Chapter 33

548 69 51
                                    

Suara televisi memenuhi seluruh ruang tamu. Di dapurnya kini, Valerie hendak membuat beberapa camilan untuknya dan Mama mertuanya, jika diperlukan. Perutnya yang sudah terlampau besar membuatnya sedikit tak bebas melakukan aktivitasnya.

Beberapa hari yang lalu juga, Valerie mengikuti kelas senam untuk ibu hamil agar persalinannya berjalan lancar. Beberapa alat pendukung juga Valerie persiapkan untuk menambah sensitifitas bayi di kandungannya.

Namun, tak lama, Valerie hampir berteriak histeris ketika air keluar dari sela-sela kakinya. Air matanya tibatiba saja sudah menggenang, wajahnya merah bak kepiting rebus, tangannya gemetar tak karuan. Ia sama sekali tidak dapat bergerak sekalipun karena panik.

Menarik nafas panjang, Valerie mulai bersuara karena hari sudah menunjukkan pukul sebelas malam. "Tㅡtante..!" lirihnya.

Joy yang sedang asyik menonton televisi tidak mendengar lirihan Valerie di dapur. Valerie sangat panik. Ia sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun meskipun jarak dapur dengan ruang televisi hanya beberapa langkah saja.

Akhirnya, ia mencoba menjatuhkan sesuatu.

Prang!

Piring plastik yang Valerie coba raih tadi dihempaskan ke lantai yang membuat bunyi nyaring. Joy yang mendengar langsung menoleh ke sumber suara. "Apa-apaan, sih, kamu?"

Melihat wajah Valerie yang sudah hampir berlinang air mata, Joy melirik ke arah bawah. Terdapat genangan air disana. "Kㅡkamu.. Yaampun."

Melihat wajah Valerie yang sangat pucat ditambah air matanya bercucuran terus-menerus, Joy menuntun Valerie dari dapur ke sofa. "Ayo, gapapa. Kamu duduk dulu."

Valerie menggeleng. Joy langsung menuju ke kamar Calum untuk membangunkan Calum dari tidurnya.

"Calum!"

Tidak ada respon.

"Calum!" Joy menggoyang-goyangkan tubuh Calum agar ia cepat bangun.

Calum mengucek matanya. "Apaan, sih, Ma?"

"Cepet anter ke rumah sakitㅡ"

Mendengar kata rumah sakit, Calum dengan refleks langsung loncat dari tempat tidurnya dan menggapai jaketnya. Ia tahu kalau ini menyangkut Valerie. Calum yang melihat wajah Valerie yang ketakutan di sofa langsung menggenggam tangannya.

"Ayo, kamu bisa jalan?"

Valerie mengangguk. "Calum, takut.."

Selama perjalanan ke parkiran, tak henti-hentinya Calum menggenggam tangan Valerie. "Kamu tenang, ya."

Jantungnya tetap berdetak tidak karuan. Keringat dingin sudah mengucur, bahkan tangannya pun sampai sekarang masih gemetar. Valerie juga sudah berulang kali mengikuti intruksi dari Joy untuk tarik nafas dalam-dalam dan mencoba tenang, namun tidak ada yang berhasil.

Valerie tak sengaja mencengkram tangan Calum dengan kuat ketika mobil Calum sudah melaju. "Yㅡya terus gimana, Val? Aku bingung juga kalo kamu nangis terus."

Perutnya sudah mengalami kontraksi sejak tadi. Joy yang melihat Valerie kesakitan mengambil teh hangat yang ia bawa dan memberi Valerie. "Kamu minum dulu, ini. Biar enakan. Nggak apa-apa."

Valerie mengangguk.

Beberapa menit kemudian, mobil Calum sudah terparkir sempurna di depan unit gawat darurat. Calum juga sempat menelfon keluarga Valerie sebelum mereka mendarat di rumah sakit ini.

Semenjak insiden Calum yang berbicara kepada Valerie dengan nada tinggi, Valerie tidak berani menyentuh Calum sedikitpun. Ia takut nantinya menyakiti Calum.

unintended ✖️ 5sosWhere stories live. Discover now