Chapter 7 - Dewa Gun?

77 4 0
                                    

Dengan satu headset terpasang di salah satu telinganya, Gun masih mendengarkan suara di seberang teleponnya, namun kedua mata indahnya memandang ke arah Tong Nian, mengamatinya dari atas ke bawah, sebelum akhirnya berpindah ke arah 97. "Kau barusan memanggilnya apa?"

"Ka-Kakak Ipar..." Kedua kaki 97 serasa lemas.

Kedua mata hitam dan dalam itu kembali menyapukan pandangan ke arah Tong Nian. "Kenapa dia memanggilmu Kakak Ipar?"

Tong Nian merasa dirinya ingin menangis. "Aku tidak tahu..."

Bagaimana aku tahu kenapa pria itu ingin memanggilku Kakak Ipar?

Gun melemparkan pandangannya ke arah grunt. "grunt, kau mengenalnya?"

Dengan mata tertutup, grunt menggelengkan kepalanya. "Tidak."

"Benarkah?" Gun kembali bertanya dengan penuh curiga.

"Benar... Leader, tusuk saja aku dengan pisau dan lepaskan aku."

Gun memicingkan kedua matanya dan sekali lagi memandang ke arah Tong Nian. "Kau mengenalnya?" Ia menggerakkan dagunya ke arah grunt.

Tong Nian merasa sangat disalahpahami dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Aku benar-benar tidak mengenalnya."

Bagaimana mungkin aku tahu siapa pria itu?...

Gun terdiam untuk beberapa detik sebelum berkata kepada orang yang bertanggung jawab untuk tim Eropa di seberang telepon sana menggunakan Bahasa Inggris, "Teruslah berbicara. Jangan berhenti." Kemudian, ia berdiri dari sofa besar yang ada di dekat jendela dan membuat gerakan ke arah Tong Nian, menyuruhnya untuk mengikutinya ke ruangan samping. Tong Nian merasa sangat canggung hingga tidak berani mengangkat kepalanya, membuatnya tidak menyadari tatapan kagum 97 yang seakan mengatakan "Leader benar-benar mengendalikan istrinya dengan baik." Dengan kepala tertunduk, Tong Nian mengikuti Gun ke ruang samping.
 
Gun membuat gerakan yang sangat indah, mengisyaratkan padanya: tutup pintu.

Tong Nian langsung menutup pintu yang ada di belakangnya menggunakan tangannya.

Setelah memasuki ruangan, Gun menyalakan pemanas ruangan dan menyesuaikan temperaturnya, kemudian melemparkan jaket hitam yang sebelumnya ia selampirkan di bahunya ke atas sofa kosong. Ia menunjuk ke arah kursi yang ada di samping Tong Nian, mengisyaratkan padanya: duduk.

Tong Nian langsung duduk dengan kecepatan kilat.

Roda kursi yang ia duduki sedikit tergelincir membuatnya hampir terjatuh.

Dengan segera, Tong Nian memperbaiki posisinya untuk duduk dengan baik. Baru saat itu ia tersadar bahwa tadi bukannya ia tidak duduk dengan baik, tetapi sepertinya roda kursi yang ia duduki ini memang rusak...

Tetapi Tong Nian merasa suasana di tempat ini sedikit aneh. Tong Nian tidak berani bergerak sedikitpun dan duduk di atas kursi dengan roda rusak itu dengan tenang hingga Gun menyelesaikan panggilan teleponnya dan duduk di depannya.

"Kursinya rusak?" Mata Gun melihat ke arah kursi yang ia duduki.

"Huh?" Tong Nian langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak apa. Bukan masalah besar. Kursi ini masih bisa diduduki."

Gun memandang ke arah roda kecil yang ada di bawah kursi Tong Nian dengan tatapan ragu, namun dengan segera tidak memedulikan tentang hal itu lagi. Gun tanpa mengatakan apapun lagi membuka game Texas Hold'em Poker di HPnya dan mulai bermain. "Jika aku mengingat dengan benar, ini adalah kedua kalinya kita bertemu, kan?"

Tong Nian menjawab, "Mm..."

Gun berkata, "Yang pertama adalah saat aku mengambil paket semalaman di kafe internet dan yang kedua adalah barusan."

Stewed Squid with HoneyWhere stories live. Discover now