part 21

2.5K 157 27
                                    

Fanya tersenyum cerah menatap benda persegi yang terbungkus rapi oleh kertas kado berwarna biru dengan pita mungil bersimpul yang melilitnya.

Ah Fanya sampai tidak sabar membayangkan bagaimana ekspresi kekasihnya itu saat menerima hadiah kejutan darinya ini.

Tanpa sadar Fanya tersenyum membayangkan Ervan yang memeluknya penuh haru sambil tak lupa memberikan ciuman paling romantis. Kalau sampai itu benar terjadi, Fanya akan langsung mengangkat salah satu kakinya seperti adegan film kuno yang pernah ia saksikan dilayar kaca.

Hihihi...

Fanya terkikik sendiri saat menyadari tingkah absurbnya tersebut. Ya ampun kenapa dia sampai membayangkan hal-hal sekonyol itu ya?

Dengan antusias Fanya langsung memasukkan kado mungil itu ke dalam tas jinjing miliknya sebelum menutup pintu, gadis itu kembali berjalan menuju lift melewati lorong hening dengan deretan pintu kayu yang saling berseberangan, sebelumnya Fanya telah janjian dengan Ervan untuk bertemu di suatu tempat.

Seorang supir telah menunggu Fanya di loby, ia langsung berdiri saat melihat kedatangan Fanya dengan senyum sopannya.

"Selamat sore Non Fanya."

"Sore, kita langsung berangkat sekarang aja ya Pak," ucap Fanya.

"Iya Non," jawabnya patuh.

Gadis itu mengikuti langkah Pak Iyan, salah satu supir kantor yang dimintai tolong Jace untuk mengantar Jemput Fanya.

Mobil terus melaju melintasi jalanan kota hingga akhirnya sampai ketempat yang dituju.

Sebuah bangunan mungil dua lantai yang tampak sederhana dengan logo bertuliskan nama sebuah rumah makan lokal. Beruntung Fanya tidak membawa kendaraan sendiri, karena halaman itu hanya mampu menampung dua mobil yang bahkan sudah terisi penuh dengan kendaraan roda dua.

Setelah sang supir pergi Fanya langsung melangkah masuk, tidak ada mesin pendingin udara di sana, hanya kipas angin gantung dengan jendela-jendela besar sebagai penyejuk ruangan.

Seorang pelayan berwajah ramah langsung datang menghampirinya.

"Selamat sore Kakak, selamat datang direstoran kami."

"Sore juga, pacar saya sudah reservasi kemarin." Ucap Fanya memberi pernyataan.

"Maaf, boleh saya tahu atas nama siapa?"

"Ervan Yudha Prawira," jawab Fanya.

"Reservasi atas nama Ervan ada dilantai atas kak, mari saya antar."

"Tidak perlu, saya bisa sendiri."

"Baiklah kalau begitu, meja atas nama Ervan ada di ujung kiri tangga ya kak."

"Terimakasih."

"Sama-sama Kakak."

Fanya meneruskan langkahnya menuju tangga, saat sampai pada puncak tangga Fanya mengedarkan pandangannya, di sana nampak kekasihnya tengah duduk sendirian sambil bermain ponsel, sementara beberapa pasang mata pengunjung wanita di tempat tersebut tampak melirik kekasihnya penuh minat.

Tentu saja Fanya merasa sangat kesal saat mendapati pemandangan tersebut, walau kekasihnya itu jelas-jelas tidak menyadarinya karena terlalu asyik dengan benda persegi ditangannya.

Bergegas Fanya menghampiri Ervan dan berdiri tegak disamping meja lelaki itu.

Ervan yang menyadari ada bayangan seseorang di samping mejanya sontak mendongak.

"Halo sayang," sapa Fanya sebelum Ervan sempat bereaksi. Gadis itu langsung membungkuk dan mencium sebelah pipi Ervan sebelum duduk di hadapan lelaki itu.

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang