Chapter 13

952 163 127
                                    

Author's POV

One week later.....

Upacara pernikahan berlangsung secara sempurna dengan hanya dihadiri kerabat dekat dan keluarga. Dengan makeup tipisnya dan gaun sederhananya, Valerie tampak cantik duduk bersanding bersama Calum.

Perpaduan yang sangat pas.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral bagi semua orang. Dengan dilandasi rasa sayang dan cinta, pernikahan bagi seluruh orang adalah awal yang sangat menyenangkan. Tapi lain halnya dengan pernikahan Valerie dengan Calum. Pernikahan bagi mereka adalah awal yang sangat menyakitkan.

Bagaimana dengan kebahagian mereka berdua, jika banyak pihak yang merasa tersakiti?

Valerie sangat mengingat, bagaimana Devan tibatiba menemuinya di rumah kosnya setelah Cheryl berkunjung. Awalnya, Devan ingin meminta maaf dan berniat berteman dengan melupakan kejadian tersebut. Tetapi sulit bagi Valerie. Akhirnya, setelah dipaksa menceritakan semua yang terjadi pada malam itu, Valerie menceritakannya.

Dengan detail.

Calum sempat mampir ke rumah kos Valerie dan hampir membentak Valerie karena Calum fikir, Valerie dan Devan menjebaknya. Namun, Valerie dengan sekuat tenaga menyanggah fikiran buruk Calum.

Lamunan Valerie terhenti ketika derap langkah perempuan ber-heels dapat ditangkap oleh Valerie di makeup room untuk Valerie mengganti gaun pestanya. "Selamat untuk pernikahannya, ya, sayang. I'm happy for you," ujar sang Mama memeluk anaknya.

Valerie sempat ingin menangis lagi yang sudah tidak terhitung berapa kali ia menangis dalam satu hari. "Valerie kangen banget sama Mama..," balas Valerie seraya memeluk Mamanya erat. Valerie tahu, Mamanya sangat kecewa akan hal ini. Bagaimana tidak, putrinya hamil di luar nikah dan itu adalah sesuatu yang dapat mencemari nama baik keluarganya. Tetapi, MelisaㅡMama Valerieㅡtetap menganggap semuanya berjalan baik-baik saja yang faktanya adalah tidak.

"Maafin Valerie, Ma.."

Air mata meluncur begitu saja dari pipi mulus Valerie didekapan sang Mama. Kemudian, Valerie melepas pelukannya pelan dan menatap mata sang Mama dalam.

"Apa yang harus dimaafin, sayang? Ini takdir kamu. Nggak ada yang harus dimaafin apalagi disesalin dengan takdir yang udah ditentuin. Kamu masih tetep jadi anak kebanggan Mama, sayang," ujar Melisa. Meskipun begitu, Valerie dapat melihat kekecewaan yang tersirat di wajah Mamanya yang diakibatkan oleh ulahnya sendiri.

Bahkan, diusianya yang baru menginjak 22 tahun ia sudah berhasil membuat semua orang tersakiti. Terutama bagi sang Mama.

Tibatiba, pintu ruang makeup diketuk oleh seseorang dan terbuka, menampilkan wajah Calum masih memakai kemeja putihnya tanpa jas dengan celana bahan stelan jas nya yang ia pakai sewaktu acara pernikahannya.

Sedangkan Valerie, sudah berganti memakai baju santainya.

"Eㅡeh maaf Tante," ujar Calum seraya menghentikan langkahnya.

"Nggak, udah selesai nih. Tante cuma ngebantuin Valerie lepas gaunnya," ucap Melisa kemudian bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangan makeup. Setelah itu, Calum ngangguk dan menghampiri Valerie.

Selepas Melisa pergi, Calum menghampiri Valerie yang masih duduk di meja rias memperhatikan pantulan dirinya di cermin. "Lo sendiri tadi?"

"Tadi, sih, ada Thalia. Tapi nggak tau dia sekarang dimana. Lo ada apa kesini?"

"Lo udah selesai? Kalo udah, ayok pulang."

Valerie mengangguk kemudian mengambil tas kecilnya dan membiarkan gaun sewaannya tertata tapi ditinggalkan di ruang makeup.

Seharusnya, hari ini adalah hari yang paling bahagia buat Valerie karena akan mengenakan gaun pengantin idamannya. Tapi, apa daya yang Valerie kenakan di pernikahan nya hanyalah gaun sewaan.

Setelah menutup ruangan makeup, Valerie sempat menghentikan langkahnya. "CㅡCal, ini pulangㅡ"

"Ke rumah orang tua gue dulu. Besok baru pindah ke apartemen gue," ujar Calum santai.

Kenapa Calum bisa sesantai ini? Gimana kalo keluarganya Calum nggak mau nerima gue? Batin Valerie.

Sesampainya di luar gedung tempat berlangsungnya acara pernikahan yang sederhana itu, Valerie diajak masuk ke dalam mobil yang biasa Calum pakai sehari-hari untuk ke kantor.

Tidak ada bunga yang mengelilingi mobilnya.

Padahal, Valerie bermimpi, akan menaiki mobil pernikahan dengan bunga dan pita mengelilingi mobilnya. Tapi, takdir sudah berkata lain, bukan?

Valerie bisa melihat banyak kado dari orang-orang terdekatnya yang sengaja ditaruh Calum dibelakang jok mobilnya. Tidak sebanyak ekspetasi Valerie jika ia menikah dengan Luke.

Lima menit berkendara, Calum melambatkan lajunya. "Bisa cek google maps, ngga? Gue lupa jalanannya,"

"Hp gue mati, Cal."

Calum mengambil ponselnya yang berada di depan kaca spedometer dan memberinya ke Valerie.

"Uhmㅡpasswordnya, Cal?"

"1101,"

Jantungnya berdetak tidak karuan karena Valerie yakin, itu adalah hari jadi Calum dan tunangannya. Valerie juga sedikit terkejut ketika wallpaper homescreen ponsel Calum adalah fotonya bersama tunangannya dulu.

〰〰

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh menit, mereka berdua sampai di rumah kediaman orang tua Calum yang letaknya tidak jauh dari gedung acara.

Calum turun duluan disusul dengan Valerie. Ketika ingin memijat tombol kunci mobilnya, Calum menghampiri Valerie. "Lo mau buka kadonya malem ini? Kalo mau, gue bawain semua."

Valerie menggeleng. "Nㅡnanti aja."

Langkah demi langkah menuju pintu utama, Valerie menunduk untuk melafalkan doa. Ia sangat belum siap untuk menemui keluarga dari Calum, yang mirisnya sekarang menjadi suaminya.

Telapak tangan Valerie merasa penuh ketika hampir sampai di depan pintu utama. Calum menggenggamnya seakan ia tahu isi hati Valerie sekarang.

Belum sempat Calum membuka pintu, tibatiba pintu terbuka menampilkan sosok wajah perempuan yang sangat Calum rindu selama seminggu ini dengan mata berair dan wajahnya memerah.

"Shadia?"

〰〰

temen2, kalian expect valerie itu siapa sih, kayak apa. terus shadia itu siapa

saran dari kalian sangat membantu sekali😭

makasih banyak yang udah baca sampe sinii!! hope yall enjoy this as i enjoy wrote this.

xx

unintended ✖️ 5sosOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz