Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

Prolog

287K 20.8K 592
                                    

Satu tahun lalu

Aku tersenyum pahit saat Ibu dan Bapak justru tersenyum lebar. Ruang tamu rumahku ramai oleh tamu, dua jam yang lalu aku baru saja selesai melangsungkan pernikahan. Umur dua puluh tahun dan aku sudah menikah. Menjadi istri seorang pria yang bahkan umurnya 7 tahun di atasku.

Tyaga Yosep, tidaklah bertampang jelek dan malu-maluin. Justru, dia memiliki wajah yang terkesan cantik, terlalu lembut dan tidak terlihat seperti berumur 27 tahun. Awalnya aku mengira Mas Aga berumur di awal 20an.

"Kamu yang benar ikut sama suami, nurut kata suami ..." Ibu mulai menasihatiku. Saat ini aku duduk di meja makan, beberapa keluarga yang diundang berkumpul di ruang tamu rumahku yang sederhana. "Ocha, dengar Ibu?" tanya Ibu dengan nada suaranya yang tegas.

Aku menganggukkan kepala pelan. Ingin menangis lagi rasanya, tidak rela harus tinggal terpisah kota dari Ibu dan Bapak. Tapi, aku melakukannya demi cita-citaku. Aku ingin menjadi orang sukses dan sangat ingin kuliah di Ibu Kota Negara.

Ibu dan Bapak menjodohkanku dengan anak teman Bapak. Katanya, mereka akan lebih merasa tenang jika aku kuliah ada yang menjaga. Awalnya, aku mengira anak teman Bapak hanya seorang mahasiswa atau pegawai biasa.

Betapa kagetnya aku saat Bapak mengatakan pekerjaan Mas Aga. Anggota DPR yang masa jabatannya baru saja dimulai. Sedangkan mertuaku, merupakan wali kota di sini.

"Bu ...." Aku memeluk Ibu yang kini juga menangis. "Maafin Ocha ya, Bu," gumamku pelan di antara isak tangisku.

Tidak ada pesta mewah, tidak ada acara yang megah. Ini karena permintaanku, aku belum siap harus menyandang istri seorang anggota DPR dan menantu dari seorang kepala daerah. Untunglah keluargaku dan keluarga Mas Aga setuju.

"Ocha ...." Mama Nirma memelukku dan tersenyum manis. Aku dan Ibu sudah selesai menangis saat ibu mertuaku ini datang. "Mama titip Aga ya sama kamu, Cha. Perhatiin dia makannya. Bukan hanya Ibu dan Bapak kamu yang lega karena kamu ada yang jaga, tapi Mama dan Papa pun juga begitu, Cha." Mama Nirma mengurai pelukan kami dan tersenyum.

"Ocha ...." Aku tidak sanggup untuk melanjutkan kalimatku. Tidak ingin berjanji, karena aku takut tidak bisa menepatinya. Tapi, tidak juga ingin membuat Mama Nirma khawatir.

Satu minggu yang lalu, keluarga Mas Aga datang ke rumahku. Mereka melamarku untuk anak tertua mereka yang saat itu tidak hadir. Saat melihat Ibu dan Bapak tersenyum bahagia, saat itu aku tahu. Ini lah saatnya aku berbakti pada Ibu dan Bapak, membiarkan Ibu dan Bapak tidak memikirkan biaya kuliahku. Masih ada dua orang adik kembarku yang harus disekolahkan setinggi-tingginya.

Jungkir Balik Dunia Ocha (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang