BAB 5

17.3K 2.5K 239
                                    

Dua bulan kemudian.

"Austin!" Riley melepaskan jaketnya yang terlalu tipis untuk cuaca Chicago yang mulai dingin dan salju turun. Ia lalu menaruhnya dengan sembarangan di kursi. Sudah dua bulan terakhir ia belum ke apartemen Austin kembali setelah pagi itu, dimana ia menemukan pria itu tengah meniduri wanita tidak bernama.

"Austin!" Riley berteriak lagi. Riley mengerutkan dahinya, memeriksa jam tangannya—delapan pagi dan Riley mulai merasakan ia akan 'mengganggu' Austin lagi pagi ini karena pria itu belum bangun. Sampai Riley mendengar suara samar-samar dari dapur. Sekali lagi Riley mengerutkan dahinya, "Austin?"

Riley berjalan ke arah dapur dan berkata kepada pria itu, "I swear, kalau kamu sedang meniduri wanita lain di dapur aku kan sudah bilang aku tidak bisa mengetuk dapur kamu...."

Lalu Riley tidak menyelesaikan kalimatnya ketika melihat seorang Austin tengah memakan sarapannya—tidak telanjang dengan seorang wanita. Kursinya yang biasa ia duduki sekarang diduduki oleh wanita itu dan tidak pernah ia melihat Austin sebelumnya duduk di kursi kitchen island seperti sekarang bersampingan.

Austin membalikkan tubuhnya dan mengerutkan dahinya, "Apa yang kamu lakukan disini, Riley?"

Wanita itu—siapapun wanita itu—membalikkan tubuhnya untuk melihat kedatangan Riley. "Oh maaf, aku tidak tahu kalau Austin akan ada tamu pagi ini."

Riley menyipitkan matanya, "And you are?"

"Maaf, aku Leia, kamu?"

"Riley," kata dirinya. "Apa yang kamu lakukan di apartemen Austin Alden?" Riley menyipitkan matanya bukan kepada wanita bernama Leia itu tapi kepada Austin.

"Aku datang untuk meminta maaf kepada Austin."

Riley menatap Austin lagi, "You did? And why are you apologizing to Austin?"

Leia kembali menjawab, "Karena aku tidak bisa datang kemarin malam."

"Dan kemarin malam adalah?" Kenapa aku menanyakan semua hal ini? Pikir Riley kepada dirinya sendiri. Ia tahu kalau Leia adalah salah satu wanita bodoh yang jelas sepertinya tidak ditiduri Austin kemarin malam tapi apa yang Riley tidak mengerti adalah kenapa wanita itu datang pagi ini.

"Kencan aku dan Austin—sorry who are you exactly?" tanya Leia.

Austin kali ini menjawab, "Riley—ini Leia James Poetrisama. Leia—ini temanku Riley Renata Agnibrata."

Leia tersenyum kepada Riley yang tidak dibalas oleh wanita itu karena sekarang ia terkejut. "Kamu sekarang mengingat nama wanita yang kamu tidur....."

"Riley, apa yang kamu inginkan?" tanya Austin kepada Riley memotong kata-kata wanita itu kepadanya. "Leia adalah putri teman Mama, Karta Poetrasama. Kamu mengatakan kepadaku sendiri dua bulan yang lalu untuk mencari wanita untuk diajak kencan dan menikah."

Riley lalu mengingat kata-katanya, "Oh, ya. Aku ingat."

"So, why are you here?"

"Mandi tentu saja, Bodoh. Terus aku harus kembali ke rumah sakit karena aku lupa mengambil barangku yang tertinggal. Tadinya aku ingin tidur sejenak, might as well go back and sleep the waiting room. Tapi aku perlu mandi," kata Riley kepada Austin. "So, shower and back to the hospital."

"Maaf aku mengganggu kamu dan Leia—you guys are cute, I really like you both together. Kapan Austin Alden pernah duduk dan makan sarapannya? Tidak pernah." Riley tersenyum dan melambaikan tangan, "Baiklah, aku akan menggunakan kamar mandimu Austin, mandi lalu kembali ke rumah sakit."

Ketika Riley sudah meninggalkan Leia dan Austin, Leia bertanya kepada pria itu, "Teman dekat, ya?"

