[32] Cross Your Finger

2.9K 340 14
                                    

Selamat malam semua..
Selamat datang di part 32, hehe

Langsung cuss!

*bang Davion tambah ganteng aja elah, kapan jeleknya sih*

*bang Davion tambah ganteng aja elah, kapan jeleknya sih*

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

.

.

.

Seisi mansion digegerkan oleh kedatangan Sang Alpha yang membawa serta seorang gadis yang sangat mirip dengan Luna mereka. Bahkan berita itu telah tersebar ke seluruh penjuru pack. Tapi hingga kini Davion masih bungkam, tak mengeluarkan sepatah katapun untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Membuat mereka semua terus dilanda rasa bingung dan penasaran.

Sejak tadi pun Davion masih belum keluar dari ruangan itu. Di rumah sakit pack Davion menempatkan gadis itu, hanya seorang dokter yang dipanggilnya yang boleh masuk. Keluarganya pun belum mendapat penjelasan apapun dan tetap tak diperbolehkan masuk. Hingga akhirnya mereka menunggu hingga Davion siap untuk memberitahukan dan menjelaskan semuanya.

"Tidak ada yang janggal dengan tubuhnya, Alpha. Semuanya normal dan baik-baik saja," jelas dokter tersebut.

"Kalau begitu, pemeriksaan selanjutnya akan saya lakukan setelah dia siuman," lanjutnya. Kemudian dokter tersebut membungkuk hormat padanya dan akan berlalu saat Davion bersuara.

"Tunggu."

"Jangan beritahukan dulu pada siapapun tentangnya." Davion berkata tanpa menatap Sang dokter.

Wanita itu tersenyum, "Kalau begitu bolehkan saya bertanya Alpha?"

Mendapat anggukan dari Alphanya, dia melanjutkan, "Apakah dia memang benar Luna? Ataukah ini hanya kebetulan saja?"

Lama Davion terdiam, namun kemudian lelaki itu mengangguk. "Ya, dia memang Clarabelle. Dia adalah Lunamu."

Seketika wajah Sang dokter berubah cerah. Senyum terkembang di wajahnya. "Terimakasih, Alpha. Saya berjanji tidak akan mengatakan ini pada siapapun sampai Anda mengijinkan."

Ia menunduk hormat sekali lagi pada junjungannya itu, lalu berlalu dari ruangan setelah menormalkan ekspresinya. Dia harus bersikap biasa, juga pastinya bersiap pada orang-orang yang setelah ini pasti langsung memberondonginya dengan segala pertanyaan menyangkut masalah ini.

Tinggallah mereka berdua di dalam ruangan. Davion menatap wajah yang masih terlelap dengan tenangnya itu.

"Davion."

Lelaki itu tersentak saat telinganya mendengar suara lirih dari bibir gadis di hadapannya, matanya yang masih terpejam bergerak dengan liar. Dia masih terpaku karena namanya terucap oleh gadis yang bahkan belum dia beritahukan namanya sejak pertamakali mereka bertemu.

BLE MOU ✓Where stories live. Discover now