Chapter 33 - Berpergian Bersama Tim?

117 5 15
                                    

Tong Nian menundukkan kepalanya dan melempar mukanya ke tangannya untuk menutupinya. Dengan panik dan dengan seluruh kekuatannya, ia mencoba menahan perasaan bahagia yang mengepul-ngepul di dalam dirinya itu.

Dan ia terus seperti itu hingga ibu tersayangnya membuka pintu kamarnya. "Apa kau mau makan cemilan tengah malam?"

Tong Nian menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Seluruh tubuhnya terasa tidak stabil dan ia menatap kembali ke arah ibunya sambil bergumam, "Tidak lapar, tidak lapar, tidak lapar, tidak lapar..."

Ibu tersayangnya itu melihat ke arahnya dengan penuh curiga.

Namun sebelum ia dapat bertanya apapun, Tong Nian sudah melompat berdiri dan mendorongnya keluar dari kamarnya. "Aku perlu membantu seseorang dengan tugas sekolah yang sangat penting. Selamat malam, selamat malam." Tong Nian menutup kembali pintu kamarnya. Tetapi masih merasa tidak tenang, ia memutar kunci pintu kamarnya beberapa kali hingga pintu terkunci rapat. Kemudian, sambil memeluk HPnya, ia melompat ke atas kasur.

Ya Tuhan, tidak, tidak bisa. Aku masih merasa sangat bersemangat. Apa yang harus kulakukan, apa yang harus kulakukan?

Tong Nian mengangkat HPnya tinggi-tinggi dan memandangi komentar-komentar di Weibo-nya dan Gun seperti orang bodoh untuk waktu yang lama.

……

Eh? 22:23?

Tunggu! Bukankah mereka berjanji akan melakukan video call?!

Tong Nian langsung menyambar HPnya.

Mengirim pesan WeChat dengan kecepatan kilat.

Tong Nian: doki doki

Gn: ……

Tong Nian: *menusuk-nusukkan jari* Sudah siap untuk video call?

Gn: ……

Tong Nian: *melihat dengan puppy eyes*

Gn: Apakah kau bisa berbicara dengan normal?

Tong Nian: Hmm. Baiklah kalau begitu, Han Shangyan, bisakah kita secara resmi mulai menggunakan video call untuk saling membentuk ikatan emosional?

Gn: ……

Tong Nian: *melihat dengan sangat normal*

Gn: QQ. Milikmu.

Tong Nian: 678709XX.

Gn: Tunggu.

Dengan segera, Tong Nian berguling turun dari kasurnya. Ruangannya, ruangannya! Ia perlu merapikan ruangannya. Oh, dan mengganti pakaiannya, mengganti pakaiannya... Tidak cukup waktu, tidak cukup waktu! Ia dengan asal mengambil sebuah gaun berwarna merah muda dari lemari pakaiannya, memakainya, dan kemudian berlari kembali ke arah komputernya.

Di dalam QQnya, sudah terdapat sebuah permintaan pertemanan. Ia membukanya:

Gn ingin menambahkan Anda sebagai temannya.

Terima. Tambahkan.

Tanpa mengatakan satu patah kata pun, Gun langsung mengiriminya undangan video chat.

Merasa sedikit malu, Tong Nian merapikan rambutnya menggunakan kedua tangannya.

Terima.

Video call dimulai. Di sisi lain, tampak sangat gelap.

Sudut pandangnya seperti... laptopnya ada di atas kasur?

Dengan segera, gambar di layar laptop Tong Nian berubah menjadi terang. Semua yang dapat Tong Nian lihat adalah kaki Gun yang dibalut celana jeans, yang kini sedang berjalan ke arahnya. Sebuah tangan mengambil laptop itu dan menaruhnya di atas meja. Detik berikutnya, Gun, sepenuhnya telanjang dari pinggang ke atas, menyangga dirinya menggunakan kedua tangannya yang ia taruh di atas meja dan melihat ke arah Tong Nian yang kini sedang membeku terkejut di lensa kamera. "Bisa melihat?"

Stewed Squid with HoneyWhere stories live. Discover now