"Ya," kata Austin. Pria itu sekarang sudah berdiri dari kursinya, meninggalkan piringnya yang belum habis dengan sarapan yang Leia buat untuk Austin. Lalu Austin membuka kulkas untuk mengambil dua potong roti dan mulai membuat sandwich ham dan keju.

"Kamu tidak menyukai sarapan yang aku buat?" tanya Leia yang memperhatikan Austin.

Austin menengadah dan tersenyum kepada Leia, membuat jantung wanita itu seketika berhenti dan ada kupu-kupu yang bertebaran di perutnya, "Oh, bukan. Riley biasanya tidak punya waktu untuk makan."

"Oh," Leia berkata, "Aku bisa cemburu sepertinya Austin."

Austin mengerutkan dahinya dan bertanya, "Kenapa?"

"Kamu begitu perhatian kepada Riley—just you know the way you care for her like this," kata Leia. "Ya Tuhan kencan pertamaku denganmu dan aku sudah sangat posesif. Kamu pasti tidak suka, ya?"

Austin Alden kembali tersenyum dan Leia sangat yakin pada saat itu ia tidak tahu bagaimana caranya bernapas, "Riley is like a.... Sister."

"Oh, begitu. Maafkan aku Austin."

"Maaf kalau aku membuat kamu merasa khawatir," kata Austin dengan suara dalam pria itu dan Leia tidak tahu bagaimana caranya ia bisa tetap makan dengan tenang, bersikap seolah-olah pria itu bukan mahkluk Tuhan yang paling sempurna. "Kamu juga harus pergi, bukan? Heavy traffic if you're trying to go downtown sekarang dan sampai jam sepuluh," tanya Austin karena Leia memberitahunya kalau wanita itu memiliki business meeting pagi itu.

Leia melihat jam tangannya dan dengan panik berkata, "Ya, Tuhan. Benar. Aku akan terlambat. Can we do this other times?"

Austin mengangguk, "Sure."

Leia turun dari kursi dan memutari tubuhnya ke arah Austin. Wanita itu memeluk Austin, "Sorry, I think I'm bad with first dates."

"Me too," pria itu berkata dan membalas pelukan Leia. "I'll call you."

Ketika Leia telah meninggalkan apartemen Austin, tidak lama setelah itu Riley turun dan berjalan dengan cepat ke arah dapur, "Austin, aku harus pergi kembali ke rumah sakit. Dokter Polly memiliki pasien yang harus dioperasi segera pagi ini." Rambut basah wanita itu terlihat sangat basah dan baju wanita itu setengah basah karenanya.

"Apa kamu perlu aku antar?"

"Don't worry, I'll walk back," kata Riley yang sudah berjalan ke ruang tamu untuk mencari jaketnya. "Mana Leia? Aku kira kencan kalian berjalan dengan baik."

Austin mengerutkan dahinya, "Kalau kamu memang perlu kembali secepatnya ke rumah sakit, aku lebih cepat mengantar kamu dengan mobil daripada kamu berjalan. Di luar salju turun Riley, apa kamu mau sakit? Look at your hair and God knows what are you thinking with that jacket."

Riley tidak peduli dan melihat jam tangannya, "Aku bisa berjalan kembali sendiri. Don't worry. Mana Leia?" Wanita itu masih bertanya sekali lagi mengenai kencannya.

"Sudah pergi, Riley. Apa penting?"

"Tentu saja penting, Leia sangat cantik dan apa kamu sadar, ia adalah wanita pertama yang tidak kamu tiduri dan kamu bisa makan bersamanya? That's a first for Austin Alden." Riley tersenyum dan mengambil tas punggungnya. "Are you going to call her?"

Austin menyipitkan matanya, "Bukannya kamu terlambat?"

"Oh, ya. Tapi apa kamu akan meneleponnya?"

"Kenapa kamu mau tahu."

"Aku mau tahu kalau Austin Alden jatuh cinta itu seperti apa. Tell, me you like her, kan?"

"..."

"..."

Riley tidak mendengar jawaban dari Austin dan ia sudah sangat terlambat, "Baiklah, aku asumsikan kamu sangat menyukainya. Sampai jumpa nanti, Austin."  

Play Pretend  | Red Series No. 1Where stories live. Discover now