepat dari biasanya, karena habis di pakai berlari tadi.

Fanya tidak menjawab. Ia malah mengeluarkan tisu dari dalam tasnya, untuk di usapkannya pada dahi Ervan yang sedikit berpeluh.

Ervan sempat tertegun, sampai tangannya bergerak untuk menahan pergerakan jemari Fanya.

"Biar aku saja."

"Udah selesai kok," Jawab Fanya dengan tak lupa memasang senyum manis andalannya. Gadis itu lalu membuang tisu tersebut ke tempat sampah di samping tempatnya berdiri.

Mereka kembali melangkah dalam diam, dan terus berjalan memasuki loby gedung. Beberapa pegawai yang sudah mengetahui hubungan diantara mereka berdua langsung menyapa  ramah. Fanya membalasnya dengan antusias, sedang Ervan hanya menanggapi dengan senyum tipis. Lelaki muda itu tampaknya masih malu-malu untuk  menunjukkan kemesraannya dengan Fanya. Terbukti dengan tingkah laku Ervan yang nampak gugup, saat beberapa pasang mata tertuju pada jalinan jemari mereka  yang saling mengait.

"Loh Van, kok kita turun di sini? Ruangan kerja kamu kan masih tiga lantai lagi?" Tanya Fanya heran, saat Ervan menariknya keluar dari dalam lift.

Ervan tidak menjawab. Lelaki itu malah menariknya ke ruang rapat yang kosong. Ervan lalu menyalakan AC sejenak, sebelum ikut duduk di samping Fanya yang kebingungan.

"Aku mau membicarakan soal masalah semalam."

"Kita kan bisa membicarakan masalah ini nanti Van, lebih baik sekarang kamu balik ke ruanganmu gih. Aku nggak mau ya, kalau kamu sampai terlambat dan mendapat teguran keras dari Jace," Ucap Fanya lembut.

"Tapi aku... "

"Kalau tidak salah, kamu harus menemani Adikku meninjau lokasi proyek pagi ini kan, benar begitu."

"Iya," Jawab Ervan lesu.

"Jadi sekarang pergilah, Jace pasti sudah menunggumu."

Ervan menatap Fanya bimbang, membuat gadis itu kembali tersenyum lembut.

"Aku akan tunggu kamu di sini."

"Janji," Ucap Ervan memastikan.

"Iya sayang, paling aku cuma mampir ke kafe depan, kalau mau sarapan sama makan siang."

"Kamu belum sarapan?"

"Belum."

"Kamu kok nggak bilang sih  kalau belum sarapan. Kalau tahu beginikan, tadi aku bakalan temani kamu dulu sarapan di bawah yang."

"Dan bikin kamu makin tambah telat? No, aku nggak mau bikin Jace ngamuk dan malah nempatin kamu dalam masalah."

"Tapi Fan.. "

"Udah kamu pergi sana, hus hus... " Ucap Fanya sambil membukakan pintu untuk Ervan dan menarik lelaki itu keluar, hingga keduanya berada di lorong kantor yang sepi.

"Kok kamu malah ngusir aku kayak kucing sih."

"Abisnya, kamu. Disuruh balik, bukannya langsung balik. Malah masih stay di sini aja. Lihat, sudah jam berapa sekarang? Kamu tuh udah terlambat lebih dari lima belas menit loh Van, dan akan semakin telat, kalo kamu masih tetap berada di sini."

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang