| 8

22.7K 2.5K 344
                                    





Senin pagi berjalan seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senin pagi berjalan seperti biasa. Kembali bekerja dan berhadapan dengan semua pekerjaan kantor. Kedua tanganku sudah penuh ketika masuk gedung perusahaan. Sebelah tangan kananku menjinjing tas sedangkan tangan kiri memegang sebuah cup berisi teh hangat. Joy berjalan di sampingku, hanya saja ia tak membeli minuman apapun.

Well, setelah apa yang terjadi kemarin, sudah seharusnya aku kembali fokus pada pekerjaanku, menepis pikiran-pikiran di luar jam kerja. Setidaknya itu terjadi sampai mataku menangkap sang bos perusahaan datang bersama sekretarisnya. Huft, melihat wajah Mbak Irene membuatku sedikit kesal. Apakah tempo hari lalu Mbak Irene membohongiku perihal Jo yang melakukan perjalanan bisnis?

"Selamat pagi Pak Johnny," Joy pertama kali menyapa dan membungkuk formal, kemudian matanya beralih pada wanita disebelah Jo, "Pagi Mbak," lanjutnya.

Jo tak membalas, hanya mengangguk. Berbeda dengan Mbak Irene yang melemparkan senyumnya kepada kami. Aku melakukan hal yang sama seperti Joy, membungkuk dan mengucapkan salan formal kepada atasanku. Namun tentu saja dengusan tak suka ini tidak bisa disembunyikan ketika aku melihat Jo. Jika saja Jo bukan atasanku dan saat ini kami tidak sedang berada di kantor, aku tak bisa menjamin jika pria itu pulang dengan selamat.

"Aura Hana seperti akan mencekik saya," Jo membuka suara. Heh, dia mancing aku untuk ribut apa gimana?! Wajah sangarnya terkesan sedang mengejekku. "Ini masih pagi, Hana. Jangan ajak saya perang mulut." ucapnya sambil terkekeh.

Aku mendengus. Memilih untuk mengabaikan omong kosongnya. Mbak Irene tertawa kecil, sedangkan Joy hanya tersenyum masam. Jo berdeham sebentar sebelum kembali bersua. "Jam sepuluh ada rapat, materinya nanti dikirim lewat email sama Irene. Kalian—" Jo menunjukku dan Joy secara bergantian. "—dan Chanyeol bakal ikut. So, persiapin dengan mateng semuanya."

"Baik, Pak." Joy sumringah, sementara aku berdecak. Jo dan Mbak Irene berlalu dan menaiki lift khusus dan langsung menuju lantai tertinggi, lantai 35. Sebenarnya aku dan Joy bisa saja memakai lift itu—toh ruang divisi kami hanya berbeda empat lantai dibawahnya, Jo juga tidak keberatan lift nya dipakai pegawai lain. Namun tentu saja kami masih memiliki rasa hormat pada atasan.

"Mas Chanyeol nanti kita bertiga rapat!"

Baru saja menginjakkan kaki masuk ke ruangan, Joy sudah berteriak heboh. Untung saja kami—pegawai yang satu ruangan dengannya—sudah terbiasa dengan sikap bar bar Joy.

Mas Chanyeol tengah menyesap kopinya dengan nikmat, "Lo kenapa excited banget sih tiap kali ikut rapat? heran gue," tanyanya.

Sambil berjalan ke kubikel, Joy tertawa ringan. "Siapa tau salah satu rekan kerja pak Johnny adalah jodoh gue."

Mas Chanyeol berdecih.

Memasuki jam efektif kerja, kami mulai sibuk pada pekerjaan masing-masing. Hanya terdengar suara ketikan, playlist yang diputar Yeri—ia tak memakai earphone, juga kecapan mulut Lucas yang sedang memakan keripik kentang. Mendengar suara renyahnya keripik kentang yang beradu dengan giginya, membuat perutku berbunyi. Tadi pagi aku memang tak sempat untuk membuat sarapan.

DEGREES ft. JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang