Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

08 : Ibu dan Mama Mertua

192K 19.1K 780
                                    

Aku membuka pintu rumah, Mas Aga masuk bersama Ibu dan Mama. Aku langsung menyalami keduanya, baru kemudian memeluk Ibu erat. Sementara Mas Aga membawa masuk koper Ibu dan Mama ke kamar tamu.

"Kami sekamar saja ya Ga, yang di kamar bawah," pinta mama mertuaku. Padahal kamar di atas yang bekas kamarku sudah kosong.

"Kamar di atas ada kosong satu Ma," ujarku pada mama yang tersenyum.

"Nggaklah, enakan di bawah aja." Mama menaik turunkan alisnya menatapku. Membuatku heran karena tidak paham maksud beliau.

Ibu menepuk pelan lenganku, membuatku menatap Ibu dan tersenyum manis. Aku menggandeng Ibu dan Mama, sedangkan Mas Aga kembali ke mobil mengambil barang bawaan Ibu dan Mama.

Kami menuju meja makan, Bi Ani sudah menyiapkan makan siang untuk Ibu dan Mama. Sementara Mas Aga sudah makan tadi sebelum menjemput kedua ibu-ibu ini. Mas Aga buru-buru karena harus kembali bekerja.

"Aga berangkat, Ma ... Bu ..." Mas Aga berpamitan pada Ibu dan Mama setelah menyelesaikan mengangkut bawakan Ibu dan Mama.

Aku merasakan tanganku dicubit pelan, hampir saja aku meringis saat melihat Ibu yang mendelik. Beliau memberikan kode padaku ke arah Mas Aga. Paham maksud Ibu aku berdiri dari dudukku dan mengantar Mas Aga hingga ke depan.

Mas Aga menatapku heran, apa lagi saat aku memegang tangannya dan menyalaminya. "Hati-hati di jalan Mas. Kerja yang giat biar Ocha bisa beli skin care terus," tuturku sambil menyindir Mas Aga.

Sayangnya yang namanya Tyaga Yosep tidak akan mengerti dengan sindiranku. Dia justru menatapku saja, tanpa mengatakan apa pun. Tangan Mas Aga mampir di rambutku, mengacaknya pelan.

"Baik-baik di rumah," pesannya sebelum meninggalkanku di depan pintu yang mendengus kesal.

"Memang selama ini aku nggak jadi anak baik di rumah?" dumelku sambil berjalan masuk ke dalam.

Aku tersenyum pada Ibu dan Mama yang sedang mengobrol. Aku bergabung dengan keduanya yang sedang mengobrolkan kain batik yang baru dibeli Mama minggu lalu. Aku hanya menyimak seadanya saja.

Kamar tamu yang digunakan Mama dan Ibu sekarang sebelumnya merupakan kamar Mario. Berhubung dia sudah pindah, kamar tersebut beralih fungsi menjadi kamar tamu. Sebelumnya Mario pernah berkata bahwa dia tamu di rumah ini, makanya ditempatkan Mas Aga di sana.

"Makan dulu Ma, Bu." Aku mempersilahkan Ibu dan Mama untuk makan.

"Kamu sudah makan, Cha?" Ibu bertanya karena melihat aku yang tidak ikut mengambil piring dan nasi.

"Sudah tadi bareng Mas Aga, Bu," jawabku.

Selagi Ibu dan Mama makan, aku memainkan ponselku. Melihat group chat yang isinya sudah banyak. Sejak semalam aku tidak sempat ikut nimbrung di group chat karena terlalu sibuk memindahkan isi kamarku ke kamar Mas Aga.

The Badass Princess

Viona Kurang Sexy : Hari Senin kelas Pak Rohman diganti jadi wajib ikut seminar guys!

Luna Bukan LuMay : Absen doang kan? Gampang elah!

Viona Kurang Sexy : Ocha kemana nih?

Viona Kurang Sexy : Cha! Woy Cha!

Viona Kurang Sexy : Seminar kali ini gue nggak mau bolos girls~

Luna Bukan LuMay : Ocha lagi pacaran kayaknya nih

Luna Bukan LuMay : Siapa sih pematerinya?

Viona Kurang Sexy : Tyaga Yosep!

Viona Kurang Sexy : Bapak DPR yang super duper ganteng Njir

Aku menghela napas melihat isi chat kedua makhluk ajaib ini. Heran sih ya, kenapa Mas Aga bisa begitu terkenal banget di kampusku. Oke, dia memang lulusan sana, tapi lulusan lain juga kan banyak yang ganteng dan sukses, nggak hanya Mas Aga doang.

Dealocha Karin

Bolos aja lah
Di kantin gitu, atau jalan-jalan ke mall

Aku malas sekali jika harus melihat Mas Aga ngisi seminar begitu. Banyak mahasiswi yang pasti rebutan buat duduk di kursi depan. Maklum saja, seminarnya gratis dan terbuka untuk umum. Siapa yang cepat, dia yang dapat.

Merasa haus, aku mengambil gelas kosong di dekatku. Menuangkan air putih yang disediakan Bi Ani di atas meja. Mama sedang berjalan ke dapur, beliau membawa oleh-oleh makanan yang sepertinya harus segera disimpan. Melirik pada piring makan, sepertinya Mama dan Ibu sudah selesai makan.

"Cha, kamu sama Aga nggak lagi nunda punya anak kan?"

Aku langsung terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Ibu. Telingaku terasa gatal mendengarnya. Bibirku gemas ingin mengucapkan sebuah kalimat berbahaya.

Nunda punya anak, Bu? Ocha ini setahun nikah masih perawan, Bu. Anak cantik Ibu ini baru semalam dipeluk-peluk!

Ingin rasanya aku mengucapkan kalimat tersebut. Tapi, rasanya aku masih sayang nyawa. Kasihan juga Mas Aga, nanti pasti akan jadi ribut sama Ibu dan Mama.

"Ocha kan masih kuliah, Bu." Aku menjawab dengan sebaik mungkin setelah rasa batukku mereda.

Mama yang kembali dari dapur melihat-lihat ke arah ruang keluarga. "Itu tadi Aga balik lagi, Cha?" tanya Mama.

Aku berbalik dan melihat tidak ada siapa-siapa. Tapi, pertanyaan Mama terjawab saat suara mobil Mas Aga terdengar. "Iya kayaknya Ma. Mungkin ada yang ketinggalan," sahutku.

∞∞∞

Aku meninggalkan Mama dan Ibu yang sibuk di dapur bersama Bi Ani. Sepertinya menyiapkan makan malam. Aku berpamitan karena ingin mengerjakan tugas kuliah. Aku ingat ada tugas kuliah tentang ekonomi makro.

Enaknya jadi istrinya Mas Aga itu, aku tidak perlu membeli buku. Mas Aga punya banyak buku yang bisa aku pinjam untuk bahan mengerjakan tugas. Viona dan Luna sempat curiga tentang buku-buku yang aku punya. Mereka bahkan sempat bertanya macam-macam, tentang sosok omku.

Sampai sore pun aku masih berkutat dengan tugas kuliah yang rasanya tidak selesai-selesai. Aku tidak mengerti bagaimana cara memulai penjelasannya. Berhubung ini tugas individu, aku tidak bisa menyuruh Viona dan Luna yang mengerjakan.

Biasanya tugas kelompok, aku kebagian menyediakan buku dan materi. Untuk eksekusi selalu Viona dan Luna.

"Ngapain kamu?" Aku berjengit kaget saat mendengar suara Mas Aga.

Aku menatap Mas Aga yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerja. Dia meletakkan tas kerjanya di atas sofa. Aku menopang daguku sambil memperhatikan Mas Aga yang sedang menggulung lengan kemejanya.

"Ngerjain tugas ekonomi makro," sahutku pelan sambil masih terpesona dengan Mas Aga.

Bahkan, saat Mas Aga berjalan ke rak buku dia terlihat sangat tampan. Mas Aga mengambil sebuah buku dari rak, dia berjalan menujuku. Bisa ya ada pria dengan tampang seperti Mas Aga, Mario saja kalah. Wajar sih, dia kan adiknya Mas Aga. Gen yang bagus-bagus pasti sudah diambil Mas Aga semua.

"Ini saja, lebih lengkap dan mudah dipahami."

"Aduh!"

Aku mengaduh kesakitan karena Mas Aga menepuk kepalaku dengan buku di tangannya. Mana itu buku berhalaman cukup tebal. Ini kalau benjol bagaimana?

"Kalau nggak paham tanya," ujar Mas Aga setelah meletakkan buku tadi di atas meja.

Aku hanya memperhatikan Mas Aga dari meja kerjanya. Dia memilih keluar dari ruang kerja.

Jungkir Balik Dunia Ocha (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang