"Nanti saya minta bungkus." jawabku seadanya.

Jo mengangguk singkat. "Enjoy your lunch, guys." ujarnya lalu menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

"Kalian dapat undangan eksklusif dari perusahaan sebelah," Jo menyodorkan sebuah undangan persegi panjang berwarna hitam dengan pita emas. Terlihat sederhana namun elegan. Ada beberapa ukiran timbul di sampulnya.

Doyoung lebih dulu meraih undangan tersebut. Aku meliriknya sekilas. Tertulis manajer dan staf Divisi Keuangan Suh Company. "Pak Sungjae?"

Jo membenarkan. "Sekretarisnya Pak Jaehyun, direktur Jung Corp."

"Suaminya Mbak Hana." ucap Sana membuat Jo tertawa pelan. Ia kemudian menatapku. "Iya, suaminya Hana."

Aku tak menanggapi. Wajahku sudah dibanjiri peluh, menahan sesuatu yang akan keluar. Tidak, sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku mendorong kursi ke belakang dengan kasar, sebelah tanganku menutup mulut agar cairan muntah itu tidak keluar. Aku berlari kecepat mungkin menuju kamar mandi terdekat, mengabaikan meja yang kutinggalkan, dan tatapan penasaran pegawai lain.

Sial, kenapa harus muntah di kantor sih?!

▪︎ ▪︎ ▪︎

Sudah empat hari berturut-turut Jaehyun menghabiskan waktu lebih banyak di ruang kerja rumahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah empat hari berturut-turut Jaehyun menghabiskan waktu lebih banyak di ruang kerja rumahnya. Banyak berkas-berkas yang harus ia kerjakan, juga laporan-laporan yang harus dibaca teliti sebelum menandatanganinya. Cuti satu minggu yang pria itu ambil saat Ella di rawat, menyebabkan ia harus menyelesaikan semua pekerjaannya tepat waktu.

Jaehyun melepas kaca matanya dan memijat pangkal hidungnya sambil terpejam. Ia meringis menyadari masih banyak berkas yang belum diselesaikan. Pria itu melirik jam, sudah waktunya makan siang. Tangannya terulur untuk menjangkau ponsel lalu memencet panggilan cepat.

Hanya butuh lima detik sampai terhubung dengan seseorang di seberang sana.

"Kenapa?"

"Jangan lupa makan siang."

"Udah barusan."

"Kamu sakit?"

"Enggak."

Jaehyun berdecak. "Don't lie. Suaramu sumbang, Hana."

"Udah ya? Aku mau kerja. See you."

Panggilan itu begitu saja terputus oleh Hana. Jaehyun menghembuskan napas lelah. Bisa tidak sih, sehari saja Hana tidak membuatnya khawatir?

Pintu ruang kerjanya terketuk dan Mami muncul di baliknya. Wanita paruh baya itu masuk sambil membawa nampan berisi sepiring nasi dengan beberapa mangkuk berisi sayur sop, perkedel kentang, tempe goreng, dan sambal kacang. Ia tersenyum menatap anak bungsunya yang terlihat lelah. Mata Jaehyun terlihat sayu dan garis-garis di dahinya mulai muncul.

DEGREES ft. JaehyunWhere stories live. Discover now