Langkau

812 106 4
                                    

Sentarum terbelalak mendengar gelak tawa Langkau. Gurunya itu memang sangat ahli dalam menyamar. Tak satupun dari anggota kerajaan maupun abdi dalam istana menyadari bagaimana dia bisa menyelinap ke dalam istana. Meskipun istana Muntai terkenal akan keamananya.

Langkau bisa menyamar menjadi apapun. Dia pernah menyamar menjadi Tabib, pelayan, hulubalang istana maupun menjadi prajurit. Gerak geriknya sangat halus dan cepat. Tingkah lakunya pun sesuai ketika dia menjadi apa. Semua dia lakukan untuk menemui muridnya, Sentarum.

Dia menemui Sentarum jika ada hal yang memang perlu disampaikan ataupun sekedar memberi nasihat. Langkau adalah satu-satunya orang yang berani mengatakan hal salah ketika Sentarum salah mengambil keputusan.

Pernah di suatu saat Peguntur memerintahkan Sentarum untuk membunuh salah seorang kepala desa yang terlambat membayar sebuah upeti. Malam sebelum itu terjadi, Langkau pergi menemui Sentarum untuk melarangnya.

Membunuh tidak akan menyelesaikan masalah. Begitulah kalimat diucapkan oleh Langkau saat itu. Oleh karenanya, Sentarum membuat keputusan lain. Yaitu memberikan beberapa gerobak berisi kayu nyamu untuk diolah menjadi pakaian. Yang nantinya hasil penjualanya akan digunakan untuk membayar upeti.

"aku mewarnai rambutku dengan sari pohon ulin dan.. Sedikit arang hitam, hahaha.." Langkau memegang rambutnya. "ini membutuhkan waktu seharian. Menjadi pelayan tua aku sudah bosan."

Sentarum menghela nafas panjang. Dia memastikan dengan mendekati Langkau dan memegang Rambut hitamnya. "guru benar-benar hebat!"

Langkau menggelengkan kepalanya, "tidak.. tidak.. Justru suku Dayaklah yang hebat. Kita bisa melakukan apapun yang alam berikan kepada kita. Bukankah begitu?"

Sentarum tersenyum lebar, "kau benar, guru."

Langkau berdiri dan bersandar di daun jendela Ruangan Sentarum. Sambil melipat kedua tanganya dan menatap bulatnya bulan purnama malam itu.

"jadi.. Apakah kau sudah menemukanya?" tanya Langkau

"ya," jawab sentarum singkat.

Mendengar jawaban Sentarum, Langkau terperanjat. "benarkah? Apakah kau yakin dia adalah anak dari Nabadau?"

"aku sangat yakin, sesuai apa yang guru perkirakan. Dia tinggal di dalam hutan Kapuas. Hutan yang penuh dengan binatang buas."

Langkau mengangguk, "tck, Ladepa tetap saja cerdik seperti dulu. Siapa yang mengira bahwa dia akan mengajak anak dari Nabadau di dalam hutan yang penuh dengan binatang buas."

Sentarum mengarahkan telunjuknya ke arah Langkau, "guru Langkau."

Langkau merapatkan bibirnya dan memutar bola matanya, dia termakan oleh perkataanya sendiri. "ah ya, kau benar muridku. Itu karena dia sudah seperti kaka'ku sendiri. Dan aku sangat mengenalnya."

"aku menyadari dia berasal dari Rengkang adalah ketika ornamen-ornamen tinggang memenuhi kamarnya. Tapi yang lebih penting, permata biru yang melambangkan Rengkang menggantung di lehernya." Jelas Sentarum.

"ya, permata biru dan tinggang memang melambangkan Rengkang. Lalu, bagaimana dengan Ladepa?"

"dia telah tiada. Tepat saat aku mengunjungi gubuk kecilnya, Nimari tidur disamping makam Ladepa sambil meratapi kepergianya."

Langkau menutup matanya sambil menghela nafas sesal. Dia tidak mengira jika akhir hidup seorang panglima besar Rengkang akan seperti ini.

"tunggu, apakah barusan kau mengatakan Nimari? apakah anak Nabadau seorang perempuan?" Langkau memastikan perkataan Sentarum.

"ya, dia seorang perempuan. Panglima Ladepa menjaga dan mendidiknya sangat baik. Dia tumbuh menjadi seorang gadis hutan yang ahli dalam berburu dan bertarung." Tanpa sadar Sentarum tersenyum tipis mengingat Nimari. "matanya indah, seperti mata rusa betina."

Langkau terkekeh sambil menepuk bahu Sentarum, "kau dulu pernah mengatakan jika anak Nabadau seorang laki-laki, kau akan menjadikan dia seorang andi. Karena dia lebih muda daripada kau. Tapi apa ini? Ternyata dia adalah seorang perempuan. Kau bahkan tanpa sadar tersenyum hanya dengan menyebut namanya." Goda Langkau. "apakah Jika anak Nabadau seorang perempuan, kau akan menjadikan dia sawae? Lihat, kau tampak menyukai gadis itu."

Sentarum lalu tersenyum, "kau benar guru, dia adalah gadis yang tidak mudah ditaklukkan."

andi = adik

sawae = istri

The Heart Of KapuasWhere stories live. Discover now