17. Nuansa Bening

Mulai dari awal
                                    

"Di sana nggak aman?" Alaia bertanya sambil mengarahkan mata ke bawah.

Lumba-lumba tadi menggerakkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Alaia. Sekarang Alaia mengerti. Hewan itu memintanya menjauh dari kawasan laut dalam agar tidak terjadi sesuatu yang bahaya. Padahal kemarin aman-aman saja.

Alaia menurut. Dia tidak berenang ke situ, melainkan diam di tempat sambil melihat ke atas sana —tepatnya ke objek putih yang merupakan kapal Kai.

"YA AMPUN!" Alaia tiba-tiba teriak, ia syok melihat hiu melintas di depan mukanya.

"Kamu besar ya, aku pikir kecil. Kemarin aku liat kamu kecil. Ternyata dari deket kamu besar." Alaia menyeletuk.

Awalnya hiu itu renang menjauh, tapi mendadak dia berbalik arah mendekati Alaia. Alaia nyengir tanpa beban, bahkan tidak takut melihat hewan besar itu datang menghampirinya.

"Dia seram ya," kekeh Alaia pada lumba-lumba.

Hiu tadi semakin dekat. Mulutnya terbuka sedikit, menampilkan deretan gigi yang berantakan tapi tajam semua. Alaia mau meninggal melihatnya.

Alaia pikir hiu itu akan menyakitinya, ternyata tidak. Si Hiu mengenggol Alaia tepat di lengan lalu berenang mengitari Alaia sebanyak tiga kali putaran.

"Jangan muter-muter, nanti pusing." Alaia berkata.

Tangannya terulur menyentuh badan hiu, lalu Alaia menyapa, "Halo, Teman."

Seakan senang diperlakukan manis oleh Alaia, hiu itu menyenggol Alaia lagi sebelum akhirnya dia pergi entah ke mana. Kelihatannya hiu tadi berenang mendekati kapal....

Lumba-lumba yang sejak tadi bersama Alaia sekarang pergi sambil mengeluarkan suara-suara lucu. Alaia mengikuti dan menanyakan sesuatu yang tak akan pernah terjawab.

"Apa kamu pernah makan kari ayam? Aku pernah!"

⚪️ ⚪️ ⚪️

Ragas dan Lana meninggalkan kafe sejak sepuluh menit lalu. Mereka berada di mobil, tapi keduanya belum menentukan ke mana mereka akan pergi.

Ternyata Lana merupakan pribadi yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja. Ragas juga merasakan adanya kecocokan antara mereka. Buktinya mereka langsung akrab padahal baru kenal.

"Kenapa waktu itu lo ke club?" tanya Ragas.

Lana menoleh sebentar sebelum menjawab. Dia tertawa mengingat kejadian itu. "Gini ceritanya...."

"Gebetan gue baru aja nembak cewek, terus gue patah hati. Hahaha!" Lana ketawa miris. "Nah, sepupu gue ngajak pergi ke pantai biar gue seneng, sekalian dia mau ngurus sesuatu di sana."

"Karena gue bosen nunggu sepupu gue sama calon suaminya ngurusin ini itu, jadinya gue kabur ke club yang ada di deket situ. Gue liat lo sendirian, pengen gue ajak temenan... tapi ga lama ada jablay datengin lo." Lana terbahak lagi.

"Gue sempet mikir lo salah satu lonte penghuni club tau," celetuk Ragas.

"Kurang ajar!" pekik Lana, "Ga banget anjir."

Ragas tergelak, menganggap lucu reaksi Lana. "Mana gue tau. Lo kan baru ceritain behind the scene-nya sekarang."

"Bener juga sih," gumam Lana.

"Terus lo segala manggil gue Baby Boy lagi," ingat Ragas, disusul tawa mengejek.

"LAGIAN MUKA LO KAYAK JAMET VERSI ELEGAN GITU," jerit Lana.

"Anying, apa-apaan!" keluh Ragas.

"Tapi gue ga begitu kok. Sumpah deh, gue cewek baik-baik," lanjut Lana. "Emang kadang penampilan gue agak begitu... tapi aslinya semanis bidadari."

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang