Bab 15

95 8 0
                                    

Pagi ini, aku terbangun dengan kondisi badan yang sudah segar bugar, tapi tidak dengan hatiku. Yang entah kenapa, kurasakan tengah retak di dalam sana. Mungkinkah ini karena Peter yang lagi-lagi sibuk dengan kerjaannya?

Atau karena informasi yang kudengar semalam dari Ceci?

Dengan cepat, aku melompat dari kasurku dan beranjak ke kamaar adik kembarku itu. Saat kubuka pintu kamar mereka, aku melihat keduanya tengah solat subuh. Aku duduk sejenak di atas kasur Kellan. Memperhatikan kedua adikku itu yang kini tengah berdoa.

"Eh Bu Haji. Tumben... ada apa?" tegur Kelvin saat dia berbalik dan mendapatiku tengah duduk termenung.

"Apaan ih, Bu Haji!" sungutku. Aku melipat kedua tanganku di depan dada. "Kakak mau nanyak sesuatu, duduk disitu!" perintahku sambil menunjuk lantai beralaskan karpet berbulu di hadapanku.

Kedua adikku itu saling menatap bingung, namun mereka menuruti perintahku. Keduanya duduk di lantai, di hadapanku yang duduk di atas kasur Kelvin.

"Tanya apa, sih? Penting banget ya?" ujar Kelvin.

"Iy- ehm... gak penting-penting banget, sih," kataku. "Kalian betulan dengar pembicaraan ayah sama bunda?" tanyaku dengan suara pelan.

"M-maksudnya?"

"Pembicaraan ayah dan bunda yang mana."

Aku menelan salivaku sendiri. Entah kenapa aku jadi gugup. "Itu..."

"Apa, sih, Kak? Kami mau siap-siap berangkat sekolah, nih!" gerutu Kelvin.

Aku menghela nafasku. Mau ngomong aja susah banget sih, Ra. "Benar ayah sama bunda mau jodohin Kak Anka sama Ceci?" Tanyaku cepat.

Awalnya keduanya terdiam dan saling menatap. Kulihat Kellan menyuruh Kelvin saja yang menjelaskan. Ah iya, kalau dia yang ceritakan bisa-bisa sampai besok baru selesainya!

"Jadi begini, saat kita di villa kemarin. Aku gak sengaja mendengarkan pembicaraan bunda dan ayah saat mereka duduk di taman. Awalnnya, awalnya nih ya, Kak. Aku dengar ayah dan bunda mau jodohin kakak sama Kak Anka," Aku menahan nafasku saat mendengarnya, "Kakak tau lah, Bunda itu ingin sekali lihat kakak cepat nikah. Ayah pun juga suka sama Kak Anka. Aku dengar, sejak dulu ayah ingin sekali menjadikan Kak Anka sebagai anaknya, menantunya pun jadi lah. Tapi-"

"Tapi, apa?" kataku cepat.

"Ya Allah. Sabar, Bu Haji! Belum kelar loh ceritanya!" aku langsung melotot pada adikku itu, "Hmmm.... Tapi karena ketika pulang terungkap bahwa kakak sudah memiliki kekasih, ya gak jadi, deh. Padahal ayah sendiri yang akan melamar Kak Anka untuk kakak sepulangnya dari situ. Sakin ngebetnya ingin jadi kan Kak Anka menantu!" Aku tertunduk, perasaan kecewa tiba-tiba saja hadir.\

"Jadi lah, sebelum ayah dan bunda kemarin pergi, Kellan yang dengar pembicaraan itu. Ayah dan bunda mau menjodohkan Kak Ceci saja untuk Kak Anka. Lagian mereka kan juga dekat. Nah, setelah pulang dari Indonesia, ayah akan melamar Kak Anka," Aku terpana mendengarnya, "Hahaha... ayah ini bikin malu anaknya aja! Masa pihak perempuan sih yang melamar laki-laki! Aduhh ... ayah... ayah!"

Kedua adikku itu sama-sama tertawa.

Berbeda halnya denganku. Hatiku rasanya sakit sekali mendengar itu.

Kak Anka dengan Ceci?

Seharusnya aku?

Kalau saja aku...

Astagfirullah... ada apa dengan hatiku ini?

Clara ingat! Kamu sudah mencintai Peter lebih dari lima tahun! Bahkan dua hari yang lalu di melamarmu?

Aku mencintai Peter.

Tapi, apakah aku mencintai Kak Anka, juga?

Bagaimana bisa mencintai dua pria sekaligus?

Atau... apakah aku masih mencintai Peter?

Aku bangkit dari dudukku. Lalu, beranjak ke kamar dalam diam.

"Ehh... solat subuh dulu, Bu Haji!" teriak Kelvin

Ya.... Tentu saja. Itu yang kubutuhkan saat ini. Untuk menenangkan hatiku.

=====

Tbc.

Jangan lupa vote dan comment

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang