Rumput bulu

434 67 4
                                    

Lelaki dari muntai itu hanya menghela nafas, "setelah melihat berbagai macam tanaman obat milikmu, aku jadi bimbang."

"Apa maksudmu?" Tanya Nimari.

"Aku tidak pernah menjumpai tanaman  obat sebanyak ini selama aku di Long paka. Hmm.. apakah kau seorang tabib?"

Nimari terdiam sesaat, "kau bisa menyebutnya begitu. Lalu, tanaman obat apa yang kau butuhkan?"

"Aku tidak tau tanaman apa. Tapi, seseorang di rumahku sedang panas." Lelaki itu tanpak kebingungan.

"Baiklah.." Nimari mengangguk paham. Dia lalu mengambil sebuah rumput yang masih kehijauan beserta akarnya.

"Sekilas, itu tampak seperti rumput biasa." kata lelaki Muntai itu sambil memegang rumput yang diberikan Nimari.

Rumput dengan bentuk yang lebih panjang dan lebih kecil dari rumput biasa.

"Ini rumput bulu. Aku mengambilnya sendiri di hutan Kapuas. Kau bisa menumbuk dan menyeduhnya dengan air panas. Airnya kau minum, sedangkan ampasnya kau balur di dahinya." Kata Nimari menjelaskan.

Lelaki muntai itu mengangguk senang, "berapa yang harus aku bayar dengan tanamann obatmu?"

Nimari terdiam sejenak, selama ini dia tidak pernah menjual ramuanya. Ataupun melakukan jual beli di pasar.

"Apa yang kau bawa?"

Pertanyaan Nimari membuat lelaki Muntai itu bingung, dia mengerutkan keningnya sejenak lalu menunjuk gerobak yang tak jauh darinya.

"disana, Aku membawa rotan muda dan beberapa terong asam. Apa kau mau?"

Nimari mengangguk, "ya, berikan aku beberapa rotan muda?"

Lelaki Muntai itu berjalan menuju gerobaknya, dan mengambil beberapa rotan muda dan terong asam. Jumlahnya sedikit lebih banyak dari yang diminta oleh Nimari. Lelaki itu kemudian berjalan menghampiri Nimari dan mengulurkan tangannya, "ini.."

Nimari tertegun melihat lelaki dari Muntai itu, dia tak mengira bahwa lelaki Muntai memberikan sebanyak itu. Awalnya ia berfikir bahwa setiap orang Muntai adalah orang yang jahat.

"bukankah.. Ini terlalu banyak?" kata Nimari ragu.

lelaki itu hanya tersenyum kecil. "jika itu bisa membuat keluargaku sembuh, mengapa tidak? sudah tiga hari dia panas, dan aku menjadi khawatir."

"oh.. Baiklah, terimakasih." Nimari menerima rotan muda pemberian lelaki itu. "semoga rumput bulu ini bisa membuatnya sembuh. jika tidak, kau bisa datang kemari. Aku berjanji akan membuat ramuan yang lebih baik lagi."

Lelaki Muntai itu mengangguk tersenyum. 

brakkkk....

 Suasana pasar tiba- tiba menjadi porak poranda.  Lima sekawan bandit yang tiba-tiba datang dari utara menendang gerobak milik lelaki dari Muntai. Para pedagang lain yang melihatnya lantas dengan segera membereskan daganganya dan berlari. Sebelum kawanan bandit itu menyerang mereka.

"Siapa yang meletakkan gerobak ini sehingga mengganggu jalanku?!" teriak salah seorang pemimpin bandit itu. 

Dengan badan tinggi kekar bertelanjang dada, dia memikul mandau di bahu kanannya sembari menatap bengis orang-orang sekitar pasar. Sehingga membuat orang-orang yang melihatnya begidik ketakutan.

"jawab!!"

Pemimpin bandit itu berteriak keras disaat semua orang terdiam dan menjauhinya.

"i... Itu.. Milikku.." Jawab lelaki Muntai itu dengan suara yang bergetar ketakutan.

pemimpin bandit beserta kawan-kawanya mendekati lelaki Muntai yang tampak begidik ketakutan. 

Pemimpinya mendekati lelaki itu sambil melotot menyeringai, "kau rupanya punya nyali untuk menghalangi jalanku, hah?! cepat serahkan koin emas atau perakmu!" sambil menodongkan mandaunya ke arah lelaki Muntai itu.

Lelaki Muntai itu mengeluarkan beberapa koin perak dari sakunya. Pemimpin bandit dengan cepat merampas koin itu, "hanya ini yang kau punya?"

Lelaki Muntai itu mengangguk.

Salah seorang kawanan bandit itu menyahut, "tidak mungkin, kau membawa tumpukan rotan muda dan terong asam. Akan tetapi kau memiliki tujuh koin perak? kau pasti menyembunyikanya di saku bajumu?"

"cepat serahkan!" teriak pemimpin bandit itu sambil mengarahkan mandaunya di leher lelaki Muntai itu."

"Hentikan!" teriak Nimari yang berjalan mendekati lelaki Muntai itu.

Ampong dan suroto saling menatap dan terbelalak heran. Dia tak mengira bahwa Nimari memiliki Nyali sebesar itu untuk berbicara lantang di depan para bandit pasar.

The Heart Of KapuasWhere stories live. Discover now