Prolog

323 16 0
                                    

"Will you marry me?" ucap laki-laki itu yang membawakanku seikat bunga dan cincin di tangan kanannya.

Aku tersenyum sumringah.

Langsung ku jawab "iya" pada ia, laki-laki yang telah ku kencani bertahun lamanya.

Rasa bahagia kian merasuk ke dalam jiwa, membuatku tak henti memikirkannya.

Akhirnya, aku bisa mewujudkan keinginanku untuk membuat pesta pernikahan impianku sendiri.

Akhirnya, aku bisa melewati proses sakral dalam hidupku di usiaku yang masih belia.

Semua terasa bahagia, sampai suatu ketika aku dihantam sebuah kenyataan pahit yang sulit untuk ku terima.

"Aku istrinya, dan ini anaknya. Kamu, siapa?"

Ucapan seorang perempuan yang datang menemuiku dan membawa bayi yang masih merah dalam pelukannya itu langsung meruntuhkan harapanku saat itu juga. Aku terdiam. Masih tak percaya.

"Bohong. Dia pacaran sama gue selama ini.."

"Dia pacarannya sama lo. Tapi, dia tidurnya sama gue. Dan, ini hasilnya," ucap perempuan itu dengan lantang.

Tak lama, laki-laki yang baru saja melamarku itu muncul. Ia terkejut dengan kehadiran perempuan yang mengaku sebagai istrinya beberapa saat lalu.

"Bukti. Gue perlu bukti," ucapku mencoba untuk tetap tegar dan tidak goyah.

Perempuan itu membuka ponselnya dan menunjukkan foto keduanya tengah di hadapan penghulu dan beberapa saksi.

"Dia berjanji nikahin gue secara resmi setelah anak kami lahir. Dan, sekaranglah waktunya. Tapi, gue kaget waktu gue buka ponselnya dia, kalo dia udah ngelamar perempuan lain di saat dia tinggal sama gue dengan status suami."

Aku terdiam.

Aku menatap laki-laki yang berdiri mematung sambil memandangku.

Perlahan, aku melepas cincin yang ada di jari manisku. Lalu, membuangnya sembarang.

Aku mengalihkan pandanganku dari laki-laki yang juga tengah menatapku dengan tatapan nanarnya. Aku benci dikasihani setelah dipermainkan tanpa hati seperti ini.

Tanpa kata-kata, aku pergi meninggalkan mereka.

Sebelum langkahku menjauh, aku sempat berhenti dan mengatakan,"Ambil dia, gue terlalu berharga untuk hidup dengan laki-laki murah kayak dia."

Tak lama kemudian, laki-laki itu mengejarku, ia berusaha menahanku dan memohon maaf padaku. Ia mengatakan, bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Ia bahkan berani berjanji untuk memperbaiki semua salahnya.

Perbaikan macam apa yang bisa dilakukan saat ia telah memiliki anak dari perempuan lain?

Aku menghentakkan tanganku dan melepaskan genggamannya.

"Pergi, gue gak pernah kenal lo. Dan, jangan pernah muncul lagi di hadapan gue."

Langkahku berat saat itu. Berat, karena harus menerima kenyataan bahwa inilah akhir dari harapanku selama ini. Setelah apa yang ku lakukan untuknya, dan ini yang ku terima. Setelah ku perjuangkan perasaanku padanya, dan inilah yang ku dapatkan.

Ini terlalu kejam untukku.

Airmataku tak hentinya mengalir.

Ada yang hancur dari bagian diriku. Tak dapat ku jelaskan, namun sakitnya amat ku rasakan.

Kebahagiaan macam apa yang diberikan Tuhan, jika setelahnya harus Ia ambil kembali.

Aku menangis sejadinya.

Aku tidak dapat lagi berkata baik-baik saja pada diriku sendiri.

Ini terlalu menyakitkan.

Sambil memandangi langit malam, dengan deraian airmata, aku menatap langit yang menggambarkan hamparan Semesta.

"Aku berhenti berharap dan percaya. Untuk selamanya," ucapku sambil berusaha melupakan ia yang tidak ingin ku ingat namanya.

It's me GreyTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon