Jati diri

509 84 2
                                    

"Simbara, siapa kau sebenarnya?" Nimari bersikap waspada sambil memegang bilah mandaunya.

Simbara menaikkan sudut bibirnya ketika melihat tangan Nimari memegang mandaunya dengan sikap akan menyerang, "apa kau akan melukai leherku lagi? Bahkan yang lalu belum juga sembuh."

"mungkin saja, jika kau adalah salah satu dari mereka."

"tenanglah Nimari," jawab Simbara sambil mengangkat tangannya, "bukankah aku pernah mengatakan kepadamu agar kau tidak terlalu menutup diri di hutan yang luas ini. Kau adalah seseorang yang paling dicari oleh raja Peguntur di bumi Dayak. Apa dengan begitu kau hanya diam saja dan bersembunyi di dalam hutan untuk selamanya?"

Perkataan Simbara membuat Nimari berdiri kaku dan teperanga untuk sejenak, "Apakah kau orang Rengkang sama sepertiku?"

Simbara menggelengkan kepalanya, "tidak., kau bisa lihat tidak ada rajah di seluruh tanganku." Simbara merentangkan kedua tangannya untuk meyakinkan Nimari. "aku hanya memiliki di leher."

Nimari melihat leher Simbara yang masih tertutup oleh baluran dedaunan yang telah ditumbuk. Dia merentangkan telunjuknya ke arah leher Simbara. "jadi, itu belum sembuh?"

"tentu saja! Kau memberikan luka yang cukup dalam. Dan beruntungnya aku masih hidup." Simbara berkata apa adanya, meskipun dia tidak bermaksud untuk menyinggung Nimari.

"jadi, kau berasal dari dayak mana?" tanya Nimari.

Simbara hanya mengalihkan badannya dan berjalan menjauhi Nimari.

"hei..!" Teriak Nimari kesal.

Simbara menghentikan langkahnya dan berbalik arah sambil tersenyum menggoda Nimari, "Kenapa tidak melanjutkan pembicaraan kita sambil berjalan?"

Nimari hanya mendengus kesal, dia lalu berlari kecil dan mengikuti langkah Simbara disampingnya. Nimari memandangi wajah Simbara yang tampak tenang sambil menatap ke depan.

Tampak rahangnya membentuk sebuah sudut yang sempurna dengan hidung mancung dan bulu mata yang lebat. Nimari yang pertama kali mengamati Simbara secara dekat nyaris tak berkedip.

"kenapa?" Simbara menoleh ke arah Nimari sambil menaikkan kedua alisnya.

Nimari tampak sedikit gugup, dia memutar bola matanya sambil mencari alasan. "kau belum menjawab pertanyaanku, dari dayak mana kau berasal? Muntai atau Rengkang?"

Simbara melihat sekilat wajah Nimari kemudian menatap depan sembari tersenyum kecil, "aku berasal dari dayak Kapuas."

Nimari mengerutkan alisnya tidak percaya, "tidak mungkin,."

"bukankah dayak Rengkang dan Muntai adalah satu rumpun yang berasal dari dayak Kapuas?" sahut Simbara.

Nimari hanya terdiam, tidak salah apa yang dikatakan oleh Simbara.

"kau pasti pernah dengar Jantung Kapuas, Nimari. Itu adalah tanda perdamaian leluhur Rengkang dan Muntai."

Mendengar Jantung kapuas, Nimari tampak kaget. "ya, bapa asuhku pernah menceritakan itu kepadaku. Tapi karena perang yang dilakukan oleh Peguntur, Jantung Kapuas saat ini meredup."

"tampaknya aku mengerti mengapa bapa asuhmu tidak memberikanmu rajah di tubuhmu" kata Simbara sambil menerka-nerka.

"ya.. Bapa Induku berpesan agar aku hidup bebas, Simbara." Jawab Nimari sambil menghela nafas.

Simbara mengangguk paham, itu memang seperti dugaanya. Ladepa, Raja Nabadau dan ratu Namia jelas ingin keturunan murni kerajaan Rengkang itu tak terikat oleh kisah pilu kerajaanya. Mereka justru memilih kebahagiaan Nimari untuk hidup bebas.

"tapi Simbara.." Nimari memecah lamunan Simbara, "bukankah nyawa harus dibalas dengan nyawa?"

Simbara menghentikanlangkahnya, dia terkejut mendengarkan pernyataan Nimari barusan. TampaknyaNimari masih saja bersihkukuh membalaskan dendamnya kepada Peguntur.

The Heart Of KapuasDonde viven las historias. Descúbrelo ahora