Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

05 : Proyek Si Ocha

204K 18.8K 1.7K
                                    

"Ocha! Kok lo nggak cerita sih? Sejak kapan lo pacaran sama Kak Mario?" Luna langsung memberondongku dengan banyak pertanyaan.

Aku yang datang duluan sudah menyimpan tempat duduk untuk Luna dan Viona. Aku bertopang dagu dengan tangan kiri, tangan kananku mengambil tempat pensil yang terdapat di tempat duduk untuk Luna.

"Iya Cha. Parah banget lo nggak cerita, padahal kata lo nggak suka sama Kak Mario." Viona ikut-ikutan dengan Luna. Buku catatanku yang aku letakkan di bangku sebelah kiri diletakkan Viona di depanku.

"Jangan bahas itu deh, males banget gue bahasnya," ujarku lesu.

Sebenarnya bukan soal permasalahan Leon yang menembakku dan kemudian Mario berubah status dari adik ipar jadi pacar bohonganku yang jadi beban pikiranku pagi ini. Tapi, soal Mas Aga yang lempeng aja. Dia tidak mengatakan apa pun soal semalam. Tidak cemburu dan tidak marah juga.

Mas Aga sepertinya hanya menganggapku anak remaja yang menumpang hidup dengannya. Satu tahun tidak ada apa-apa? Hanya aku yang suka padanya? Kok rasanya harga diriku tercoreng!

Seorang Ocha yang terkenal sebagai dewi kampus justru tidak dilirik sedikit pun oleh seorang Tyaga Yosep!

"Oke! Gue bakalan buktiin," ujarku bertekad sambil menepuk meja kecil pada kursi yang aku duduki.

"Buktiin apa, Cha?" tanya Viona yang membuatku meringis pelan.

Sadar bahwa aku terlalu bersemangat dan justru menyuarakan isi hatiku. Aku ingin bertekad untuk membuat Mas Aga menjadi budak cintaku. Biar dia kelimpungan sendiri jika tidak mendengar kabar dariku.

Aku tersenyum dengan sinis membayangkan Mas Aga yang akan memohon-mohon cinta padaku. Seorang Dealocha Karin tidak bisa dipandang rendah. Aku akan buat Mas Aga merasakan jatuh cinta padaku.

"Lo senyum kayak gitu kok buat serem, Cha." Luna menyenggol lenganku pelan.

"Serem? Sorry, gue ini cewek paling cantik di sini," tuturku percaya diri sambil mengibaskan rambut sombong.

Viona yang kesal mendengar kenarsisanku menepuk dahiku hingga berbunyi. "Sakit bego!" pekikku kesal.

"Biar otak lo waras dikit," cibir Viona yang hanya aku balas dengan cibiran.

Kami tidak bisa mengobrol lagi karena Bu Farida yang super galak sudah masuk ke kelas. Aku harus mengikuti kelas Bu Farida dengan setengah hati. Merasa bosan mendengarkan beliau mengoceh tidak jelas, aku memilih menyusun rencana untuk menaklukkan Mas Aga di dalam buku catatanku.

Proyek Mendapatkan Budak Cinta (Tyaga Yosep)

1. Kalau bicara dengan Mas Aga harus selembut beludru (super mudah)

2. Kirimi chat dengan rutin pada Mas Aga, paling enggak sehari 3 kali (kayak minum obat aja. Tapi, ini super mudah)

"Sstt ... lo nulis apaan Cha?" Viona berbisik sambil berusaha mengintip ke buku catatanku. Aku menutupinya sebaik mungkin, bahaya jika Viona membacanya.

Aku tidak menyahuti Viona, hanya memberikannya kode untuk memperhatikan Bu Farida. Setelah kira-kira Viona kembali fokus pada Bu Farida aku kembali meneruskan menyusun plan.

3. Puji Mas Aga setiap pagi (Ini mudah, karena aku setiap hari muji dia di dalam hati. Sekarang cukup disuarakan saja)

4. Selalu tampil cantik di depan Mas Aga (aku selalu cantik kok! Easy!)

5. Selama sekamar dengan Mas Aga, tidur dengan baju tidur super sexy! (ini yang susah, kalau hari dingin aku bisa masuk angin)

6. Tebar pesona every time selama bareng Mas Aga (Kudu wajib ini, tapi Mas Aga saja masa bodo begitu. Kira-kira berhasil nggak sih ini?)

7. Ciptakan skinship (ini gampang-gampang susah. Mas Aga seperti tidak tersentuh soalnya hueeee :( )

"Woy! Lo nulis apaan sih dari tadi?" Luna berteriak agak keras, membuatku buru-buru menutup buku catatanku.

Aku melihat ke arah depan, Bu Farida sudah tidak ada di depan kelas. Aku menatap Viona dan Luna bergantian. Perasaan jam Bu Farida masih lama selesainya.

"Bu Farida ada urusan, dikasih tugas noh." Luna menjawab keherananku dan menunjuk ke papan tulis. Ada tulisan berbentuk ceker ayam di sana, sudah pasti tulisan Bu Farida.

∞∞∞

Aku berlari terburu-buru di sepanjang koridor kampus. Mata kuliah terakhir selesai lebih lama dari seharusnya. Bahkan lebih lama satu jam, seharusnya aku sudah keluar jam lima sore, kenyataannya jam enam lewat sepuluh menit aku baru bisa keluar kelas.

Sejak satu jam yang lalu chat dari Mas Aga sudah masuk. Isinya jelas menyebalkan seperti biasa, Mas Aga tidak pernah memberikan chat yang normal. Saat aku ingin membalas chat tersebut ponselku mati karena lowbat.

Mas Aganteng : Saya sudah di depan, jangan lama-lama atau saya tinggal

Begitu lah isi pesan Mas Aga. Membuatku sampai harus mengumpatinya di dalam hati. Viona dan Luna bahkan sampai menggodaku yang terburu-buru, mereka kira Mario sudah menjemput di depan.

Aku bernapas lega saat melihat mobil Mas Aga masih terparkir di depan mini market. Jadi, berjalan sedikit beberapa meter dari gerbang kampus akan ada mini market. Nah, di sana lah Mas Aga biasa menurunkan dan menjemputku.

Saat aku masuk ke dalam mobil, aku berdeham pelan. Ingat dengan misiku, aku harus menjalankan plan nomor satu. Harus bicara dengan lembut, menjelma menjadi perempuan anggun.

Ocha jiayou! Sorakku di dalam hati.

"Maaf Mas Aga. Tadi dosennya Ocha tiba-tiba nambah jam, gantiin jam sebelumnya," tuturku dengan suara dibuat selembut mungkin.

Aku melihat ke arah Mas Aga yang bergumam saja. Hampir saja aku mendengus kesal melihat reaksi Mas Aga. Dia bahkan tidak peduli, lebih memilih fokus menyetir.

"Besok Ocha nggak kuliah, jam kosong. Ibu sama Mama biar Ocha yang jemput Mas," ujarku masih mempertahankan kesabaran dan berucap dengan lembut.

"Besok sama saya jemputnya. Habis salat Jum'at," jawab Mas Aga.

Tidak ada lagi pembicaraan, aku juga diam saja. Bingung ingin mengatakan apa, setiap ditanya jawabnya singkat sekali. Masa sih aku harus membuat pertanyaan diawali dengan jelaskan? Biar Mas Aga bisa ngoceh sedikit gitu.

Aku menatap ke luar jendela mobil, langit sudah mulai gelap. Mobil kami terjebak di kemacetan.

"Sejak kapan kamu pacaran dengan Mario?"

Tiba-tiba aku mendengar suara Mas Aga. Kepalaku langsung menoleh pada Mas Aga, dia sedang melihat ke arahku. Tidak ada ekspresi apa pun, hanya ada raut wajah datar dan bola mata yang menyesatkanku. Aku selalu suka dengan kedua bola mata Mas Aga, seperti membuatku tenggelam ke dalamnya.

"Aku gak pernah pacaran dengan Mario," jawabku bingung.

Klakson mobil terdengar dari belakang, Mas Aga kembali fokus pada kemacetan yang sudah mulai terurai. Saat itu juga aku ingat maksud pertanyaan Mas Aga. Ini soal ucapanku pada Leon semalam.

"Mas ... aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Mario. Semalam itu ...." Aku bingung bagaimana cara menjelaskannya. " ... aku bingung harus menolaknya bagaimana. Berhubung nama Mario yang teringat jadinya ..." Aku tidak melanjutkan kalimatku saat Mas Aga diam saja, sepertinya percuma aku menjelaskannya.

Tadi malam, jika aku punya keberanian aku ingin mengucapkan bahwa aku memiliki suami bernama Tyaga Yosep. Sayangnya aku tidak memiliki keberanian itu. Aku belum siap mendapat pandangan buruk menikah muda. Netizen sekarang kata-katanya lebih menyakitkan dan tajam, bisa merusak kehidupan seseorang.

Jungkir Balik Dunia Ocha (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang