Pertemuan tak terduga

1K 111 0
                                    

Simbara kali ini berdecak karena anak panahnya melesat dari rusa betina buruanya. Kali ini rusa buruanya tampak cerdik, dia berhasil lolos dan bersembunyi di dalam semak tanpa meninggalkan sedikitpun suara.

Aneh, apakah rusa-rusa itu belajar dari kawan-kawanya yang mati diburu? Gumam simbara dengan dugaanya yang tidak masuk akal.

Perburuanya dari matahari terbit hingga berdiri di tengah langit tak menghasilkan apapun, dia tampak kesal. Langkahnya terus menjamah belukar hutan. Mengikuti kemana perginya rusa betina. Siapa tahu dia masih bersembunyi diantara semak sambil menanti kepergian Simbara yang ternyata tak patah semangat.

Tak jauh dari sebuah pohon ulin yang menjulang ke langit, terdapat sebuah pergerakan kecil diantara semak. Simbara dengan cepat mengambil busur dan menari anak-panahnya. Rupanya buruanya masih menikmati rerumputan dibalik semak.

Seorang gadis tiba-tiba berdiri dan menoleh ke arah Simbara. Bersamaan dengan Simbara melepaskan anak panahnya. Dia sungguh tidak mengira bahwa rusa yang ia kira bersembunyi di balik semak itu adalah seorang gadis yang ia kenal, Nimari.

"TIDAK!" teriak Simbara.

Nimari yang terlebih dahulu menyadari arah panah Simbara dengan cepat mengalihkan badannya. Nimari sangat tangkas, begitulah selayaknya seorang gadis yang dibesarkan di dalam hutan. Anak panah itu hanya mengenai beberapa helai rambut Nimari yang jatuh ke tanah.

Dia memalingkan tubuhnya menatap Simbara yang terduduk lemas. Mengira bahwa anak panahnya akan mengenai Nimari. Namun ternyata tidak.

"apa aku tampak seperti buruanmu, Simbara?" tatap tajam Nimari.

Terbersit di dalam hati Simbara bahwa dia akan mengiyakan pertanyaan Nimari. Ya, mata Nimari yang indah itu sungguh menyamai mata rusa betina, tajam dan memiliki bulu mata yang lentik.

"tidak... Aku tidak mengira bahwa kau ada di balik semak Nimari. Maafkan aku!" Simbara berdiri menghampiri Nimari. Dan dia melihat di tangan Nimari sebuah keranjang kosong dimana tanaman obat-obatan jatuh berserakan dibawahnya.

"sedikit saja aku lengah, anak panah itu pasti akan mengenai jantungku," Nimari lalu berjongkok memungut tanaman yang ia petik terjatuh.

Simbara dengan sigap membantu Nimari. Perasaan bersalah masih memenuhi dirinya. Tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahanya. Nimari begitu menutup diri, dia bergegas mengumpulkan tanaman lalu segera berdiri dan meninggalkan Simbara.

"tunggu," panggil Simbara menghentikan langkah Nimari.

"apa?" tatap Nimari datar.

Simbara memutar bola matanya, dia memberanikan diri untuk berbicara kepada Nimari yang jelas-jelas menutup diri kepadanya. "aku tau, aku tidak tau diri mengatakan hal ini. Tapi.. aku mohon, berburulah bersamaku"

"ha?" Nimari mengerutkan alisnya. "ya, kau memang tidak tahu diri Simbara. Setelah hampir membunuhku, kau memintaku untuk berburu bersamamu?" dia mengulang kata-kata Simbara untuk meyakinkan dirinya atas sebuah permintaan yang tidak masuk akal baginya.

"aku sangat kesal terhadap diriku sendiri karena seharian ini aku tidak mendapatkan buruan apapun. Sejak kita berburu bersama waktu itu, tampaknya hewan-hewan di hutan ini semakin cerdik menghindari anak panahku,"

Simbara tampak lega membuat alasan yang ada. Meskipun kedengaranya tidak masuk akal bagi Nimari, dia akan tetap mencari alasan-alasan lain untuk kembali berburu bersama.

Nimari menghela nafas, entah dia tau apa maksud Simbara. Tapi Nimari berjalan mendekati Simbara dan merentangkan tanganya. "Serahkan busurmu,"

Simbara tak punya pilihan lain selain menyerahkan busur dan kantong panahnya.  

The Heart Of KapuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang