6

34 5 2
                                    

***

Hari penyerahan design pun tiba.

Grey membawa laptopnya untuk bertemu dengan client­-nya di luar kantor pada jam makan siang.

"Good luck, Grey," ucap Andi pada sahabatnya.

Grey hanya tersenyum sambil mengangguk riang.

Jangan tertipu, meski pun ia nampak mengumbar senyumnya, nyatanya masih ada airmata di pelupuk mata yang siap untuk terjatuh kapan saja.

-

Sesampainya di lokasi perjanjian, Grey langsung duduk di sebuah meja yang sudah dipesan atas namanya.

Sambil menunggu kedatangan clientnya, ia memainkan ponselnya.

Membuka foto demi foto dirinya saat acara DWP kemarin.

Saat ia tengah asik mengusap layar ponselnya, suara tarikan kursi pun membuyarkannya.

Di depannya, sudah ada sosok laki-laki yang membuatnya penasaran saat meeting kemarin.

"Oh, bapak udah dateng?" sebuah pertanyaan basa-basi yang akhirnya Grey sesali beberapa detik kemudian.

Laki-laki itu menangguk,"Biru."

Grey menoleh,"Hah? Apa, pak?"

"Panggil gue Biru."

Grey terkejut,"G-gue?"

"Kita seumuran, jadi panggil nama aja gapapa, 'kan?"

Grey mengangguk dengan cepat,"Oh, i-iya, pak. Eh, Biru."

"Udah pesen makanan?"

Grey menggeleng.

"Mba," laki-laki yang memperkenalkan dirinya dengan nama Biru itu memanggil pelayan restaurant dan siap untuk memesan.

-

Beberapa detik pun berlalu.

Grey dan Biru tidak banyak bicara.

Namun, diam-diam, Grey memperhatikan Biru.

"Kayak pernah liat. Tapi, di mana, ya?" gumamnya.

Tanpa ia sadari, Biru ternyata mendengarnya,"Apa?"

"Oh, ng-nggak. Ini makanannya enak, ya. Wah.." ucap Grey kikuk.

Biru hanya diam.

"By the way, kenapa harus ketemu di luar? Bukannya bisa dikirim email aja?"

Biru diam sebentar,"Internet kantor gue hari ini mati."

"Tapi, kan bisa dibuka lewat hp."

"Hm, hp gue suka lama kalo buka email."

Grey mengangguk polos,"Oh, gitu.."

Biru diam-diam memperhatikan Grey setelah ia menjawab pertanyaan demi pertanyaan Grey dengan asal dan konyol.

"Btw, namanya lucu, deh. Biru.." ucap Grey mencoba mencairkan suasana di antara mereka.

"Nama lo kenapa Grey?"

Grey tertawa,"Nama gue itu sebenernya Kirana yang berarti sinar paling terang."

Biru nyaris tersedak makanannya sendiri.

"Gak percaya? Nama gue beneran Kirana."

Namanya cantik, secantik orangnya. Gumam Biru.

"Masa, sih?"

Grey mengambil KTPnya dan menunjukkan namanya di sana,"K-I-R-A-N-A."

Biru terdiam sejenak,"Terus kok dipanggil Grey?"

"Hhh," Grey menghela napasnya,"Ceritanya panjang."

"Cerita aja, gue dengerin. Lagian waktu kita masih panjang," ucap Biru menawarkan.

Grey tertawa.

"Karena laki-laki?"

Grey terhenyak,"K-kok tau?"

Biru kembali menyantap makanannya, sambil terus menaruh perhatiannya pada Grey.

"It seems like i know about this story."

"M-maksudnya?"

"Yang patah hati di dunia ini bukan lo doang."

Seketika, Grey mendadak seolah sedang merasakan de javu.

"Kenapa diem? Gak jadi cerita?" tanya Biru membuyarkan lamunan Grey.

Grey hanya tersenyum.

"I'm okay," jawabnya singkat, seolah menutup diri dari Biru saat itu juga.

"Okay," tutup Biru.

Lalu, mereka pun kembali membicarakan masalah pekerjaan di antara mereka. Dengan tatapan dan wajah yang begitu serius, Biru mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan yang diucapkan oleh Grey. Sambil melemparkan pandangan hangatnya yang tidak disadari Grey saat itu.

It's me GreyWhere stories live. Discover now