BAB 6

18K 2.6K 194
                                    

"Oh, shit," gumam Riley ketika ia keluar dari lobi utama Alden Tower dan seorang penjaga melihatnya dengan tatapan kasihan. "Saya bisa memanggilkan Anda taksi, Miss Riley," kata Oja penjaga pintu yang sudah mengenalnya.

"Terimakasih Oja, saya baik-baik saja," kata Riley yang jelar mengigil dengan jaket tipis dan rambutnya yang masih basah. Ia melihat jam tangannya lagi—bagaimanapun caranya ia hanya memiliki lima belas menit untuk berlari kembali ke rumah sakit dan bertemu dengan Dokter Polly, chief bedah jantung rumah sakit tempatnya bekerja. Pasiennya, Garen Jackson, pria berumur tiga puluh lima tahun kemarin malam memiliki kondisi stabil dan dijadwalkan untuk operasi aortic valve sore ini. Tapi seorang perawat meneleponnya dan mengatakan kalau Garen baru saja mengalami serangan jantung. Dokter Polly yang seharusnya tidak datang sampai nanti sore memintanya untuk kembali ke rumah sakit dan Riley mengamati untuk sedetik jalan yang harus ia lalui dengan berlari.

"Baiklah...."

Riley siap berlari sebelum ia dihentikkan oleh tangan yang memegang lengan atasnya. "Riley, stop!" Wanita itu kali ini membalikkan tubuhnya dan melihat Austin yang terlihat terengah-engah mencoba untuk bernapas normal.

"Austin, apa yang...."

"Jangan lari, kalau kamu ingin berjalan kembali ke rumah sakit, aku akan menemanimu dan pakailah ini," kata Austin memberikan jaket tebal untuk dipakainya. "You'll freeze to death under this weather, Riley."

Wanita itu tidak mempunyai waktu untuk berdebat dengan Austin, "Baiklah." Riley mengenakan jaket yang Austin berikan kepadanya, "This is too big, Austin."

"I know," kata Austin. "Tapi aku tidak menyimpan baju wanita, Riley."

Riley mengembuskan napasnya, "Jadi tidak ada satupun baju wanita yang kamu tiduri tertinggal di kamar dewa seks?"

Austin tidak menanggapi Riley dan ia berkata, "Ayo kita jalan."

Riley berjalan bersampingan dengan Austin, tidak ada keduanya yang saling berbicara. Suara jalan raya yang penuh dengan mobil pagi itu ditambah dengan percakapan orang-orang di bahu jalan cukup bagi mereka berdua. Lima belas menit adalah waktu yang diperlukan bagi Riley untuk berjalan dari Alden Tower ke Northwestern Memorial Hospital, selama itu ia sama sekali tidak menyadari kalau Austin sama sekali tidak memakai jaket.

Ketika Riley sampai melalui pintu unit gawat darurat, ia melepaskan jaket hangat yang diberikan Austin yang sangat kebesaran di tubuhnya, "Here you go...." Lalu matanya membelalak melihat Austin yang kedinginan.

"Apa kamu tidak memakai jaket juga? Daritadi kita berjalan kamu tidak memakai jaket? Kenapa kamu begitu bodoh dan berjalan ditengah cuaca seperti ini?"

Austin terbatuk dan berkata, "Karena aku memastikan kamu tidak sakit, Riley."

"Tapi kamu yang akan sakit sekarang," Riley yang masih memegang jaket Austin mencoba untuk memasangkannya kepada pria itu. Riley harus berjinjit dan mengalungkan jaket tersebut di bahu lebar Austin yang sulit baginya. Wanita itu menyerah berkata dengan tegas "Pakai jaketmu, Austin. Kamu tidak perlu mengantarkanku kalau sendiri akan sakit. Bodoh."

"I'm fine," kata Austin yang memakai jaket panjangnya. "Go, you're going to be late dan keringkan rambut kamu."

Riley berhenti sejenak dan ia tahu kalau Dokter Polly atasannya selama tiga tahun terakhir ini pasti akan marah kepadanya, tapi ia tidak peduli dan ia meraih kedua tangan Austin dengan tangannya. Lalu Riley membawanya ke bibir wanita itu. Riley mencoba untuk mengeluarkan udara dari bibirnya hingga jari-jari dingin Austin menghangat kembali, "Why are you so stupid? Nanti kalau kamu tidak bisa memegang tangan Leia bagaimana?"

"Aku tidak mau memegang tangannya," kata pria itu dengan suara dalam yang belum pernah Riley dengar sebelumnya.

"Ya, tapi tangan kamu penting untuk nanti kamu bercinta dengan wanita-wanita bodoh itu juga, bukan?" Riley mengeluarkan lebih banyak udara dan terus berbicara, "Banyak hal penting yang harus kamu lakukan dengan jari-jari ini."

"Tell me what's the most important thing," kata Austin. "Apa yang terpenting harus aku lakukan dengan jari-jariku ini yang kamu coba hangatkan Riley?"

Riley berpikir dengan serius lalu berkata, "Menjadi pelayan pribadiku."

Austin menatapnya dan Riley menggunakan kesempatan itu, ketika jari-jari Austin berada terlalu dekat dengan bibirnya dan mengambil jari telunjuk pria itu lalu menggigitnya. Austin berteriak membuat semua orang di dalam ruangan unit gawat darurat memalingkan wajah mereka. "Good, darah kamu sepertinya sudah mempunyai sirkulasi normal lagi, Austin."

Play Pretend  | Red Series No. 1Where stories live. Discover now