Aku kembali melajukan langkah ku dengan berjinjit agar tak ada yang mendengar. Saat di depan kamar samping tangga aku mendengar jelas suara gaduh di dalam.

"Sorry Ly, gue cuma ga mau lo sama cowo itu bahagia semudah ini di atas derita gue. Gue sayang sama lo Ly gue harus balas semua!!!" Ucap laki-laki itu yang sudah pasti Halik.

Satuu..

Dua..  

Tiga..
Bruakkkk.

Aku mendobrak pintu kamar Halik dan aku shock melihat Illy tanpa busana,hanya bra dan underware yang menutupi tubuhnya. Aku berjalan cepat menghampiri Illy. Ku tarik kasar badan Halik yang mengunci tubuh Illy di atas kasur hingga ia tersungkur ke dinding. Aku menarik Illy dalam dekapanku, ku tarik selimut yang menutupi tubuh wanita jalang yang menonton atraksi Halik tadi dan ku balutkan ke tubuh Illy.

"Itte bawa Illy keluar!" Teriakku sudah sangat geram.

Tanpa babibu... Itte membawa Illy keluar.

Arif yang tadi mencoba menenangkanku kini ikut bereaksi.

"Brengsek!!!! Bajingan kalian berdua! Apa bedanya kalian sama setan? Bahkan kalian seperti iblis. Mementingkan ego dan nafsu!" Plakkkk. Arif menonjok keras wajar Halik hingga ia terbentur lemari kaca.

Halik yang mencoba berdiri, kembali ku tahan. Aku meluapkan emosiku. Ku hantamkan dirinya ke dinding. Ku tonjok berulang kali hingga darah segar keluar dari setiap sudut wajahnya.

"BAJINGAN LO! GUE GA SEGAN-SEGAN NGABISIN LO!! GUE UDAH COBA PERCAYAKAN PRILLY SAMA LO, TAPI LO APA HAH? LO GA BISA JAGA DIA!" Teriakku geram dan kembali memukulnya.

Setelah ku rasa dia sudah lemah dan mungkin pingsan, aku beralih ke Sinta yang duduk menangis takut di sudut kamar.

"Lo apain Illy hah?" Tanyaku dengan emosi yang sudah membara.

"Ma...maafin gue. G...gue mohon ja..ngan sakitin gue." Tangisnya terisak kuat.

Aku menjambak rambutnya kuat hingga ia merintih.

"Awa aja lo kalo masih ganggu hidup Illy  lo bakal lebih dari itu!" Tunjukku pada Halik.

"Gue janji Li. Lepasin pliss. Sakit" Lirihnya meringis.

"Cewek apaan lo hah? Mau-maunya ngelakuin ini demi cowo yang jelas udah punya pacar!!! Ga punya harga diri lo. Lo mau hah gue sebarin di seluruh dunia keadaan lo kaya gini? Sama aja lo sama cowo brengsek lo. Liat aja pembalasan gue!" Ancamku.

Aku mengambil hp di saku celana,mengambil foto Halik dan Sinta yang tanpa sehelai kainpun. Kemudian ku umbar senyum sinisku dan keluar ruangan diikuti Arif.

Aku langsung menghampiri gadis tercintaku dan memeluknya erat. Tangis Illy belum juga reda. Kurasakan sangat sakit melihat Illy seperti ini.

"Pulang yuk sayang. Kita balik ke rumah ya." Ajakku lembut menyerka airmatanya.

Dia hanya mengangguk dan ku berikan kunci mobil pada Arif, memintanya menyetir.

Aku duduk di bangku belakang dengan Illy. Aku iba melihatnya seperti ini, gadis baik nan lugu yang sangat ku kasihi mengapa harus seperti ini. Apa salahnya? Serumit inikah jalan hidupnya. Mungkin setelah ini traumanya akan menjadi-jadi atau mungkin akan phobia terhadap laki-laki! Ah tidak mungkin!!!!.

"Kamu tidur ya, nanti kalo udah di rumah aku bangunin." Bisikku pelan membelai kepalanya dan mengusap punggungnya yang masih terbungkus selimut tebal.

Aku merebahkannya di pangkuanku, ku tutup semua bagian tubuhnya kecuali kepala. Digenggamnya tangan kananku erat dan tangan kiriku mengusap rambut sebahunya. Kurasa dia sudah tertidur pulas karena terlalu lelah melalui hari yang panjang ini.

"Te, Rif gue harus balas perbuatan mereka!" Ucapku membuka suara.

"Kita pikirin nanti Li. Gue juga mau bantu lo. Tapi kita fokus ke Illy dulu." Sahut Arif.

"Gue heran deh, apa sih salah nih anak. Polos, lugu, baik walaupun kadang tengil. Tapi kalo ga dimulai duluan dia ga akan bales. Gue tau banget sama Illy, dia sebenarnya penyayang dan penyabar  banget. Gue kasian sama dia. Gue ga mau dia sakit kaya gini terus." Ucapku lirih sambil memandang pipi chubbynya yang ku elus.

"Lo sabar Li. Kita semua bakal cari jalan yang terbaik. Yang jelas, penjagaan ke Illy harus lebih ekstra." Jawab Itte.

"Iya, gue ga bakal biarin dia sendiri kemana-mana. Gue tau setelah ini dia ga bakal langsung balik sama gue apalagi traumanya keungkit lagi. Kasian kamu sayang. Maafin aku, kalo dulu aku tetap ada disisi kamu mungkin ga akan ada kejadian kaya gini." Tanpa diminta, airmataku menetes, perih yang kurasa melihat belahan jiwaku lemah seperti ini.

"Udah lah Li. Masa lalu cuman buat pelajaran, lo ga boleh menyesali itu mulu. Sekarang saatnya lo tunjukkin kalo cinta lo harus cepat pulang ke rumahnya biar lo bisa sama-sama lagi. Dan lo harus jagain dia." Ungkap Arif

"Oke, gue harus cepat balik ke rumah cinta gue." Sahutku mantap.

Tepat pukul 02.30 pagi kami sampai di rumah Illy, aku menggendongnya ke kamar karena tidak mau mengganggu tidurnya. Aku meminta Itte mencek badan Illy kalau saja ada yang lecet dan menyuruh Itte memakaikan pakaian Illy, sementara aku menunggu di sofa depan tv.

"Untung banget besok weekend bro." Ucap Arif menghempaskan pantatnya di sofa sampingku.

"Iya ya. Mending dirumah aja deh kita besok." Sahutku.

"Iya gue juga capek banget." Sahutnya.

Itte keluar dari kamar Illy.

"Udah Li. Aman ga ada apa-apa. Gue tidur sama Arif aja ya, lo temenin Illy. Dia lebih butuh lo dan ingat!!! Jangan ambil KESEMPATAN!" Ucap Itte menekan kata kesempatan dan menunjuk wajahku.

"Oke makasih ya. Ya kaleee gue ngambil kesempatan kaya gini. Ya udah tidur gih. Capek banget gue. Lo bedua tuh hatu-hati ada setannya ntar." Godaku sambil berlaku ke kamar. Ku dengar Itte setengah berteriak tapi aku hanya melempar senyum jahilku

Ku liat Illy sudah tertidur pulas berbalut selimut doraemonnya. Aku merebahkan diri di sampingnya. Ku pandang lekat wajahnya. Ku cium keningnya lama, lalu beralih ke mata, pipi, hidung dan terakhir di bibir sexynya.

"Night chubby. I love you, i always with you, and this is my home, place my love. Aku bakal terus jagain kamu sayang. Aku selalu sayang kamu, gadisku yang kuat, yang hebat dan ga pantang nyerah, hidup sederhana dan tetap apa adanya. Kamu yang akan aku ajak menuju surga dunia dan akhirat bersama dengan anak-anak kita Prilly Latuconsina. Ali Love Illy" Ucapku berbisik sambil mengelus pipi Prilly.

Lelah sudah menyerangku karena tenagaku sudah terkuras habis menghajar kedua orang brengsek tadi. Aku mengangkat kepala Prilly dan menjadikan lenganku sebagai bantalan kepala Prilly. Kuarahkan tubuh Prilly menghadapku dan ku peluk tubuh mungilnya. Aku mulai memejamkan mata, bagiku hari ini terasa sangat panjang.

Jalan Pulang Cintaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن