Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

07 : Ruang Kerja Mas Aga

194K 18K 2.9K
                                    

Aku terbangun karena merasa haus. Merasakan pinggangku berat oleh sesuatu, gerakanku juga terbatas dalam tidur. Tidak leluasa seperti biasanya. Saat aku membuka mata, aku melihat wajah Mas Aga yang damai. Dia tidur sambil memelukku, sepertinya kami sama-sama tidak sadar.

Wajah Mas Aga memang tampan, dia punya sikap cool yang bisa mengalahkan salju gunung Everest. Tapi, setiap orang punya kekurangan masing-masing bukan? Pria tampan nan sempurna hanya ada di dalam drama, komik dan novel. Mas Aga itu kebonya minta ampun, aku tahu ini dari mama. Beliau yang memberitahuku soal ini, Mas Aga itu bangun pagi harus menyetel lima alarm secara beruntun. Terkadang Bi Ani membantu menggedor pintu kamar Mas Aga.

Aku melepaskan tangan Mas Aga yang memelukku. Ini sedikit aneh karena Mas Aga tidur biasanya terlentang doang, nggak pakai peluk-peluk begini. Mungkin karena tempat tidur yang tidak selapang biasanya, Mas Aga jadi terbawa suasana.

Perlahan aku turun dari tempat tidur, berjalan tanpa menghidupkan lampu kamar. Aku ingin mengambil air minum di ruang keluarga depan. Di lantai dua ini ada ruang keluarga, tidak sebesar di bawah memang. Tapi, di sana ada dispenser.

"Aduh!" Aku mengaduh saat tanpa sengaja kakiku mengantuk nakas.

Aku bahkan sampai terduduk dan tidak bisa bersuara, yang terantuk itu dibagian tulang kering. Berdenyut perih sekali rasanya!

"Kenapa kamu?" Kini aku terkaget mendengar suara Mas Aga.

Mas Aga menghidupkan lampu tidur yang ada di dekatnya. Entah kenapa kami tidur gelap-gelapan tanpa menghidupkan lampu tidur. Benar-benar gelap tanpa penerangan, ini efek terlalu lelah membereskan barangku tadi.

Aku mengernyit melihat Mas Aga yang sepertinya tidak begitu mengantuk. Matanya justru terlihat segar, seperti orang yang tidak tidur.

"Ocha ..." Mas Aga menyentuh bahuku pelan.

Aku mengerjap beberapa kali. "Ini tadi ketendang meja," gumamku pelan. "Mau ambil minum," lanjutku sambil melirik pada gelas kosong yang aku letakkan di atas nakas. Aku tadi setelah terantuk langsung terduduk di tempat tidur.

"Minum ini saja," ujar Mas Aga yang menyerahkan gelas miliknya. Masih ada setengah air di dalam gelas tersebut.

Aku menerima gelas uluran Mas Aga. Sambil melirik Mas Aga yang terduduk di atas tempat tidur, aku meminum air hingga tandas. Bahkan aku hanya bisa nyengir saat Mas Aga menarik gelas kosong yang masih tertempel di mulutku. Dia menggeleng pelan dan meletakkan gelas di nakas dekatnya.

"Mau kemana, Mas?" tanyaku saat melihat Mas Aga turun dari tempat tidur.

"Mau ke ruang kerja," katanya singkat dan meninggalkanku sendirian.

Aku mendengus sebal melihat Mas Aga. Tidak pernah berubah, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku sendiri tidak paham dengan apa yang dikerjakan Mas Aga larut malam seperti ini.

Kantukku rasanya sudah hilang, aku memilih ikut turun dari tempat tidur. Kali ini aku membawa selimut bersamaku. Aku akan menyusul Mas Aga di ruang kerjanya. Mas Aga akan aku ikuti kemana pun dia pergi, kecuali kerja dan ke kamar mandi.

Mas Aga tidak protes saat aku menerobos masuk ke ruang kerjanya. Dia hanya melihatku sekilas dan lanjut membaca buku. Aku mendelik saat melihat dia bukannya kerja, justru membaca buku yang terbalnya minta ampun. Malas mau mengintip judulnya, terlalu ngantuk!

Aku duduk di sebelah Mas Aga di sofa. Tadi, padahal saat di kamar aku tidak mengantuk, sekarang aku jadi mengantuk lagi. Aku membaringkan diri ke arah berlawanan dari Mas Aga, saat menaikkan kaki justru mengenai Mas Aga.

"Kakimu Cha," peringat Mas Aga yang tidak aku dengarkan. Aku memilih tidur meringkuk sambil menyelimuti diri sendiri. "Kalau mau tidur di kamar," ujar Mas Aga.

Tidak mengindahkan Mas Aga, aku memilih memejamkan mataku. Ngapain pindah kamar kalau ujung-ujungnya tidur sendirian juga kan? Lagi pula, ini termasuk usahaku dalam menyukseskan misi.

∞∞∞

"Siapa sih ngetok-ngetok pintu," gerutuku kesal karena tidurku diganggu.

Suara berisik sejak tadi terus terdengar dan itu menyebalkan sekali. Padahal hari ini aku tidak ada jam kuliah. Aku bisa bangun siang harusnya.

Aku membuka mataku dan bingung kenapa aku bisa ada di ruang kerja Mas Aga?

"Astaga! Bego banget lo, Cha." Aku menggerutu sendiri saat ingat tadi malam menyusul Mas Aga ke sini.

Sofa yang aku tiduri ternyata sofa bed, sepertinya Mas Aga yang merubahnya menjadi bed ketika aku tertidur semalam. Aku merasa aneh saat kakiku terasa berat oleh sesuatu. Melihat ke bawah, aku mendapati Mas Aga tidur dengan kakiku sebagai bantalnya.

ASTAGA! MATI GUE JADI ISTRI DURHAKA, NGAKIIN SUAMI BEGINI!

Suara ketukan di pintu kembali terdengar, aku melihat Bi Ani di depan pintu yang tidak tertutup sempurna, ulahku semalam memang. Tidak menutup rapat pintu, takut-takut diapa-apain Mas Aga.

"Bu ..." Bi Ani memanggil pelan, aku memberikan kode agar tidak terlalu membuat suara yang berisik. " ... Orang yang mau mindahin meja rias sudah datang Bu," kata Bi Ani memberitahuku.

"Langsung pindahkan saja, Bi. Nanti saya nyusul ke atas," ujarku membuat Bi Ani bergegas pergi.

Buru-buru aku menepuk-nepuk bahu Mas Aga. Aku masih susah bergerak karena posisi tidur Mas Aga, kakiku juga sedikit keram, padahal semalam habis terantuk nakas. Ini suami kok nggak pekaan banget, heran!

"Mas Aga!" Aku menaikkan nada suaraku. Kutepuk lagi bahu Mas Aga sedikit keras. "Mas bangun!" ujarku yang hampir saja mendorong Mas Aga yang tidak bangun-bangun juga. Semalam ini orang bangun gampang banget, kenapa sekarang jadi seperti kebo begini?

Baru saja aku akan benar-benar mendorong Mas Aga, dia bergerak dan terbangun. Wajah Mas Aga yang mengantuk membuatku hampir saja melupakan misiku, ini saat yang tepat buat memuji Mas Aga sepertinya.

"Mas Aga yang ganteng, gimana tidurnya? Nyenyak?" tanyaku dengan mengedip-ngedipkan mataku.

Mas Aga melihatku dengan tatapan datar. Heran sama ini manusia satu, baru bangun tidur saja sudah bisa mengesalkan seperti ini. Itu wajah datar nggak bisa dihilangin dulu?

"Kamu nyindir saya?" Mas Aga justru bertanya dengan nada yang tersinggung.

Aku menepuk dahiku pelan, membiarkan Mas Aga keluar duluan dari ruang kerja. "Salah mulu emang gue," gumamku pelan sambil menggelengkan kepala.

Aku membiarkan Mas Aga yang memandori urusan pindah memindah meja riasku. Aku ingin melanjutkan tidurku yang terganggu. Ini hari libur, aku harus bisa memaksimalkannya dengan baik.

Bukannya lo mau ngikutin kemana pun Mas Aga pergi? Kok malah tidur?

Ada bisikan di otakku yang mengingatkan soal misiku. Tapi, aku langsung menepisnya cepat bahwa Mas Aga harus pergi kerja. Aku tidak akan mengikuti Mas Aga kerja. Jadi, lebih baik aku tidur lagi mencari inspirasi untuk menambah ide-ide menaklukkan Mas Aga.

Jungkir Balik Dunia Ocha (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang