[40] nothing better

6.3K 995 316
                                    

Setelah beberapa lama duduk di mobil Mark yang lagi menuju ke bandara, akhirnya mereka berdua sampe juga.

Yoora daritadi udah nahan tangisannya, karena kata Mark, Jaemin berangkat jam satu sedangkan ini udah mepet banget waktunya. Kalau gak sempet ketemu gimana.

"Ayo," Mark dan Yoora keluar dari mobil dan lari dengan tergesa-gesa ke dalam bandara kayak dikejar tayo. Tapi yang mereka temui hanyalah Jisung sama Chenle yang lagi duduk sambil masang muka sedih.

"Jaemin mana?" Tanya Yoora dengan napasnya yang setengah-setengah.

"Udah pergi, barusan aja, kak." Ujar Jisung yang membuat Yoora menutup wajahnya dengan tangan. Tangisannya tidak bisa terbendung lagi, kenapa semuanya mesti terjadi secara tiba-tiba. Semua hal seakan memukulnya bertubi-tubi hingga Yoora merasakan sesak dan tercekik.

Cewe itu merasa sangat menyesal, kalau ia dan Jaemin berakhir seperti ini, ia gak akan menaruh perasaannya pada cowo itu dari awal.

Yoora pun mengambil hpnya dan membuka chat Jaemin yang tadi hanya ia baca, sebelum akhirnya menuliskan sesuatu di situ.

na syahrul

gue sebenernya juga suka sama lu jaem selama ini
maapin gue krn gapernah ngeliatin itu ke elo sampe buat elo salah paham
gue pengen bgt ketemu sama lo
sekaliiii ajaa

i love u so much jaem
i really do:)

Inilah pada akhirnya, Yoora sama Jaemin harus berpisah dengan secara mendadak, tanpa mereka duga, tanpa tau apa tujuan mereka ke depan dan tentunya tanpa ucapan selamat tinggal. Mereka udah confess perasaan mereka satu sama lain, tapi Yoora gak tau bakalan gimana akhirnya. Apakah mereka akan melanjutkan hubungan yang rumit ini? Atau,

Apakah ini adalah akhir dari semuanya?

Setelah mengirim pesan itu, Yoora kembali menangis yang membuat Chenle sama Jisung merasa kasian.

"Yang sabar ya, kak." Chenle ngusap-ngusap punggung kakak kelasnya itu membuat Yoora menghapus air matanya.

"Udah lah, kayak dia mati aja." Kekehnya Yoora setelah berusaha buat gak nangis lagi.

"Renjun, Haechan sama Jeno kemana?" Tanya Mark ke Chenle.

"Udah pulang duluan, bang." Ujar Chenle.

"Bang, gue laper." Jisung megangin perutnya sambil masang wajah melas andalannya, membuat Mark gak tega. Apalagi ini udah pas banget masuk jam makan siang.

"Yaudah, kita ke cafe nanti abis dari sini." Ujar Mark sebelum akhirnya menatap Yoora. "Lo gak mau makan, Ra?"

"Gue gak bawa duit." Kata Yoora polos.

"Yaudah aman, ada Chenle kok." Mendengar perkataan Mark, Chenle langsung aja menatap sinis ke abang kelasnya itu. "Yuk,"

Mereka berempat jalan ke parkiran mobil dan masuk ke mobil Mark. Mobil cowo itu melaju menyusuri jalanan yang padat sebelum akhirnya berhenti di salah satu cafe ternama di Jakarta.

Yoora ngaca sebentar sebelum keluar dari mobil, rasanya malu banget ketemu orang-orang dengan wajah lelah dan bengkak kayak gini. Tapi bomat ajalah, orang gak kenal kok.

"Sini, kak." Jisung narik salah satu kursi biar Yoora duduk di situ setelah mereka memasuki cafenya.

"Makasih, dek." Yoora pun duduk dengan tenang.

"You're not a regular girl."

Yoora yang lagi anteng ngeliatin menu, tiba-tiba denger ada suara lantunan keyboard dan suara nyanyian yang bener-bener gak asing. Cewe itu ngeliat sekitar, dan baru sadar ada panggung band tepat di belakangnya. Tapi panggung itu ditutupi tirai berwarna putih.

[1] enemy, na jaemin.Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