Chapter 1

2.1K 218 102
                                    

"Lo gapapa, Val?"

"Mau ke klinik ngga?"

"Gue izinin ke Bu Irma, ya?"

Kira kira begitu suara samar yang Valerie dengar ketika perutnya mual, kepalanya pusing tujuh keliling, dan seluruh badannya keringat dingin. Masalahnya, ini mata kuliah terpenting bagi hidup dan matinya. Biologi Anatomi.

Dengan mengangguk lemah, Valerie mulai mengangkat kepalanya dari meja lab dan berusaha mencerna penjelasan dari kata-kata Bu Irma.

Beberapa kali, Valerie merasa kantuk menguasai dirinya. Ia juga berusaha mencuri-curi air mineral yang dibawanya dari warung depan kampus yang berada di loker bawah meja lab nya untuk mengusap bagian matanya yang fikirnya akan membuat matanya tidak jadi mengantuk.

Tetapi nihil, kantuknya kali ini tidak bisa ditolerir.

Dengan berbekal buku tebal nan sakti yang dipinjamnya di perpustakaan kampus, Valerie mulai tidur dengan menutupi wajahnya menggunakan buku saktinya itu.

"Hey snow white. You're with us?" Valerie terperangah ketika meja lab nya diketuk oleh seseorang disamping kanannya. Luke.

Luke memberi kode dengan mengarahkan dagunya ke arah papan tulis. Dan Valerie mengikutinya. Benar saja, ia sedang dipelototi seorang dosen senior di kampusnya ini.

"I'm sorry, Ma'am." Ucapnya menatap dosen yang berada di depan kelas dan sedang menatapnya tajam. Valerie menengok ke arah luke dan berterimakasih.

Dua puluh lima menit kemudian, jam lab selesai dan Valerie langsung berlari ke arah toilet terdekat untuk memuntahkan isi perutnya. Valerie menghiraukan banyak panggilan dari teman-temannya yang panik melihat Valerie bisa sakit seperti ini.

Hasilnya nihil. Ia tidak mengeluarkan makanan apapun yang ia makan tadi. Hanya air yang keluar.

"Val, ke klinik aja ya." Suara cempreng yang sangat Valerie kenali muncul di sebelah kiri Alana. Dia Cheryl, sahabatnya. Tanpa menjawab, Valerie hanya menggeleng kepalanya dan keluar toilet.

Belum sempat Valerie menutup pintu toilet, tas jinjing yang dibawanya sudah berada di tangan Luke. "Yuk." Ajak Luke dengan wajah cemas.

"Kalo ada apa-apa telfon gue, okay?" Clarine, sahabatnya yang satunya dengan bawel terus menyuruhnya mengabari mereka. Valerie lagi-lagi mengangguk lemah.

Sejurus kemudian, Valerie dan Luke sampai di parkiran. Luke mengambil kunci mobilnya di sakunya dan membuka pintu penumpang depan untuk Valerie. "Ke rumah sakit, ya?" Ujar Luke sebelum menjalankan mobilnya dan dihadiahi gelengan Valerie lagi.

"Nggak usah, Luke. Aku pulang aja," balasnya singkat sambil tersenyum ke arah Luke. "Muka kamu pucet gini, Val. Udah makan 'kan tadi?" Tanya Luke dengan masih memperlihatkan wajah cemasnya. Valerie mengangguk sebagai jawaban.

Setengah perjalanan, Valerie merasakan kantuk yang amat sangat. Ia tidak se-antusias itu melihat hari ini warna langit berwarna jingga didepannya. Ia tidak se-antusias itu mendengar radio mobil Luke memutarkan lagu kesukaannya. Ia tidak se-antusias itu melihat plang restoran cepat saji di depannya. Semua yang Valerie inginkan hanya tidur, tidur, dan tidur.

Memberhentikan mobilnya di parkiran restoran cepat saji, Luke mengajak Valerie untuk makan terlebih dahulu. "Yuk," ajaknya. Luke tahu, ini adalah restoran favorit Valerie yang sama sekali tidak bisa Valerie tolak walaupun ia sedang dalam mood tidak baik.

Tetapi salah. Melihat iklan spanduk makanannya saja sudah membuat perut Valerie mual. "Luke, aku mau pulang aja," ucapnya. "Tadi kan makannya jam 12, Val. Sekarang udah hampir jam 6. Makan dulu, ya?"

Valerie memutarkan bola matanya. "Nanti aku makan di rumah aja," ucapnya tanpa melihat wajah Luke.

Keadaan menjadi hening. "Sebentar aja, kok." Ucap Luke lagi. Kali ini nadanya lebih tegas dari sebelumnya. "Kan aku bilang aku mau pulang, Luke." Ujar Valerie dengan nada naik setengah oktaf.

Dengan setengah hati, Luke akhirnya menjalankan mobilnya dari parkiran menuju rumah Valerie menuruti keinginan Valerie. "Mau take away apa buat makan di rumah." Tanya Luke yang lebih terdengar seperti pernyataan. Valerie yang menanggapi ke-jutek-an Luke mulai menyadari.

"Gausah." Balasnya singkat.

Sekitar sepuluh menit berlalu, sepuluh menit juga Valerie dan Luke tidak saling melontarkan candaan seperti biasa. Valerie menjadi lebih sensitif apapun yang Luke katakan. Entah kenapa. Dan sekarang, mobil putih Luke sudah mendarat di depan gerbang besar rumah Valerie. Saling diam padahal radio mobil sudah dimatikan dan hanya terdengar suara pendingin mobil.

Berniat membuka pintu mobil, kini tangan Valerie yang bergegas membuka pintu malah dipegang oleh Luke. "Maaf ya, Val, hari ini aku ngeselin." Valerie hanya mengangguk lemas. "Aku nggak mau kamu sakit lagi."

Valerie mengangguk lagi tanpa mengatakan sepatah apapun dan keluar dari mobil Luke.

Jendela mobil setengah terbuka, "kabarin aku ya kalo udah sampe rumah."

Hanya satu kalimat sederhana yang Valerie katakan tapi efeknya dahsyat bagi Luke.

Sesederhana itu.

〰〰

NGAHAHAHA I TRIED TO BE RAPI AF DI FF INI

btw makasih buat my concert mate enjelin tersayank hehe yg suda bersedia ngasih list nama2 buat cewek :))))))! indomieluke

semoga ga putus tengah jalan kayak 2 ff gue yg terlantar (hilari & cheesëcake) HAHAHAH.

if you're reading this, don't forget to hit the vote button and leave some comments in it. it'll be niceeee
hope you guys enjoy!! 🤗🤗

unintended ✖️ 5sosWhere stories live. Discover now