Hangus

489 83 3
                                    

Nimari tak berkutik saat berdiri di depan gubuknya. Asap mengepul dan membumbung tinggi di langit. Api berkobar memakan setiap bagian-bagian dari gubuk kecil Nimari hingga tak menyisakan apa-apa.

Nimari terduduk lemas saat tempat yang ditinggalinya hangus dilahap api oleh prajurit Muntai. Dia meremas tanah makam Ladepa yang berantakan sambil berteriak penuh benci dan amarah. "Peguntur biadaaaaaaaabbb!!!"

Mendengar Nimari mengucapkan sumpah serapah kepada Peguntur, Simbara hanya terpaku berdiri menatapnya sedih. Dia tak mengira bahwa Simpei akan melakukan sejauh ini demi titah Peguntur, dan demi diangkatnya Simpei menjadi seorang panglima. Sebab, Peguntur menawarkan hadiah yang menggiurkan karena pencarianya selama sembilan belas tahun selalu tidak membuahkan hasil.

Simbara mendekati Nimari yang mengusap air matanya. Dia merengkuh bahu Nimari dan membantunya berdiri, "Nimari, tidak ada gunanya meratapi apa yang telah terjadi."

"bagaimana tidak Simbara, sekarang aku benar-benar tidak punya apa-apa lagi. Rumahku, dan orang yang menemaniku selama ini telah pergi meninggalkanku. Bagaimana aku bisa hidup nanti." Kata Nimari dengan suara yang bergetar.

"aku memiliki tempat tinggal di Long paka, tinggallah disana." Simbara mencoba menenangkan Nimari, "aku tidak akan tinggal bersamamu. Tapi aku berjanji akan sering mengunjungimu."

Nimari menatap mata Simbara dalam-dalam, perasaan tulus Simbara benar-benar terpancar di kedua matanya. Tidak ada niat buruk sedikitpun.

"Simbara, aku tidak bisa menerima kebaikanmu begitu saja. Aku akan mencari sesuatu di Long paka untuk membalas kebaikanmu."

Simbara mengerutkan alisnya, "Sesuatu? Maksudmu bekerja?"

Nimari mengangguk mantap, "ya, selama aku bisa mendapatkan upah untuk membalasmu,"

Mendengar kepolosan Nimari, Simbara terkekeh. Tanpa sadar tanganya mengusap-usap lembut kepala Nimari, "kau benar-benar gadis hutan yang polos, Nimari."

Mendengar Simbara menyebutnya gadis hutan, Nimari merasa jengkel. Dia menepis tangan Simbara yang masih memegang lembut kepalanya, "berhenti menyebutku gadis hutan."

"hahaha.. Baiklah. Nimari, kau tak harus bekerja untuk memberikan sesuatu untukku. Kau selamat dan tidak terjadi hal buruk denganmu, itu lebih membuatku senang."

Nimari mengangguk, "terima kasih Simbara."

Simbara mengangguk, tanganya memegang dagunya sambil berfikir sejenak. Dia melihat rajah ditangan kanan Nimari. "bukankah kau pandai meramu obat? kau bisa hidup sebagai tabib di Long paka."

Nimari mengangkat tanganya dan melihat rajah yang diukir oleh Ladepa, "kau benar, Simbara. Aku bisa mengambil tumbuhan-tumbuhan obat disini untuk dijadikan ramuan."

"ya, aku yakin sekali kau akan menjadi tabib hebat di Long paka." Kata Simbara. dia lalu menggenggam pergelangan tangan Nimari dan pergi tak jauh dari gubuknya, "aku punya sesuatu untukmu."

Simbara membelah semak-semak tinggi didekat pohon besar yang tak jauh dari gubuk Nimari. Dia lalu mengambil beberapa gundukan rerumputan kering dan mengambil sesuatu di dalamnya, pakaian Nimari.

"aku tahu bahwa prajurit itu sedang mengejarmu, Nimari. Aku terlebih dahulu menghapus jejakmu di gubuk ini sebelum aku menolongmu dari prajurit Muntai. Agar prajurit itu maupun Peguntur tidak akan menemukan petunjuk sedikitpun tentangmu."

Nimari terperanga, dia mundur selangkah menjauhi Simbara, "Simbara, darimana kau tau mereka sedang memburuku?"

Simbara tersenyum kecil sambil memutar kepalanya melihat Nimari yang menjauhinya, "kau adalah seseorang yang dicari oleh Peguntur sembilan belas tahun ini. Nimari, kau adalah putri Nabadau dari Rengkang yang kini telah musnah." 

The Heart Of KapuasWhere stories live. Discover now