Bagian 9

78 4 1
                                    


Sudah hari ke lima pertengkarannya dengan Widuri, Dru hanya diam saat Widuri datang membawa makanan. Ketika Widuri sedang ikut sarapan di rumahnya, Dru akan pamit berangkat duluan alasan pekerjaan. Begitupun jika di kantor, dia mati-matian menghindari Widuri yang sepertinya sengaja ikutan makan siang dengan teman-temannya.

Seperti siang ini, Darko mengajaknya makan siang bersama Hanas, Kira, dan Robi. Awalnya hanya mereka, tapi saat ingin keluar, Indri menanyai Darko tentang kemana mereka akan makan siang, dan sialnya Darko memberi tahu kalau Dru tidak ikut.

What the hell Darko, Dru pasti akan merasa malu sebentar lagi dengan kelakuan Indri yang benar-benar gak malu dilihatin orang banyak narik-narik tangannya hanya untuk makan bareng dia. Seenggaknya itu yang biasanya Indri lakukan jika kondisinya seperti ini.

"Dru," ucap Indri menghampiri bangkunya.

"Hm," Dru pura-pura melihat data yang sebenarnya sudah selesai diinput.

"Makan siang, yuk! Gak cuma sama gue, kok!"

"Gue gak makan, Ndri." Dia menjaga nada suaranya setenang mungkin. Sedangkan Kira, Darko, Robi, dan Hanas masih sabar menyaksikan usaha Indri membujuk Dru.

"Ayolah, Dru!"

"Enggak, Ndri."

Indri mencondongkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu yang membuat Dru benar-benar tak habis pikir, "Ya sudah, gue bakal bilang ke mereka kita pacaran, terus mereka bakal percaya karena Widuri lihat kita waktu itu."

Holy shiit! Dru rasanya ingin mengumpat, hubungannya dengan Widuri sedang tidak baik. Bisa saja dia akan memberi tahu mereka tentang kesaksiannya melihat pagiku saat itu dengan Indri.

Indri pergi begitu saja, sedangkan Dru tidak ada pilihan lain selain menyelamatkan dirinya dari gosip murahan yang bisa saja Widuri dan Indri ciptakan.

Di sinilah dia, duduk dengan makanan yang tak kira-kira. Mereka mengatakan kalau ini traktiran dari Widuri. Yap, Widuri ikut dengan mereka karena Indri mengajaknya. Katanya, ini adalah ucapan terima kasihnya karena sudah diterima dengan baik. Benar-benar pintar ngambil hati orang.

Dru hanya meminum jusnya, saat Indri menyerahkan satu tusuk sate ke arah mulutnya, "Makan, Dru!" katanya lembut seperti membujuk anaknya yang gak mau makan.

"Gue sudah bilang tadi, Ndri."

"Ya, kan sudah di luar. Masa kamu gak mau makan sekalian? Mau bungkusin buat Papa Ray sekalian?"

Darko terlihat menahan tawanya, sedangkan Kira tersenyum masam. Dia malas melihat ekspresi mereka semua.

"Yah, mau juga dong panggil Om Ray Papa," sela Kira sambil pura-pura cemberut.

"Lo dedek gemes belum ngerti yang beginian, ini urusan orang dewasa," ucap Indri sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Tapi lo keren, Ndri. Bisa bawa Dru makan keluar kaya gini," sahut Robi sambil menyeruput es tehnya.

"Nah, gue setuju," Hanas gak mau kalah.

"Memang Dru gak pernah ikut makan siang kalian?" tanya Widuri polos seolah dia benar-benar gak tahu segalanya. Padahal dia sering ngikutin Dru ke locker waktu jam istirahat. Bahkan Widuri hafal ngapain saja Dru pas jam break kerja.

"Ini, anak baru! Gue kasih tahu, ya? Dru itu gak pernah ikut kita makan di luar, kalau siang dia cuma makan roti, paling mentok makan di kantin. Dia gak bakal makan enak kalau bukan sama papanya. Papanya is everything buat dia. Dia akan mementingkan papanya dari segala kegiatan normalnya." Roby menjelaskan dengan menggebu-gebu. Darko yang paham situasinya hanya sesekali melihat Dru dan Widuri.

DRUWhere stories live. Discover now