Chapter 14

1K 162 161
                                    

Valerie's POV

"Shadia?"

Tangan Calum refleks ngelepas tangan gue yang digenggam sama dia pas ngeliat seseorang perempuan cantik keluar dari rumah orang tua Calum sambil nangis.

"Kamu kemana aja, Di?" Calum mengernyit dan nanya dengan nada dingin

Tanpa ngebales pertanyaan Calum, cewek yang gue yakinin namanya Shadia ini ngebuang muka. "Aku udah dijemput sama Pak Firman. See you," ucapnya sambil berniat ninggalin Calum yang masih ngasih tatapan dinginnya ke cewek itu.

Tapi, Shadia kalah cepet sama Calum yang udah nahan tangannya jadi dia nggak bisa lari. "Aku mau pulang, Cal!"

"Aku cari kamu kemana-mana, tapi kamu nggak pernah ada."

"Aku pulang ke Australia, puas? Aku cuma butuh waktu, Cal. Aku buang sim card yang berhubungan sama kamu. Aku putusin kontak sama temen-temen aku, karena aku tau kamu bakalan cari aku. Tapi ternyata, aku udah telat, ya?"

Calum mengerang frustasi dan langsung memeluk wanita dihadapannya tanpa izin. "Maaf maaf maaf."

"Salah, nggak, kalo aku bilang kangen kamu? I miss you, Cal. I miss us," gue bisa denger sirat kekecewaan dari suara Shadia barusan.

Astaga, gue baru aja ngancurin kebahagiaannya mereka. Calum sesayang itu sama Shadia..

"Ekhem."

Gue nengok ke sumber suara, begitupun Calum dan Shadia. Dia langsung ngelepas pelukannya. "Seriously, Cal? Mesra-mesraan di depan Valerie?"

Itu Kak Mali. Kakaknya Calum.

"Gㅡgapapa, Kak Mali."

Kak Mali sempet natap gue sebentar terus ke Calum, dan akhirnya dia masuk lagi ke dalem rumah. Tadi, gue ngerasa, gue kayak di spesialin sama Kak Mali karena nyuruh Calum ngehargain gue. Tapi kenapa di detik setelahnya, gue malah kayak nggak diinginkan?

Calum dan Shadia udah selesain acara peluk-pelukannya. Kemudian, Shadia nyamperin gue. "Gue nggak tau lo siapa, Val. Tapi, kalo lo berniat buat bikin Calum jatuh cinta sama lo, kayaknya nggak bisa. Calum loves me," ucap Shadia jelas.

Little did you know, Shadia, gue nggak ada niatan buat itu. Buat ngancurin hati lo pun, gue nggak mau. Kita sama-sama cewek, bisa ngerasain satu sama lain. Tapi, gue juga nggak mau ngerusakin pernikahan gue ini yang gue mau cuma sekali dalam hidup gue. Terus, gue harus apa?

Shadia jalan ke arah pintu gerbang. Tapi sebelum itu, dia menoleh lagi ke gue, "Oh, ya. Selamat juga buat pernikahan yang sangat lo impikan."

Hati gue tersentak ketika Shadia ngomong begitu seakan ini adalah pernikahan yang gue impikan. Apa mungkin, kata-kata tadi adalah bentuk sakit hati Shadia ke gue?

"Ayo, masuk."

Suara baritonnya Calum ngancurin lamunan gue tentang Shadia. Gue langsung ikutin Calum masuk ke dalam rumahnya dan langsung disambut wajah Kak Mali lagi, kali ini sama anaknya, Aqilla.

"Mama mana?" Tanya Calum ke Kak Mali.

"Abis acara, Mama langsung ke rumah temennya. Sebentar lagi pulang, kali."

Calum ngangguk dan langsung naik ke lantai atas yang otomatis gue ikutin.

Sampe depan pintu warna putih, Calum ngebuka dan langsung nampilin kamar nuansa hitam-putih yang menurut gue tertata rapi. Calum bisa se-rapi ini?

unintended ✖️ 5sosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang