16. Pertemanan Sejati

87 13 16
                                    

Hal yang paling ditakuti Fiora adalah bermimpi buruk. Debaran, keringat pula rasa takut, semua itu terasa nyata. Memberi Fiora kecemasan, akan suatu fakta yang mengungkapkan bagaimana bila memang hal itu adalah kebenarannya? Kenaifan menggrogoti reluh hati, menyebabkan gadis itu berupaya, menghindari trauma. Melupakan, berusaha tidak mempedulikan. Namun, mengapa masih saja terus terngiang?

"Fi kamu udah sadar?" Iris Fiora membola, menatap atap putih kamar, lalu berganti memandang wajah Bella yang kini, sedang menggenggam telapak tangan Fiora erat. Seakan waktu sedang menunjukkan bagaimana dirinya bekerja, Bella hadir, sebagai tempat agar Fiora tahu bahwa masih ada hubungan yang harus dirinya jaga; pertemanan. Semesta itu adil, yang perlu Fiora lakukan hanyalah tetap bertahan di kala rasa sakit menghujam. Fiora bangkit dari tidur, melemparkan diri ke arah Bella untuk kemudian memeluk gadis itu erat. Isakkan kecil lolos dari bibirnya. Tubuh Fiora bergetar.

Tak ada paksaan yang keluar dari suara Bella, meski gadis berambut ikat satu itu dipenuhi pertanyaan-pertanyaan akan keadaan Fiora hingga berakhir seperti ini. Dan hal itu sudah cukup, Fiora bersyukur Bella tidak memaksanya bercerita. Fiora amat sangat bersyukur. Tangis Fiora terdengar sendu, gadis berambut hitam yang terpotong berantakan itu mencengkram pakaian Bella kuat. Bella mengusap punggung Fiora, menepuk-nepuk kecil memberi kekuatan.

"Makasih Bell," pekik Fiora menggunakan suara serak. "Makasih buat semuanya," ulangnya seolah kata terima kasih tidaklah cukup. Fiora menyadari betapa kekacauan yang terjadi di kamarnya, kini telah dibereskan Bella untuknya. Tak ada lagi pecahan beling, genangan air, maupun sisa-sisa potongan rambut Fiora di lantai. Fiora sesegukkan berujar pelan. "Makasih Bella."

Bella mengangguk, mengendurkan pelukan, memasang senyum lebar. "Kita kan temenan, nggak papa. Kamu sendiri, pernah nyuruh aku tetep kuat dan bertahan. Sekarang kamu yang harus kuat. Aku nggak tahu masalah apa yang sedang kamu hadapi, tapi sama-sama kita bisa cari jalan keluar." Gadis itu berujar panjang lebar, memberi ketenangan pada hati beku Fiora.

Fiora menyeka sisa-sisa air matanya. "Kamu ini selalu inget kata-kata yang pernah aku ucap."

Senyum Bella melebar. "Iya dong, begini-begini ingatan aku cukup kuat. Sekarang berhenti nangisnya, kita benerin model rambut kamu!"

Fiora bahkan melupakan bagaimana sekarang wajahnya, dengan rambut setengah punggung berantakan. Fiora mengangguk menyahuti. Selanjutnya tak ada cerita yang perlu dibicarakan, mereka saling menutupi masalahnya masing-masing, sama-sama tidak mau menyinggung hal yang membuat mereka mengingat lukanya. Bella membenarkan potongan rambut Fiora, agar lebih terlihat rapih. Mereka berbincang, membicarakan semua hal lucu hingga hal-hal tidak penting sekalipun.

"Ngomong-ngomong, kamu rencana masuk sekolah lagi, kapan, Fiora?" Kebetulan saat ini masih hari libur, malam minggu, artinya, masih ada satu hari jeda agar Fiora bisa masuk senin nanti. Bella menata barang bawaan di tas punggungnya, ia sudah memutuskan menginap satu malam di rumah Fiora.

Mengatakan tentang sekolah, Fiora sudah mampu menutupi seluruh kesedihannya, di depan banyak orang, ia sanggup berekspresi baik-baik saja seperti biasa, terlebih sudah lewat satu minggu ia membolos. Bila, Erina masih hidup, oma-nya tak kan pernah senang mengetahui Fiora berlarut-larut dan melupakan pendidikannya. Fiora berdehem. "Mungkin senin besok, aku bisa masuk sekolah lagi."

Bella menghentikan aktivitasnya sejenak, menoleh ke arah Fiora berbinar. "Bagus!"

Netra Fiora bergerak ke arah lain, mencari sumber objek di saat dirinya sedang berfikir. Sesaat pikirannya mulai menemukan sedikit solusi. Fiora menegakkan tubuh, mulai mencari benda berkilat di dalam laci Erina. Bella menatap si teman bingung. "Kamu cari apa, Fi?"

Menemukannya, Fiora menorehkan senyum, tangannya memaksa Bella agar menerima pemberian gadis itu. "Kunci cadangan. Aku nggak tahu pasti, keadaan kamu bakalan kayak apa besok-besok. Kamu bisa ke sini tiap hari, Bell. Kita kan temanan." Fiora berucap dengan kalimat terakhir, mengikuti perkataan Bella beberapa menit lalu.

DarkpunzelWhere stories live. Discover now