Chapter 39

167K 9.6K 271
                                    

"Kak."

"Hmm?" gumam Inka tanpa melepas pandangan dari layar laptop.

"Kak Inka enggak kangen sama Mas Endi?"

Inka menekan tombol terakhir dan kertas yang dipenuhi tulisan keluar dari mulut print. Sejam lagi, ia akan menemui Bu Nia.

"Mas Endi curhat apa sama kamu?" tebak Inka. Menurut pengalamannya selama ini, Hera selalu saja menjadi perantaranya dan Mas Endi.

Hening. Inka melirik Hera yang sedang berbaring di atas kasur. Sementara ia duduk di lantai menunggu lembar skripsinya selesai dicetak.

"Jawab pertanyaan aku dulu, Kak," rajuk Hera lalu duduk di tengah kasur.

"Enggak kangen, Mas Endi kan setiap pagi ke kosan."

"Iya, tapikan kalian udah nikah. Ketemunya juga cuma sebentar."

"Mas Endi ngomong gitu?" tebak Inka memicingkan mata.

Hera tidak menjawab, sepertinya tebakan Inka benar.

"Kayaknya Mas Endi marah, Kak. Udah dua hari ini enggak ke kosan."

Inka menghela napas, mungkin ini bumbu pertama dalam pernikahannya. Setelah bertemu Bu Nia, Inka akan menemui Mas Endi. Di ruangannya. Membuktikan apakah benar Mas Endi marah atau hanya rencana kakak beradik itu agar Inka pulang ke rumah Mas Endi.

"Masuk!"

Mendengar sahutan dari dalam, Inka mendorong pintu dan langsung menghampiri meja Mas Endi. Laki-laki itu menatapnya sebentar dan kembali fokus ke layar laptopnya.

"Ada perlu apa?"

"Bapak marah sama saya?"

Mas Endi diam.

"Eh? Kayaknya manggil Pak agak aneh," gumam Inka sengaja.

Mas Endi mengangkat kepalanya penasaran.

"Karena kita udah nikah, saya manggilnya Pak atau sayang?"

Mata Mas Endi membesar, Inka berhasil menarik perhatian Mas Endi. Namun tidak lama, Mas Endi malah menghela napas. "Emang kamu berani manggil saya sayang di kampus?"

Inka mengedikkan bahu tak acuh, aksinya menggoda Mas Endi belum selesai. "Kenapa enggak?"

Mas Endi mendengkus. "Di rumah aja kamu enggak pernah manggil sayang."

Ujung bibirnya terangkat malu. "Jadi, selama ini Pak Endi berharap saya panggil sayang?"

"Inka ..." desis Mas Endi.

"Mas, minggu lalu, dua hari berturut-turut aku nginep di rumah Mas. Terus dua minggu yang lalu, aku nginep sampai empat hari—"

"Itu kan minggu lalu," potong Mas Endi.

"Minggu ini, aku rajin revisi Mas jadi repot kalau harus bolak balik ke rumah, Mas." Inka melanjutkan aksi membela diri.

"Repot apanya, yang nyetir kan aku," ucap Mas Endi tidak mau kalah.

"Oke!" Inka menyerah. "Minggu depan, aku nginep di rumah Mas."

Satu Atap, Satu KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang