Unstage

1.7K 120 64
                                    

November, 2005



Hari ini salju pertama telah turun. Langit sore tampak kelabu dengan bias oranye. Kepulan asap berlomba-lomba keluar dari setiap hembus nafas manusia yang berlalu lalang. Semua tampak dingin dan beku.

Seorang remaja dengan kulit seputih salju tampak berdiri resah. Kedua tangannya tak bisa diam, terus menggosok satu sama lain guna mencari kehangatan. Puncak hidung mungil itu tampak memerah bersamaan dengan pipi bulat yang merona seperti apel. Ia kedinginan.

Remaja itu, Kim Joon Myeon. Anak bodoh yang bisa-bisanya berdiri menunggu berjam-jam. Ia sangat menyukai salju tapi sayang tidak dengan tubuhnya. Ia mudah kedinginan dan menunggu ditengah salju adalah pilihan terbodoh yang telah ia buat.

Tubuh mungilnya tenggelam bersama mantel dan scraft. Rambut hitam legam tampak kontras dengan wajah pucatnya. Wajah tampan itu bersinar.

Joon Myeon menatap risih pada sekeliling. Beberapa anak lain yang ikut menunggu sejak tadi tampak berbisik membicarakannya. Ia terus menerus mengamati tampilan diri, takut ada yang tampak aneh darinya. Tatapan mata sinis itu terus menghujani, menatap setiap jengkal tubuhnya dengan teliti.

"Kim Joon Myeon!"

Ia berjengit terkejut begitu namanya disebut. Pria itu melambai, mengisyaratkan untuk mengikutinya. Joon Myeon pun mengikuti dengan canggung.

Suasana hangat langsung menerpa tubuhnya begitu ia memasuki gedung. Mata bulat itu menelisik setiap sudut, mengamati orang berlalu lalang yang tampak mengagumkan dimatanya. Tanpa sadar ia tersenyum senang.

"Kau tunggulah disini, nanti akan ada orang yang menemanimu menemui pimpinan." Pria itu menyamakan tinggi dengan Joon Myeon. Sebelah tangannya menyodorkan hot pack.

"Terima kasih, Ajushi."

Pria itu mengangguk dan tersenyum. "Pakailah, kau tampak kedinginan. Aku harus mengurus teman-temanmu disana. Mereka hanya menunggu dengan sia-sia."

Joon Myeon mengangguk. Pria itu kembali menuju pintu keluar. Dari tempatnya Joon Myeon hanya bisa menatap sedih. Ia tahu betul bagaimana perasaan mereka yang diluar sana, menunggu berjam-jam hanya untuk mendengar suatu kegagal.

Satu tepukan mendarat dibahu, Joon Myeon pun berbalik. Dua orang anak laki-laki berdiri dengan wajah bingung. Cepat-cepat Joon Myeon membungkuk pada mereka.

"Kau anak baru?" Seorang diantaranya bertanya dengan nada bersahabat. Ia tampak tiga tahun lebih tua dari Joon Myeon. Sedangkan yang satunya tampak sebaya dengannya.

Belum sempat ia menjawab seorang wanita memotong dan mengajaknya menemui pimpinan. Sekali lagi dengan sopan ia membungkuk dan mulai mengekor.

"Nanti kita bertemu lagi ya!" Anak laki-laki asing yang sebaya itu berteriak kearah Joon Myeon. Tangannya melambai dengan semangat.

Joon Myeon balas tersenyum dan kembali membungkuk.

"Ia menggemaskan ya, hyung. Aku sangat berharap bisa debut bersamanya."

"Aku bahkan berharap ia menjadi Maknae ku."

****

Joon Myeon berjalan keluar gedung dengan gemetar. Degup jantungnya terdengar keras. Salju yang dingin pun seolah tak tembus. Sebelah tangannya membawa sepucuk surat. Ia dinyatakan lolos, diterima sebagai trainee di agensi ternama Korea.

Ia diam sesaat, menatap jalan kota yang tampak ramai. Langit sudah mulai gelap, lampu jalanan pun mulai berbinar. Joon Myeon berbalik, menatap gedung dibelakang dengan takjub. Kedua tangannya terkepal kuat. Tanpa bisa menahan ia tersenyum lebar.

Binar mata bulat sabit itu tampak cantik. Kedua pipinya tertarik keatas, membuatnya tampak menggemaskan. Joon Myeon terlalu senang dan wajahnya tidak bisa berbohong.

"Kurasa ia lolos karena wajahnya."

"Heol, lihat cara berpakaiannya. Pasti ia anak orang kaya, makanya agensi meloloskannya."

"Aku satu ruangan dengannya saat audisi. Bakatnya tidak lebih banyak dari wajahnya."

"Kurasa kita semua tahu wajah dan uang menjadi salah satu kunci penting."

Suara bisikan itu samar-samar Joon Myeon dengar. Ia dapat melihat beberapa anak yang tadi ikut menunggu bersamanya. Mereka menatap Joon Myeon dengan jijik, seolah mengulitinya dari ujung kepala hingga kaki.

Senyum Joon Myeon perlahan luntur. Surat yang semula ia genggam perlahan lunglai. Ia merapatkan scraft dan menutupi wajahnya lebih banyak. Langkah kakinya perlahan membawanya menjauh.

Cepat. Ia menerobos keramaian pejalan kaki. Ia harus cepat sampai rumah. Hari sudah semakin malam, artinya sang ayah sebentar lagi pulang dan ia harus sudah sampai. Ia pun tak sabar membawa kabar gembira untuk kedua orang tuanya.

Joon Myeon berhenti sejenak. Ia mengatur nafasnya yang memburu, menyeka keringat yang turun di pelipis. Binar matanya menatap salah satu jendela pada gedung apartemen mewah. Rumah, tempatnya untuk kembali. Dalam kondisi apapun.

****

Suara pecah belah terdengar dipenjuru rumah. Satu gelas kaca telah menghantam lantai dengan keras. Hancur berkeping-keping.

Joon Myeon mundur selangkah. Tubuhnya bergetar hebat. Ia menunduk, menatap kepingan kaca yang tak jauh dari kakinya.

Tuan Kim bangkit dari kursi makan. Wajahnya memerah dengan urat syaraf yang menegang. Dibantingnya selembar kertas pada meja makan.

"Sejak awal appa tidak setuju! Kau hanya mempermalukan keluarga!" Tuan Kim berteriak marah. Ia menunjuk tepat diwajah bungsu.

Ragu-ragu Joon Myeon mengangkat kepala. Kedua matanya bertemu dengan wajah sang ayah yang penuh dengan gurat marah dan kecewa.

"Menjadi Idol sama halnya dengan kau menjual dirimu. Kau membuang waktumu dengan hal yang tak berguna!"

"Sampai kapan pun appa tidak akan mendukungmu!"

Tuan Kim pergi meninggalkan ruang makan. Joon Myeon hanya mampu menatap takut pada sang ayah. Nyonya Kim ikut menyusul sang suami, menyisakan kedua anaknya.

Joon Myeon masih beku ditempat. Ia menatap kedua telapak tangan yang bergetar hebat. Keringat dingin mengalir dengan leluasa.

Dongkyu yang semula hanya diam ditempat kini bangkit. Ia mendekat kearah Joon Myeon dan menepuk pundak itu. Ia tersenyun kecil sebelum ikut meninggalkan Joon Myeon.





Pada Akhirnya Joon Myeon sendiri. Rumah hanya akan tetap menjadi rumah. Bukan menjadi tempat ia kembali.

________
Unstage


















Hai, teman-teman semuaa...
Aku balik lagi dengan cerita baru bergenre Idol life + brothership. As you know, it's my favorite genre.

Maincast masih sama seperti ff aku lainnya, the one and only Kim Joon Myeon ♡

Aku sengaja post ff ini bertepatan sama hari pelepasan Jun pelatihan dasar. Sebagai hadiah kecil buat diri sendiri dan kalian yg udah mau sabar nunggu jun sebulan hehe...

Aku harap kalian suka. Jangan lupa nantikan setiap chapter penuh dengan air mata. Aku berniat bikin ff ini super sad dari mulai awal Chapter. Wkwk

Iya aku emang jahat kalo sama jun di ff.

Bye bye, i hope you like it.
Please give alot of love for this work. Thank you ♡



Han Hyu Rina

The Last StageTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon