Pangeran Sentarum berjalan cepat menaiki tangga istana Radakng untuk menuju ke aula istana. Dia merasa cemas kepada pasukan Simpei yang tiba terlebih dahulu untuk melaporkan perburuan Rengkang.
Sentarum merasa yakin bahwa dia telah menghapus seluruh jejak Nimari di gubuk Ladepa. sehingga ia berharap bahwa yang nantinya Simpei ketahui hanyalah keberadaan Ladepa itu Sendiri. Akan tetapi, disisi lain Simpei adalah orang yang sangat cerdik.
Sentarum mengenalnya sejak dari kecil. Simpei adalah orang yang cerdik dan mampu membaca situasi dengan baik. Pernah suatu ketika saat beberapa tawanan melarikan diri, Simpei berhasil menangkapnya seorang diri dalam waktu semalam. tak heran jika ia djuluki iblis dari Muntai
Tibalah Sentarum di aula istana. Tepat di saat Simpei dan seorang pengawal perburuan Rengkang berkumpul bersama dengan raja Peguntur. Sentarum mengatur nafasnya sejenak yang sempat naik turun, serta ekspresi wajahnya yang terlihat sangat cemas ketika berlari menuju istana.
Melihat Sentarum tiba, Peguntur tampak sumringah. "Pangeran, lekas kemari. Hari ini aku punya kabar baik untukmu."
Setarum terlebih dahulu bersimpuh di depan sang raja, kemudian dia mengambil tempat disampingnya.
"Simpei, sampaikan kabar ini kepada pangeran." Titah Peguntur.
"Hamba Laksanakan, baginda Raja. Pangeran, Hari ini hamba beserta para pengawal berhasil menemukan tempat persembunyian panglima Ladepa." Simpei menatap Sentarum serius.
Sentarum mengangguk, "lalu, apakah panglima Ladepa masih hidup? bagaimana dengan putra mahkota Raja Nabadau?"
Simpei menggelengkan kepala, "dia telah tiada. Jika berbicara Putra Mahkota, hamba masih belum menemukannya,"
"bisa saja putra mahkota Rengkang telah tiada." Kata Sentarum. "lagipula, tidak mungkin seorang panglima besar macam Ladepa bisa merawat seorang bayi yang baru lahir, dan membawanya kedalam hutan yang berbahaya seperti hutan Kapuas,"
Sentarum berusaha meyakinkan para hadirin di aula istana, dia berharap agar perburuan Rengkang kali ini berakhir pada kabar kematian Ladepa, tidak lebih dari itu. Dia ingin menyembunyikan kenyataan bahwa sebenarnya raja Nabadau memiliki seorang putri mahkota yang bernama Nimari.
"maafkan hamba Pangeran, Jikalau Ladepa tidak bisa merawat seorang bayi yang baru lahir apalagi seorang anak raja. lalu bagaimana dengan pemakaman Ladepa yang terletak di depan gubuknya sendiri? bukankah hal yang tidak mungkin bahwa seorang yang telah meninggal dapat menggali kuburannya sendiri?" Sahut patih Batoa.
Mendengar hal itu, Peguntur tertawa keras. dan beberapa pengawal Simpei yang turut ikut perburuan menahan tawa. Pernyataan Batoa jelas mempermalukan Sentarum sebagai putra mahkota. Sentarum menatap tajam Batoa kemudian saling berpandangan dengan Simpei.
"kau sangat-sangat cerdik sekali, Patih Batoa." Peguntur mengayunkan telunjuknya tepat di depan Batoa sambil berusaha menahan tawanya.
"Simpei, kabar buruk apa yang ingin kau sampaikan? apakah kau menemukan seseorang yang mencurigakan ketika melakukan perburuan di hutan Kapuas?" Tanya Peguntur.
Ketika Simpei hendak membuka mulut, tiba-tiba seorang pengawal dibelakang Simpei menyahut, "benar, baginda Raja.. Seorang gadis membunuh tiga belas diantara kami."
"Tiga belas? Seorang diri?" Peguntur terbelalak mendengar pernyataan seorang pengawal dibelakang Simpei.
Simpei mengangguk, "benar baginda, dia sangat ahli menggunakan mandau. Geraknya cepat seperti angin, tenang seperti air dan lihai seperti seorang petarung sejati."
Mendengar pernyataan Simpei, seisi aula istana lantas hening. Jelas sekali bahwa gadis yang dibicarakan bukanlah gadis biasa.
"Gadis hutan itu... Apakah memiliki rajah ditubuhnya?" Tanya Peguntur sambil memegang dagunya.
YOU ARE READING
The Heart Of Kapuas
Historical FictionSembilan belas tahun setelah pembantaian Muntai terhadap Rengkang, Ladepa sang panglima setia bersembunyi di dalam hutan bersama dengan Nimari. Nimari putri kerajaan Rengkang bermaksud untuk membalas dendam.