Part 16

35 5 0
                                    

"Episode terakhir! Wow! Senangnya," ujarku senang keesokan harinya.

"Take," teriak Mischa. Kelihatannya mood semua orang hari ini bener-bener bagus.

"Aku tetep nggak bisa nerima kamu, Mike. Bagaimanapun, aku cuma menganggap kamu sebagai teman. Sekeras apapun usahaku, aku tetep nggak bisa mencintai kamu," ujar Nita sedih.

"Bener. Karena dia sudah memilih aku," tiba-tiba Richard muncul, "akulah yang dia cintai, bukan kamu. Selama ini dia cuma menganggap kamu sebagai teman."

"Apa? Jadi selama ini kamu nggak pernah mencintaiku, Li? Kamu cuma mainin perasaanku?" ujar Arnold sakit hati. Aku yang mendengarnya jadi agak tersindir.

"Bukan gitu, Mike... Tapi..." Nita terdiam.

"Kalo gitu... biarin aku mati aja," ujar Arnold.

"Cut," ujar Mischa, "good job. Break!"

************

"Ren, Ren, tunggu, aku mau bicara!" panggil Richard padaku.

"Bicara? Silahkan," jawabku cuek.

"Ren, aku... kemarin aku nggak bisa tidur mikirin kamu. Kamu... nggak diapa-apain sama dia kan?" tanya Richard.

"Maksud kamu Arnold?" tanyaku.

"Iya, siapa lagi," jawabnya.

"Ya nggak lah. Emangnya kenapa kamu mikirin hal itu?" tanyaku.

"Nggak tahu, Ren... Kamu tahu nggak, kemarin lusa, Nita tanya sama aku. Dia tanya aku suka dia atau... suka kamu," ujar Richard lagi. 'Tau banget, Chard, orang aku dengerin,' pikirku.

"Trus kamu jawab apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Nggak penting, Ren," jawabnya, "yang penting sekarang aku mulai nyadarin sesuatu."

"Apa itu?" tanyaku.

"Mungkin bener kata Nita. Perasaanku ke kamu lebih dari sekedar sahabat, atau saudara..."

"Maksudmu?"

"Aku takut aku udah salah selama ini, Ren. Aku takut ternyata kamulah orang yang kucintai... Bukan Nita."

"Apa? Jangan bercanda deh," ujarku sewot.

"Aku tahu kamu kaget, Ren. Tapi tadi malem aku nggak bisa tidur mikirin kamu dan Arnold. Aku pikir aku cuma khawatir sama kamu. Tapi ternyata setelah aku renungin lagi, aku lebih dari khawatir. Aku nggak rela kamu jalan sama Arnold..."

"Kamu tahu itu udah terlambat, Chard," ujarku.

"Iya, aku tahu... Tapi... Aku bener-bener suka sama kamu, Ren. Tapi aku juga suka sama Nita. Malem tadi aku baru sadar bahwa aku nggak bisa begini terus. Aku harus nentuin pilihan. Dan pilihanku adalah kamu. Apa kamu bersedia jadi wanita pilihanku, Ren?" tanya Richard serius.

"Aku..."

"Kamu mau kan nerima aku?" desaknya. Aku mengangguk. Memang Richardlah impianku. Dia satu-satunya yang kusukai, sampai detik ini... Senyum Richard mengembang. Ia memelukku erat-erat.

"Thank's udah ngasih aku kesempatan, Ren..."

Scenario WriterWhere stories live. Discover now