18. Merekatkan Serpihan

91 14 28
                                    

Di umur Fiora yang memasuki usia lima tahun, Fiora selalu diberi bisikkan sama, ungkapan yang mengatakan bahwa ketika ia lahir dengan sehat menjadi awal kesialan bagi kehidupan gadis itu sendiri, termasuk orang-orang di sekitarnya. Fiora tahu hidupnya takkan mudah. Semua yang baru dirinya raih, dan peroleh seakan perlahan, secara pasti menguliti kesadaran Fiora, hingga mancabik-cabik kewarasan gadis itu di ujung tanduk, memaksa dirinya agar segera menyerah.

Fiora sudah dipenuhi trauma. Ketakutan seolah melekat menjadi tulang-belulang. Dan demi kehidupan baik yang lebih normal, Fiora mempertaruhkan peruntungannya, tetap bertahan, untuk membuktikan pada Istari bahwa kelahiran Fiora dari rahim Lina Salsika tidak pernah salah. Fiora bukan kesialan, ia merupakan berkat dari Tuhan. Fiora bukanlah seorang Rapunzel yang hidup dalam keajaiban, dan dirawat baik-baik meski dengan orang jahat sekalipun. Persamaan mereka hanyalah tentang kurungan, kesepian juga keinginan menjelajahi dunia luar. Untuk menjadi akhir yang sempurna seperti Rapunzel, Fiora harus mengusahakannya. Maka dengan sekuat tenaga, Fiora memperbaiki tiap-tiap kerusakan. Juni---teman sekelas sekaligus teman pertama Fiora, akan Fiora selesaikan permasalahannya agar... Fiora bisa menjadi berharga.

Dianggap, dicintai, dihargai, dan dibutuhkan, Fiora menginginkan perasaan itu timbul dari orang sekitar yang meminta bantuan dirinya, terdengar konyol, tetapi, memang hal itulah, kenyataan yang diam-diam Fiora simpan di relung hati. Karena ketika Fiora sudah disayangi ketidaksempurnaannya juga diterima masa lalunya, Fiora akan merasa hidup. Hidup yang benar-benar diinginkannya. Hidup tanpa trauma dan dicintai sedemikian rupanya.

Fiora menyorot lurus, retinanya jatuh menangkap wajah dua perempuan yang duduk paling depan dekat pintu, sedang melakukan aktivitas memakan bekal. Fiora mengabaikan beberapa sorot penasaran dan sorak siulan dari kumpulan murid lelaki, mengingat Fiora telah menampakkan kaki di kelas dua belas IPS tiga kala bel istirahat berbunyi.

Fiora mengulang semua kronologi yang berputar di otak. Juni telah menjadi kekasih Riki Irwana, sesudah Fiora melampiaskan amarah besar setelah bel pulang sekolah, besoknya, Juni menghilang selama dua minggu lebih, kemudian di hari pelajaran olahraga tepat kamis sore, Riki mencaci-maki Fiora, mengejek secara gamblang, bahwa lelaki itu sudah mengambil keperawanan Juni Astina. Tepat di sanalah Riki maupun Juni benar-benar hilang dan tak pernah memasuki kelas. Selalu absensi tanpa memberi alasan mengapa mereka tidak bersekolah. Bella turut menghilang membuat pengawasan Fiora mengenai masalah Juni merenggang. Selanjutnya ketika sadar, hampir satu bulan terlewati Juni menelfon Fiora akan kedesakkannya mencari Riki Irwana.

Dari penjelasan Juni, membuktikan bahwa Juni baru saja tahu dirinya hamil tepat kemarin malam. Maka gadis itu, tak lagi mau menampakkan diri pulang ke rumah dan lebih memilih menunggu Riki, di apartemen, tempat biasa mereka melakukan hubungan saling menguntungkan---well---tugas sekolah Riki dan beberapa ujian-ujian, semua dikerjakan Juni, lalu ketika mereka telah tiba memutuskan sama-sama masuk sekolah, Riki akan mengumpulkan semua tugas itu.

Alamat rumah Riki, yang tertera di penjelasan buku identitas, bukan alamat rumah sesungguhnya, maksudnya Juni sudah pernah mencoba ke sana dan yang dirinya temukan rumah biasa di kota, hampir, tak pernah Riki kunjungi. Untuk itu, Juni lebih memilih menetap di apartemen.

"Ada yang bisa dibantu?" Suara itu berasal dari perempuan berambut ikat satu berponi, Fiora menelan saliva menekan kegugupan, menghadapi orang asing. Fiora memejamkan mata, kemudian berujar pelan. "Aku... boleh minta tolong kakak jelasin ke aku tentang... Riki... maksud aku Kak Riki Irwana selama di kelas? Soalnya, ini... ada kaitannya sama temen aku." Dua perempuan itu saling berpandangan, kemudian, secara serentak, memandang Fiora lekat. "Maksud kamu temen yang pake kacamata, sering dikepang dua itu?" Ahh mereka mengenali Juni, Fiora mengangguk cepat. Kakak kelas perempuan itu, mulai memanggil salah satu murid lelaki yang menjadi teman tongkrongan Riki. Dari sanalah segalanya mengalir.

DarkpunzelWhere stories live. Discover now