Chapter 36

126K 9.9K 807
                                    

"Dah ACC?"

Pertanyaan itu menyambar telinga Inka bahkan sebelum pantatnya menyentuh kursi kantin. Ia menoleh sekilas lalu mengangguk.

"Kenape lagi lo? Perang lagi sama si dia?"

Bukannya menjawab, Inka justru menghela napas berat. Tanpa perlu dijawab pun, sebenarnya Wulan sudah tahu jawabannya. Beberapa hari ini Mas Endi memang tak pernah mampir ke kosan.

"Lo mau makan? Biar gue pesenin, kayaknya buat jalan aja lo udah enggak sanggup," kata Wulan menepuk-nepuk pelan punggung Inka.

"Minum aja, Lan. Es teh manis," balas Inka pelan. "Titip map, gue mau ke toilet."

Wulan menyatukan jari telunjuk dan jempolnya membentuk lingkaran. "Oke."

Setelah urusan buang membuangnya selesai, Inka merapikan kemejanya bersamaan dengan suara tawa dua perempuan yang masuk ke dalam toilet.

"Gue baru denger sumpah!"

Inka mengurungkan niatnya keluar dari bilik toilet.

"Iya, teman gue bilang dia sering lihat Pak Endi ke kosan yang deket kampus."

Kakinya maju selangkah mendekati pintu agar percakapan dua orang di luar sana makin jelas di telinganya.

"Masa? Kos yang mana? Deket kampus kan emang banyak kos-kosan."

"Dia enggak mau bilang, katanya takut kalau ini ke sebar. Nanti dia yang kena."

"Yah! Gimana sih?"

"Tapi itu jelas banget kalau Pak Endi pacaran sama mahasiswa di sini. Enggak mungkin kan mahasiswa dari kampus lain nge-kos deket kampus kita."

Tubuh Inka semakin sulit bergerak. Detak jantung pun ikut berpacu dengan napasnya.

"Hidupnya selama di kampus pasti lancar jaya karena pacaran sama dosen. Iya, enggak?"

"Iyalah! Enggak nyangka gue, Pak Endi sukanya sama mahasiswanya sendiri."

"Menurut lo," salah satu dari mereka terdengar setengah berbisik. "Tuh cewek yang godain Pak Endi duluan atau.."

Suara gebrakan pintu bilik terdengar nyaring. Inka menoleh meski tidak bisa melihat apa yang terjadi di luar.

"Kak Nayla?"

Mata Inka membulat, ia juga terkejut karena Nayla yang muncul di luar sana.

"Kenapa. Kaget karena gue ada di dalam?" Nada suara Nayla terdengar sinis.

"S-sejak kapan, Kak?"

"Gue lebih dulu di dalem daripada lo berdua, ya! Telinga gue sampai panas dengerin kalian ngegosip."

"Maaf, Kak.."

"Kenapa lo minta maaf sama gue? Minta maaf sana sama Pak Endi! Lagian ya, apa urusannya sama kalian kalau Pak Endi pacaran sama mahasiswanya sendiri? Ada larangan? Kalau lo mau, gue bisa kenalin lo sama dosen juga. Bentar lagi Pak Mail cerai, siapa tau lo mau daftar?"

Satu Atap, Satu KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang