part 1

5.4K 194 23
                                    


Krik krik krik krik...

Kencanku ini sudah seperti dikuburan aja, makan dalam diam di dalam sebuah saung yang berada di dekat danau, berlatarkan suara jangkrik dan dengungan nyamuk-nyamuk ganas yang dengan rakusnya menghisap darahku bagai pasukan vampire versi mini, hingga  menyebabkan kulit mulusku yang selalu kurawat penuh kasih jadi memerah dan bentol-bentol layaknya biji jagung.

Lelaki muda itu hanya melirikku sekilas yang tengah sibuk menggaruki tangan dan kakiku yang udah lecet-lecet perih, akibat terkena tajamnya kuku-kuku runcing berkutekku ini, hasil dari perawatan salon mahal.

Ugh, kenapa nggak bilang sih kalau mau kesini. akukan nggak akan pakai dres mini tanpa lengan kalau tahu dia ngajakin aku ke tempat makan model gini. Mana mesti duduk lesehan lagi, di tambah mata-mata kurang ajar para lelaki di depan sana, yang nggak berhenti memelototi pahaku penuh nafsu.

"Lo kenapa, panuan?"

Sialan, sekalinya ngomong malah bikin pegel ati.

+++

Mobil melaju dengan tenangnya, setenang lelaki muda yang duduk di sebelahku ini. Wajahnya datar tanpa ekspresi, sedatar pantat Mang Aloy, tukang bubur keliling di kompleks perumahanku.

Jadi pengen nyolok saking sebelnya. Bagaimana ya reaksinya kalo kedua biji matanya gue colok pake kuku runcing gue ini, apa dia bakalan teriak heboh kayak si Ella waktu dikejar Dogy, anjing tetangga gue yang udah seminggu ini dibiarin lepas kayak anak ilang, karena juragannya yang lagi asyik bulan madu tanpa mikirin piaraannya yang bikin heboh satu kompleks. Atau malah keriep-keriep nggak jelas kayak orang cacingan. Hihihi...

"Lo kenapa senyam senyum sendiri? Ngayal jorok." Tanyanya lagi sambil menatapku sinis.

Sialan..

Lagian nih anak nggak ada sopan-sopannya kali ye, manggil Kak Kek ama gue, enak aja ngomong lo gue, kan umur gue lebih tua dari dia, dipecat ama Adek gue baru tahu rasa lo. Eh tapi kalo dia sampe dipecat gue nggak bisa ketemuan lagi dong. Dan dia pasti bakalan mecat gue juga dari idupnya.

BRAk...

Aku yang masih dongkol atas tuduhan sadisnya tadi, langsung menghempas pintu mobil berjenis sedan itu sekencang mungkin saat turun, tak memperdulikan ekspresi wajahnya yang tampak kaget.

Bodo, bukan mobil gue ini. Eh tapikan itu kendaran inventaris kantor ya, yang pastinya milik Adik gue juga. Ah jadi nyesel kan, moga aja tuh pintu mobil nggak rusak, bisa ngamuk curut kecil itu kalo sampe properti bergerak miliknya lecet dikit.

"Udah sana jalan, ngapain bengong," usirku jutek, saat berondong es itu belum pergi juga.

Lelaki muda itu menatapku kesal, sebelum memutar balik mobilnya dan melaju pergi.

Dengan masih memasang tampang Rahwana aku berjalan memasuki rumah, disambut sapaan adik laknatku dengan suara ceria.

"Hai kak, bagaimana kencan romantisnya? Baguskan tempat yang Jace pilih," cengirnya tanpa dosa.

"Oh, jadi tempat makan itu kamu yang pilih," ucapku menahan geram, sambil menatap tajam ke arahnya dengan langkah-langkah lambat.

Jace seperti terkesiap dengan reaksiku.

Hup...

Aku berhasil mencekal lengannya yang mencoba untuk kabur.

"Mau lari kemana kamu?" tanyaku sebal.

"Peace Kak peace, hehehe ..."

"Nggak ada damai-damaian ya. Nih liat, akibat dari tempat rekomendasi sialan lo itu," ujarku galak dengan bahasa kasar, sambil tak lupa menunjukkan hasil karya kuku tajamku pada  kulit mulusku yang kini terlihat mengenaskan.

"Wah Ervan ganas banget ya, ampe lecet-lecet kayak gitu."

"Jaceeee....!" lengkingku kesal pada Adik kurang ajarku itu, yang langsung kabur setelah meledekku dengan tawa menyebalkannya.

TBC

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang