menguntungkan

152 28 5
                                    

Istana Muntai

Kediaman pangeran Sentarum..

Beberapa patih berkumpul di kediaman pangeran Sentarum, mereka menyerahkan beberapa gulungan kertas berisi laporan-laporan mengenai desa-desa kecil di wilayah Muntai.

Peguntur terbaring lemah di ruangannya, rupanya ramuan-ramuan yang dibuat oleh tabib Tidjan perlahan tidak bisa menyembuhkan penyakit usia senja Peguntur.

Namun tekad kuat Peguntur dalam berkuasa rupanya enggan menyerahkan mahkotanya kepada anak semata wayangnya, Sentarum.

Pangeran Sentarum membuka satu persatu laporan mengenai wilayah, hasil panen dan keadaan rakyatnya. Dia mengerutkan dahi membaca laporan dari para patih.

"Rupanya, seperti yang aku duga, upeti yang ditetapkan oleh baginda raja sangat memberatkan rakyatku.  Hasil jual panen mereka tak sebanding dengan upeti yang harus dibayar. " Sentarun meletakkan gulungan kertas di depannya.

Salah seorang patih kemudian bersimpuh di depan Sentarum.  "Ampun pangeran, sejatinya kami dan rakyat ingin sekali membayar upeti sesuai apa yang baginda raja tetapkan. Akan tetapi sulitnya kami mendapatkan benih-benih di Longpaka dengan harga yang tinggi."

"Long paka.. " Sentarum mengguman. Hanya mendengar tempatnya saja, ia teringat pada Nimari.

"Patih batoa, bagaimana dengan hasil tambang emas di Rengkang? Cukupkah kita, apabila menukar beberapa emasnya dengan benih yang bermacam-macam. Aku rasa para pedagang di Long paka itu akan dengan senang hati menerimannya dengan emas kualitas Rengkang."

Batoa tertegun mendengar keputusan Sentarum. Selama ini Peguntur hanya menyimpan sebagian emas hasil tambang untuk perluasan wilayah sekaligus membeli beberapa senjata. "Ampun pangeran, bukankah sebaiknya  mengenai hal itu lebih baik menunggu keputusan baginda raja?"

"Apa kau meremehkanku, patih Batoa?" Celetuk Sentarum. Jelas perkataan Batoa barusan meremehkan Sentarum.

"Tidak.. Tidak pangeran. Maksud hamba, mereka para pedagang di long paka sudah bertahun-tahun menikmati tanah Kapuas dengan berdagang. Dan hamba kira, menukar emas dengan benih itu tidak begitu menguntungkan bagi Muntai. Dan tentunya, tidak sebanding nilainya, pangeran."

Pendapat Batoa barusan membuat mata para oatih tertuju padanya, mereka menatap sinis. Bagaimana tidak, yang Batoa pikirkan hanyalah kepuasan Peguntur Semata.

Sentarum menatap tajam patih Batoa, "Long paka jelas bukan kekuasaan Muntai, Patih. Itu adalah tanah Kapuas. Tanah milik bersama. Yang aku utamakan disini adalah bagaimana cara rakyatku membayar upeti tanpa menyusahkan mereka. Tanpa melanggar aturan raja."

Batoa seketika bungkam dengan pernyataan Sentarum. Sebaliknya, para patih tampak sumringah mendengar perkataan Sentarum.

"Baiklah,. Patih Batoa, tukar beberapa emas ke Long paka untuk ditukar dengan berbagai macam benih. Lalu setelah itu bagikan ke seluruh penjuru sawah dan Ladang di wilayah Muntai. Aku tidak mau rakyatku kesulitan bercocok tanam dan membayar upeti."

Sentarum menulis surat perintah untuk patih Batoa disertai segel kerajaan Muntai. Hal itu juga menutup pertemuan antara patih yang merasa puas dengan keputusan Sentarum.

Mereka keluar dari kediaman Sentarum dengan merasa lega dan sumringah. Sebab baru kali ini Muntai memberikan keputusan yang tidak hanya berpihak kepada kerajaan, namun juga berpihak kepada kesejahteraan rakyatnya.


The Heart Of KapuasWhere stories live. Discover now