2. Perihal anak

150K 9.9K 359
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu. Orion tidak ke kantor dan tidak juga ke kampus. Begitu pun Kanaya, tidak ada kelas hari ini.

Awal menikah pun Kanaya tidak tau bahwa Orion juga ikut turun tangan di perusahaan Ayah. Di mata Kanaya, Orion hanyalah seorang dosen yang berkualitas hingga Halogram menariknya menjadi Dekan.

"Gaji dosen mana cukup buat beliin kamu Cafe D'Ay."

Begitulah jawaban Orion saat ia pertama kali berangkat kerja di hari pertama setelah menikah.

Kanaya pikir, ia juga. Berapa sih gaji pengajar di negara berflower ini ?

Bukan niat Kanaya menyepelekan, tapi melihat apa yang Orion punya dengan tingkatan gaji yang ia miliki, tampak seperti tidak balance.

"Aku kira kamu korupsi di Halogram University."

Itu adalah pikiran kotor yang Kanaya miliki saat ia mulai sadar, dari mana kekayaan yang suaminya ini miliki. Langsung saja, Orion menoyor kepala Kanaya.

"Ya kan siapa tau!"

Apa sih yang tidak bisa terjadi di bawah kolong langit ini? Apalagi menyangkut uang. Semua gelap mata.

Kanaya bangun dengan tangan Orion yang melingkar di pinggangnya. Ini adalah rutinitas Orion. Di tambah dengan pria itu enggan memakai baju.

Kadang kala, Kanaya yang tidak tahan iman melihat betapa sexynya suaminya itu. Dengan perut sixpack, dada kekar, otot terbentuk. Coba bayangkan betapa machonya Orion.

Di mana-mana wanita yang menggoda pria, lah ini? Orion seperti ingin menggodanya.

Pernah sekali Kanaya mengatakan itu, Orion malah tertawa. Katanya ini memang kebiasaannya. Tapi tetap saja, ini hal baru bagi Kanaya.

"Enghh--,"ujar Orion kala Kanaya dengan pelan mengawaskan tangan Orion. Ia mengganti tubuhnya dengan guling. Tapi Orion kembali menariknya. Tubuh Kanaya kembali jatuh.

"Mau kemana?"tanya Orion dengan suara seraknya,menambah aksen sexy di telinga Kanaya.

"Mau ke dapur, nyiapin sarapan,"ujar Kanaya. Kini tubuhnya sudah kembali di rengkuh oleh Orion. Kanaya sudah berada di bawah leher suaminya. Harum maskulin menenangkan menyeruak ke hidungnya.

"Udah jam berapa emang?"tanya Orion dengan mata terpejam.

"Jam setengah enam,Mas. Lepas ih, kan mau ke rumah Bunda."

Orion seperti bayi saat ini. Kanaya merinding. Ia takut malah ia yang akan menyerahkan diri pada Orion. Orion mempererat pelukannya.

"Mas ih lepas,"ujar Kanaya. Orion terkekeh, ia melepaskan Kanaya dan kembali tertidur.

***

"Sela itu sekretaris kamu,Mas?"tanya Kanaya. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Bunda dan Ayah. Sudah janji akan ke sana.

"Iya. Kenapa?"

"Agresif kayanya. Ini tuh apa-apaan coba nge chatt begini,"ujar Kanaya kesal. Ponsel Orion sedang ada di tangannya.

Kanaya memang sering mengecek isi ponsel Orion, bukan karna dia posesif, hanya saja Orion sering membiarkan aplikasi whatsAppnya begitu saja. Baginya, surel segalanya. Sedangkan tidak semua orang tau kalau Orion jarang membuka aplikasi berlogo hijau itu.

Bahkan Ayah--Bunda menyuruh mereka datang sudah sejak sebulan lalu, namun Orion tidak membuka pesan dari Bunda. Berakhir dengan Bunda menghubunginya dan marah-marah.

"Kamu ke kantor make cincin gak sih!"ketus Kanaya. Ia tidak terima. Apa-apan ini. Sela seakan-akan menganggap bosnya adalah pria single.

"Make,"ujar Orion, ia mengangkat tangannya.

Suamiku Dosen (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang