Bab 8

1.9K 110 8
                                    

Sorenya, Joan, Anka, Clara dan Si kembar pergi ke sebuah area memancing. Malam nanti mereka akan mengadakan bakar-bakar. Sementara Dea dan Bu Inah sedang menyiapkan bumbu di rumah, untuk diolesi pada ikan dan ayam sebelum dibakar.

Anka meletakkan umpan di kailnya dan melemparnya kedalam air. Begitu juga dengan yang lainnya. Cukup lama mereka menunggu sambil berbicara. Tiba-tiba Clara merasa pancingannya bergerak-gerak.

"Eh... eh... kenapa ini?" Panik wanita itu. Ini kali pertamanya ia memancing. Sebenarnya ia di suruh untuk membantu para Ibu dirumah oleh ayahnya. Tapi ia tak mau, ia bilang ingin belajar memancing.

"Putar itunya, Kak." Kata Kellan jelas.

"Apanya? Aduhh berat ini..." pekiknya.

Anka langsung memegang tangan Clara dari belakang. Seakan ia sedang memeluk wanita itu.

"Begini caranya." Anka menuntun tangan Clara untuk memutar pancingannya. Clara tertarik maju. Sepertinya ikan yang ia dapatkan cukup besar. Sampai Anka harus memeluk pinggangnya untuk menahan Clara.

Clara merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Sentuhan Anka di pinggangngnya membuatnya deg degan seketika.

"WOWWW... Good Job, Clara. Hari pertama kali kamu mancing, sudah dapat ikan yang besar." Puji Joan saat ikan hasil pancingan Clara di masukkan kedalam box besar berisi air. Anka kembali menutup box tersebut.

"Makasih, Yah. Karena bantuan Anka, kok. Coba tadi gak di bantuin, pasti ikannya kelepas dan Clara nyemplung." Ujarnya sambil melihat Anka dengan tersenyum. Anka membalas senyuman Clara.

"Kita pulang, yuk. Udah banyak nih yang ketangkep. Udah mulai gelap juga." Kata Joan sambil menyusun kembali perlengkapan mancing.
Joan langsung merangkul bahu anak gadisnya dan berjalan meninggalkan Anka dan si kwmbar yang membawa box berisi ikan dan perlengkapan mancing.

"Clara?" Ujar Joan.

"Ya, Yah?"

"Kamu suka sama Anka?" Tanyanya. Clara langsung mengernyit bingung.

"Kenapa Ayah nanya gitu?"

Joan tersenyum, ia semakin mengeratkan rangkulannya. "Entah, Ayah cuma nebak-nebak aja."

"Gak kok, Yah. Clara gak suka sama Anka." Ujarnya, tapi ia merasa ragu entah kenapa.

"Tapi kayaknya Anka suka sama kamu, deh."

"Terus kalau Anka suka sama Clara, emangnya kenapa?" Ujarnya datar.

Mendengar jawaban putrinya yang terkesan biasa saja, membuat Joan terkekeh, "Kok Ayah ketawa? Emangnya omongan Clara lucu, ya." Ujarnya lagi dengan heran

"Hehe... aduhhh kamu ini... bikin ayah sakit perut. Lucu si enggak, cuma Ayah heran aja sama kamu. Kapan kamu buka hati buat cowok lain, hmm? Kamu mau jadi perawan tua?" Aku udah buka hatiku, kok. Cuma sekarang lagi rumit aja. Batinnya.

"Ayah sama Bunda bukan vampir, loh. Kami udah tua dan suatu saat pasti akan meninggal. Ayah sama Bunda pengen nimang cucu. Kamu sama Ceci harapan Ayah. Kalau nunggu Kellan sama Kelvin, mah kelamaan."

"Ayah gak boleh ngomong gitu. Ayah dan Bunda akan tetap hidup sampai Clara dan adik-adik menikah. Ayah dan Bunda gak boleh kemana-mana, biar bisa main sama anak-anak kami nanti." Ujar Clara sedih.

"Kematian gak ada yang tau, sayang. Bisa aja tahun depan ayah pergi. Ayah kan pengen lihat kamu nikah."

"Seperti yang ayah bilang. Kematian gak ada yang tau, itu rahasia Tuhan. Bisa aja duluan Clara yang meninggal dari pada ayah'kan?"

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang