Pesan terakhir

858 101 3
                                    

Ladepa mengeluarkan sesuatu di bawah ranjangnya, sebuah kain tenun perpaduan antara hijau dan hitam dengan motif tinggang khas Rengkang.

"apa ini, mama'?" tanya Nimari setelah menerima kain tenun pemberian Ladepa.

"jika aku telah tiada, pergilah ke desa kecil bernama Kayan. Desa itu terletak di ujung wilayah Muntai. Ikutilah matahari terbit, kau akan menemukanya. Dan temuilah seseorang bernama Lamiang. Serahkan ini, dan katakan bahwa tugasku telah usai, dan sampaikan maafku." Ladepa lalu mengambil sebuah belati dan memotong beberapa helai rambutnya dan memasukkannya kedalam kantong kecil.

Bibir Nimari bergetar, namun sang mantan panglima itu membelai lembut rambutnya, "dan berikan beberapa helai rambutku,"

Bibir Nimari tertutup rapat, dia hanya mengangguk dan menerima pemberian Ladepa. Segera dia bergegas untuk keluar kamar Ladepa dan berlari keluar. Dia mengusap air matanya, lalu menangis.

******

"apa kau berburu pagi ini, anakku?" tanya Ladepa sambil menatap punggung Nimari yang tidur disampingnya.

Sejak siang tadi dia tak mendengar suara Nimari menumbuk ramuan maupun tungku yang berada di dapur. Meskipun Ladepa tahu bahwa Nimari telah menangis karena mata sembabnya tampak jelas di wajahnya. Dan sebenarnya Ladepa hanya berpura-pura tidak mengetahui hal itu, karena Nimari pasti akan merasa malu.

"Tidak," Jawab Nimari rendah.

"mau aku ceritakan sesuatu, anakku?"

Nimari diam membisu, Ladepa tersenyum ketika melihat seorang putri yang diasuhnya merajuk, dia lalu membuka pembicaraan, "ini tentang jantung Kapuas,"

Nimari membuka lebar matanya, di balik punggungnya dia mulai tampak penasaran dengan cerita yang akan Ladepa sampaikan. Sebab ia sedari kecil, Ladepa jarang menceritakan tentang Kapuas, tempat kerajaan milik ayahnya berada.

"ketika langit dan bumi bersatu, disitulah jantung Kapuas berada."

"apa maksudnya? Mama' tidak pernah menceritakan ini sebelumnya." Dengan rasa penasaran, Nimari berbalik menghadap Ladepa.

Ladepa lantas terkekeh perlahan melihat Nimari yang mulai penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Dia lalu perlahan bangkit dengan kedua tanganya yang tampak sedikit gemetar dan bersandar di dinding. Nimari yang awalnya malu menunjukkan matanya yang sembab, kini berbalik arah dan duduk di samping Ladepa. Sambil membelai lembut rambut Nimari, Ladepa melanjutkan ceritanya.

"jantung Kapuas dahulunya adalah sebuah kisah yang sekarang hanya menjadi dongeng, anakku. Dahulu, Leluhur Muntai dan Rengkang hidup berdampingan. Mereka adalah dua kerajaan besar yang bersatu dan saling membantu.Rengkang yang melambangkan tinggang sebagai kekuasaan langit memiliki permata berwarna biru. Sedangkan Muntai yang melambangkan jata sebagai kekuasaan bumi memiliki permata berwarna kuning. Mereka berjanji di tepi sungai Kapuas dengan darah mereka dan menyatukan dua permata mereka sehingga berwarna hijau, seperti tanah Kapuas. Ketika kau melihat Lambang jata dan tinggang bersatu, disitulah jantung kapuas berada"

Nimari menaikkan kedua alisnya, cerita Ladepa benar-benar mematahkan anggapanya selama ini bahwa kedua kerajaan itu memang selalu bersihtegang sejak dahulu kala. Dan juga, permata biru laut yang menggantung di lehernya memanglah peninggalan leluhurnya.

"jadi.. Pegunturlah yang merusak perjanjian itu, mama'?"

Ladepa mengangguk lemah, "kau benar anakku, karena dia ingin mengusai tambang emas milik Rengkang. Peguntur akan melakukan apapun demi kekayaan, seperti menghabisi seluruh keluarga kerajaan Rengkang dan rakyatnya."

"Peguntur jahanam," umpat Nimari. giginya menggertak karena dia benar-benar marah dengan perbuatan Peguntur selama ini.

Ladepa terdiamsejenak, dia sedikit mengatur nafasnya pelan-pelan untuk melanjutkan ceritanya."oleh karena itu, biarkan jantung Kapuas menjadi dongeng untuk selamanya.Selama permata biru itu masih berada di tanganmu, Peguntur tidak akan mengusaiKapuas seutuhnya."

The Heart Of KapuasDonde viven las historias. Descúbrelo ahora