Bab 2

2.8K 179 4
                                    

Anka Pov

Aku menuntun ibu memasuki rumah baru kami. Rumah sederhana, setidaknya hanya ini yang dapat ku belikan untuk ibu di saat pundi-pundi bisnisku sudah cair. Berkat Tuan Joan dan Nyonya Dea, aku dapat menempuh pendidikanku di Jerman. Lulus dengan nilai terbaik sebagai siswa teladan. Aku membangun perusahaan sendiri, tentunya dengan bantuan Tuan Joan.

Sudah Sebulan aku mengelola perusahaan ini. Perusahaan dengan tabungan-tabungan yang dari kecil sudah kukumpulkan. Dari kecil aku memang memiliki impian mempunyai perusahaan sendiri. Dan akhirnya terwujud juga. Meskipun masih baru, banyak karyawan yang bekerja di kantorku. Perusahaan ini masih memiliki 4 tingkat. Dan sederhana saja. Dan uang yang kukeluarkan untuk membangun perusahaan terbayar oleh uang yang masuk. Bahkan lebih besar. Meskipun hanya perusahaan yang masih berkembang, banyak perusahaan yang lain untuk bekerja sama dengan perusahaanku.

"Ibu suka rumahnya, tidak?" Tanyaku.

Ibu masih melihat-lihat rumah kami yang ku dekor dengan kayu-kayu mahoni sebagai Lantainya. Rumah impian ibu. Ibu sangat suka rumah seperti di film Zathura itu. Jadi kuwujudkan.

"Ibu sangat suka, nak. Ibu bangga padamu." Ujar ibu sambil memelukku.

Kubalas pelukannya, dan mengajaknya berkeliling untuk menunjukkan rumah ini.

❄❄❄

Aku ada janji dengan klienku siang ini, sambil makan siang. Membicarakan tentang dekorasi untuk Villa miliknya di daerah Jersey. Perusahaanku bekerja dalam bidang interior.

Aku telah menunggu di Cafe Rouselette.

"Maaf. Apa anda Tuan Anka?" Tanya suara perempuan di belakangku.

Aku menoleh ke belakang. Seorang perempuan berambut Blonde lurus sebahu, berdiri dengan tatapan dingin.

"Ya. Silahkan duduk." Ujarku berdiri. Dia duduk sambil memasang wajah angkuhnya. Kepalanya ia tegakkan layaknya seorang bangsawan.

"Mau pesan apa?" Tanyaku basa-basi. Dia menatapku dengan pandangan dinginnya. "Air Putih saja." Ujarnya tanpa ekspresi.

Aku mengangguk. Memanggil pelayan dan mencatat pesanan kami. Satu Lemon tea untukku dan satu Air putih untuk Wanita Dingin ini.

"Ehm... jadi, desain seperti apa yang Anda ingin kan untuk Pembangunan Villa anda?" Tanyaku sambil mengeluarkan secarik kertas untuk menggambar keinginannya.

"Saya percaya dengan Kualitas kerja Anda dan pegawai kalian. Semua dekor saya serahkan pada Anda sendiri. Yang penting adalah, 6 kamar dengan kamar mandi masing-masing. Dapur dilengkapi dengan meja barnya. Ruang keluarga dan ruang tamu. Taman belakang yang luas, dan bisa untuk di jadikan acara Barbeque. Dan saya ingin Villa itu terlihat seperti istana. 2 tingkat sudah cukup." Ujarnya dengan datar. Belum pernah aku melihat wanita sedingin ini. Kebanyakan teman perempuanku saat di kampus dulu, mereka membaca novel romantis dimana Laki-laki yang bersifat angkuh, dingin, dan datar seperti gadis ini. Tapi ini kebalikannya. Dan aku, seperti wanita lugu dalam cerita romantis pasaran itu.

"Baiklah." Ujarku setelah selesai menggambar permintaan nya. Kurasa dia tipe wanita yang suka memerintah.

Dia masih memasang wajah datarnya. Pesanan kami datang. Wanita ini langsung meneguk air putihnya dan berdiri. "Kalau begitu, saya permisi dulu. Ada urusan lain. Yang harus saya kerjakan." Tanpa mendengar jawabanku. Wanita ini langsung pergi begitu saja. Seperti tidak pernah di ajarkan tata krama.

Setelah membayar minuman tadi. Aku pergi kesalah satu pusat perbelanjaan, untuk memesan barang-barang apa saja yang kubutuhkan untuk di letakkan di Villa wanita angkuh itu.

Aku menatap sebuah toko anak-anak. Ada kostum Kucing yang dulu sering di pakai oleh anak Tuan Joan dulu, Clara. Huh... sudah sebulan disini, aku belum juga bisa menemui pujaan hatiku. Hmmm begitulah. Aku tertarik padanya saat ia kecil dulu. Dia sangat manja jika bersamaku. Tapi dia sangat dewasa jika bersama anggota keluarganya yang lain. Aneh. Tapi itu yang membuatku tertarik padanya. Ya, meskipun waktu itu aku hanya bocah 10 tahun yang naksir dengan anak majikan sendiri yang baru berusia 5 tahun. Konyol. Tapi begitulah faktanya.

Aku sudah merencanakan waktu untuk datang kerumah Tuan Joan, tapi setiap aku datang kesana. Selalu tidak ada Clara. Tuan Joan dan Nyonya Dea bilang, Clara selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Bahkan pekerjaan yang bukan seharusnya ia kerjakan, dikerjakan olehnya. Ntah bagaimana rupanya sekarang. Aku sangat rindu dengan sifat manjanya itu. Huh...

Aku menggelengkan kepalaku. Kembali memilih barang untuk wanita itu. Lebih tepatnya untuk villa wanita itu. Setelah selesai, aku menyuruh orangku untuk mengambil barang untuk disimpan di gudang. Aku tau ini terlalu cepat untuk memilih barangnya, tapi barang ini sangat susah di cari. Juga menunggu pesanan. Bisa bertahun mengerjakannya. Karena wanita angkuh ini, ingin barang yang mahal.

"Anka?" Aku berbalik menatap suara lembut yang menyapaku. Segera kusalim wanita yang masih terlihat muda ini. Dia Nyonya Dea.

"Eh, Nyonya Dea. Apa kabar?" Tanyaku.

"Jangan panggil Nyonya lagi. Bunda kan sudah pernah bilang padamu. Panggil saya 'Bunda'."

"Tapi-"

"Tidak ada tapi-tapi." Ujar Bunda.

Aku mendengus. Nyo.. eh bunda tidak berubah sama sekali. Masih pemaksa. Ehm, tapi berkat dia juga aku sudah sesukses ini. Ya meski baru awal dari kesuksesan.

"Bunda sama siapa kemari? Sama Clara?" Tanyaku. Ntah kenapa aku sangat ingin bertemu dengan gadis itu.

Bunda terkekeh menatapku, "Kamu ini, Claraaaa... mulu di otakmu ya?" Ujarnya. Aku tersenyum salah tingkah mendengarnya. "Bunda sendiri aja kok. Kamu sudah makan, nak?" Tanya bunda.

"Belum, bun. Bunda mau makan? Kalau begitu mari, Anka teraktir." Kataku sambil merangkul bahunya. Aku sudah menganggapnya Bundaku sendiri"

❄❄❄

"Kamu mau mampir dulu atau bagaimana?" Tanya bunda saat aku mengantarnya pulang setelah makan.

Aku masih ada urusan sih sebenarnya, "Di rumah ada Clara, lho." Ujar Bunda. Aku mendongak menatap Bunda yang tersenyum jahil. Duh gimana?

"Maaf, bun. Lain kali saja. Anka masih ada kerjaan. Gak apa-apa kan, Bun?"

Bunda tersenyum. "Tidak apa-apa. Nanti bunda bilang Clara deh, kamu nyariin dia." Aku makin salah tingkah. Aku hanya mengangguk.

Kulajukan kendaraanku, hingga sebuah pesan masuk yang membuatku mendengus sebal.

Ms. Frozen:

Saya mau minggu depan Villa sudah jadi. Saya tau kamu bisa. Jika jadi, saya akan membayar 2 kali lipat. Karena saya ingin memakainya dalam waktu dekat.

Whatt the-?

=====

Tbc.

Jangan lupa vote dan commentnya.

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang